- Sudut Pandang Reyna -
Ambulans dan polisi pun datang ke sekolahku. Mereka langsung berkumpul ke titik TKP. Kami diminta menjauh dari lokasi kejadian. Aku melihat Clara tersenyum dari kejauhan.
Sikapnya tenang seolah-olah tidak ada yang terjadi padanya.Aku masih menyembunyikan apa yang telah aku ketahui. Aku ingin sekali melaporkan langsung ke polisi. Tapi aku tidak ingin sahabatku tertangkap dan dihukum berat atas perbuatannya.
Aku bingung dan tidak tahu apa yang harus kulakuan sekarang.Oh Tuhan, maafkan aku bila harus menyembunyikan kebenaran tentang kejadian ini. Aku masih berharap bahwa ia bisa berubah kembali menjadi Clara yang ceria dan ramah terhadap seseorang. Bukan menjadi Clara yang memiliki jiwa Iblis di dalamnya.
Clara, kuharap kau bisa kembali seperti Clara yang kukenal.***
- Sudut Pandang Clara -
Sudah seminggu kejadian itu berlalu, sekolah pun sudah kembali normal. Aku tidak menyangka bahwa pihak sekolah sangat pandai merahasiakan kejadian ini. Baguslah aku tidak perlu khawatir dengan nasibku.
Untung saja CCTV yang dipasang di sekolah tidak berfungsi. Ya terkadang untuk mendapatkan akreditasi sekolah yang bagus butuh sedikit pencitraan.
Aku berjalan melewati koridor bersama sahabatku Reyna. Kami sudah saling bertemu dan berbincang satu sama lain. Dia seperti biasa menghiburku dengan lawakan-lawakannya. Aku pun perlahan sudah bisa melupakan masalah yang telah menimpaku.
Dan sepertinya ia juga tidak mengetahui bahwa akulah dalang dibalik kejadian seminggu yang lalu.
Kami berjalan bersama melewati koridor. Lalu aku melihat keramaian dari arah jauh.
"Rey! Itu ada apa ya diujung sana rame banget?" Tanyaku.
"Hhmm, gak tau gue ra. Lu mau liat?" Jawab Reyna.
"Ayok deh kesana penasaran nih gue." celetusku.
"Yaudah Ayok!"
Kami pun berjalan mendekati keramaian. Aku tidak bisa melihat ada apa di dalam keramaian tersebut. Aku dan Reyna pun akhirnya berusaha memasuki dan melewati kerumunan orang disana. Ya kami pun berhasil melewatinya.
Aku melihat seorang pria sedang bersimpuh dihadapan wanita sambil mengulurkan sebuket bunga mawar serta bungkusan cokelat ditangannya.
Wanita itu tersipu malu melihat perlakuan manis sang pria.Lalu pria tersebut menyatakan cintanya kepada wanita itu. Dan si wanita pun menerima cinta dari pria tersebut. Pria tersebut adalah orang yang sangat kukenal, orang yang aku cintai, orang yang selalu aku perhatikan secara diam-diam.
Orang itu adalah Kevin. Ia menjadi penyemangat hari-hariku di sekolah. Aku selalu senang saat berpapasan dengannya. Ia sering menyapaku dengan senyuman hangatnya. Dan yang terakhir ia telah membawaku ke UKS pada saat aku tak sadarkan diri dipinggir lapangan.
Melihat dia menyatakan perasaannya kepada wanita lain, membuat hatiku benar-benar sakit. Aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapanya. Aku baru saja melupakan masalah yang menimpaku. Tetapi sekarang timbul masalah lain didalam hidupku.
Mengapa dunia ini sangat tidak adil? Apakah aku tidak boleh merasakan kebahagiaan? Apakah aku harus merasakan penderitaan berulang kali? Ini benar-benar sakit. Aku lelah dengan semua ini. Mentalku benar-benar sudah terganggu.
Senyumanku yang tadi terukir tiba-tiba menghilang. Air mataku perlahan mengalir membasahi seluruh pipiku. Reyna langsung memelukku dan menenangkanku. Aku mendorongnya hingga ia menjauh beberapa senti dari tubuhku. Lalu aku pergi menjauh dari kerumunan orang tersebut.
Reyna mengejarku dari belakang. Ia selalu memanggil namaku tapi aku tidak menghiraukannya. Aku memasuki toilet perempuan dan mengunci pintu dari dalam. Aku berteriak dan menangis di dalam.
"Ra! Buka pintunya ra!".
Aku diam dan tidak menghiraukannya.
"Gue tau lu sedih Ra. Tapi lu gak boleh barlarut dalam kesedihan Ra! Masih banyak cowok di luar sana! Walaupun lu gak bisa memiliki Kevin bukan berarti kehidupan lu berakhir, Ra ayok keluar dari sana!".
"Lo GAK NGERTI REY!! LO GAK NGERTI RASANYA DIPOSISI GUE! Lo gak akan ngerti bagaimana rasanya ngeliat orang yang lu sayang nyatain cintanya ke orang lain! Lo gak akan ngerti ketika lo berusaha mengubur rasa sakitlu dan rasa sakit yang lain muncul dihadapan lo!"
"GUE UDAH CAPEK SAMA SEMUANYA!! GUE LELAH!!". Aku menangis kencang dari balik pintu kamar mandi. Aku tidak bisa lagi menampung rasa sakit yang kurasakan.
"Ra ayo ra keluar. Kita bisa ngobrol dulu biar lo lebih enakan." Ucap reyna dengan nada yang lembut
"GAK REY! GUE LAGI PENGEN SENDIRI! GUE MAU LO PERGI REY! PERGI!! Gue lagi gak pengen diganggu! PERGI!
"Gak Ra! Gue gak akan pergi sampe lo keluar dari toilet!" Ujarnya.
"Oke sekarang gue kasih lo pilihan, lo mau pergi apa lo mau gue nyakitin diri gue sendiri? Lo tinggal pilih Rey!" Ujarku.
"Oke gue akan pergi. Tapi lu jangan sampe nyakitin diri lu Ra. Gue sahabat lu, gue selalu siap ngedengerin segala permasalahan lu. Dan gue berharap lu bisa melupakan segala permasalahan lu dan kembali menjadi Clara yang gue kenal."
Aku terdiam beberapa saat. Aku tidak mendengarkan suara Reyna lagi. Kurasa ia sudah pergi meninggalkanku. Aku masih menangis di dalam toilet ini. Aku meluapkan segala kekesalanku.
"Aku benar-benar tidak akan memaafkan perlakuanmu Kevin!!! Dan kau akan menerima akibat perbuatanmu!! Aku berjanji!."
Aku menghapus air mataku dan menatap diriku sedang berada di dalam cermin. Sungguh menyedihkannya diriku. Aku sudah tidak bisa lagi merasakan kebahagiaan sedikit pun.
Aku mengeluarkan pisau lipat kesayanganku dari sakuku."sssttt Permainan baru saja akan dimulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Psycho
Mystery / ThrillerClara adalah gadis yang sangat ceria. Ia cantik, pintar, kaya, dan berbakat. Ia sangat ramah terhadap orang lain. Tetapi, setelah beberapa kejadian yang ia alami. Perlahan merubah dirinya menjadi seseorang yang memiliki hobi membunuh atau bisa dise...