+. One

24.2K 2.1K 195
                                    


Terhitung sudah tiga hari Jaemin dan Jeno sibuk dengan urusannya masing-masing. Dimana Renjun semenjak hari pertamanya tinggal dengan kedua orang tua angkatnya sudah ditinggal dan dititipkan kepada para pembantu di rumah.

Saat pertama kali masuk ke dalam rumah yang begitu besar dan mewah ini, Tentu saja Renjun terpukau. Bagaimana tidak, ia biasa tinggal dan hidup di tempat yang biasa saja dan jauh dari kesan mewah. Dan apapun yang ia inginkan akan langsung tersaji di depannya tanpa harus bersusah payah melakukan ini dan itu.

"Baby, kau tidak menyambutku?" Tiba-tiba suara berat Jaemin terdengar mendekat.

Benar saja, Jaemin sudah berdiri di depan Renjun dengan kemejanya yang sudah tak lagi rapih, lengan digulung dan kedua kancing teratasnya terbuka menampakkan dada bidangnya dibiarkan menyapa.

"Uhh maaf, aku tidak tahu daddy akan pulang hari ini." Renjun menunduk sembari memainkan kukunya, ia masih tak tahu harus melakukan apa ketika berhadapan dengan kedua daddy nya.

"Kemari," titah Jaemin dengan suara lembutnya.

Begitu Renjun mendekat, Kedua tangan Jaemin langsung mendekap tubuh mungil Renjun dan menatapnya.

"Apa yang kau lakukan selama daddy tidak di rumah, hm?"

Renjun mengedipkan matanya berkali-kali karena ia merasa gugup berada dalam jarak yang begitu intim dengan Jaemin, "Uhm- tidak ada, aku hanya menggambar dan melakukan hal yang biasa kulakukan."

Di mata Jaemin, Renjun sungguh menggemaskan. Terlebih dengan wajah kebingungan seperti itu, rasanya Jaemin ingin sekali menidurinya semalaman penuh.

"Kau sudah bertemu Jeno?" Renjun menggeleng pelan mendengar pertanyaan Jaemin.

Ia memang belum melihat Jeno lagi setelah di panti asuhan. Karena sepertinya Jeno sangat sibuk akhir-akhir ini. Bagaimana tidak? Dia adalah pemilik Samsung Electronic yang terhitung kedalam perusahaan terbesar di Korea Selatan, sama hal nya dengan perusahaan milik Jaemin.

"Kau sudah makan, sayang?" Tangan besar Jaemin bergerak mengelus surai lembut milik Renjun.

"S-sudah, Daddy."

"Baiklah, ini sudah malam. Ayo tidur." Jaemin diikuti Renjun melangkahkan kakinya ke lantai dua dimana terdapat sebuah kamar yang super luas dengan ranjang yang berukuran besar yang mungkin akan cukup untuk tiga orang.

Dan ini pertama kalinya bagi Renjun memasuki kamar tersebut. Karena sebelumnya Renjun tidur di kamar miliknya yang sudah disediakan oleh Jeno dan Jaemin.

Sepengetahuannya, Jaemin dan Jeno sendiri memiliki kamar masing-masing. Jadi ia bertanya-tanya kamar apakah ini dan mengapa Jaemin mengajaknya kemari.

"Daddy mandi dulu, kau naiklah duluan." Jaemin langsung menghilang di balik pintu kamar mandi dan meninggalkan Renjun yang berdiri sendirian di tengah-tengah kamar.

Dengan setelan piyama bercelana pendek warna baby blue yang dipakainya, siapapun pasti akan memuji betapa menggemaskannya lelaki Huang itu.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sementara Jaemin sudah terlelap dalam tidurnya, Renjun justru terbangun karena tenggorokannya terasa kering. Ia memutuskan untuk turun dan mengambil minun ke dapur.

Diambillah sekotak susu berukuran besar dari dalam lemari es, namun tubuh mungil Renjun kesulitan ketika harus mengambil gelas yang berada di rak bagian atas. Kakinya berjinjit dan tangannya berusaha menggapai sebisanya. Hingga sebuah sentuhan di tangannya membuatnya terkejut setengah mati.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini, hm?"

Jeno membantu Renjun mengambil gelas yang sedari tadi ia butuhkan, lalu tanpa diminta ia menuangkan susu ke gelas Renjun. Sementara itu, Renjun masih terkesiap oleh kehadiran Jeno yang sangat tiba-tiba.

"Kenapa menatapku seperti itu? Aku tahu aku memang tampan." Celetuk Jeno yang baru saja mendapati Renjun yang terus-terusan menatapnya tanpa berkedip.

"B-bukan begitu," belum sempat Renjun melanjutkan kalimatnya, jari telunjuk Jeno sudah terlebih dahulu berada di bibir Renjun.

"Jaemin sudah tidur?" Tanya Jeno.

Renjun mengangguk, "Iya, Daddy Na sudah tidur."

Mendengar jawaban Renjun, Jeno lantas tersenyum lalu dengan tiba-tiba membopong tubuh Renjun dengan gelas yang masih ia genggam.

Lagi, Renjun dibuat terkejut. Ia bertanya tanya, apakah seorang ayah selalu melakukan hal seperti ini kepada anaknya? Ia tidak pernah tahu bagaimana sang ayah akan memperlakukan anaknya, karena sedari kecil ia sama sekali tak pernah mengenal kasih sayang seorang ayah.

Jeno mendudukkan Renjun di Ranjang yang sama dengan Jaemin, "Minumlah dulu susumu, setelah itu kau harus tidur." Jeno berkata demikian seraya melepaskan kemejanya.

Renjun menurut dan segera menghabiskan susunya lalu menaruh gelas kosong itu di nakas dekat ranjang.

Jeno naik dan menidurkan dirinya di atas Ranjang, lalu dengan tiba-tiba menarik tubuh mungil Renjun untuk tidur dalam pelukannya.

Entah mengapa Renjun merasakan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ia berada di tengah-tengah dua lelaki dewasa dan dipeluk oleh salah satu dari mereka.

"Daddy.....," gumam Renjun pelan seraya menatap Jeno yang sudah memejamkan matanya.

"Ssttt, just sleep, baby." Dengan matanya yang terpejam, Jeno mengelus lembut surai Renjun.

Dan entah bagaimana bisa hal kecil itu dapat mengulas senyum manis Renjun.

Ketiga insan itu melanjutkan malam mereka dengan tidur yang pulas, menjelalajah ke alam bawah sadarnya masing-masing dan menyisakan hening.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
un trésor ft. Norenmin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang