+. Seven

17.3K 1.5K 346
                                    





Bibir tipisnya mengerucut cemberut, maniknya masih fokus menatap layar ponselnya dengan perasaan kesal.

Renjun sudah duduk di halte terdekat sekolahnya selama kurang lebih dua jam.

Matahari sudah lebih dahulu pamit dan undur diri, digantikan dengan hadirnya malam gelap yang ramai namun sunyi di saat bersamaan.

Suara kendaraan yang melintas menandakan betapa sibuknya kota Seoul petang ini. Juga betapa sibuknya Jaemin dan Jeno sehingga sama sekali tidak mengangkat telepon atau membalas pesan Renjun.

Si mungil mulai takut dan khawatir, ia masih belum begitu mengenal lingkungan ini dengan baik. Menurutnya, tetap saja hidup di kota metropolitan itu menyeramkan. Jika kehidupannya sudah keras sebelumnya, maka mungkin di sini akan berkali lipat kerasnya.

Renjun terus meggosokkan telapak tangan ke pahanya, tanda bahwa ia tengah ketakutan. Renjun sedikit menyesal telah menolak tawaran Chenle sore tadi. Ia pikir pasti entah Jeno atau Jaemin akan menjemputnya. Namun kenyataanya seolah berbalik tak seperti harapan Renjun.

Sebuah mobil mewah mendadak berhenti di hadapan Renjun, Renjun yang terkejut sontak langsung mendongakkan kepalanya ketika melihat sang pemilik mobil keluar lalu menghampirinya.

"Sepertinya aku mengenalmu?"







"Sepertinya aku mengenalmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Akh- teruskan Siyeon." Racau Jeno ketika miliknya yang di bawah tengah dimanjakan oleh mulut sekretarisnya, Siyeon.

Mereka baru saja pulang dari kantor Jeno, dan seperti biasa, Siyeon menawarkan diri pada Jeno untuk membantu menghilangkan rasa lelah Jeno. Dan Jeno juga tidak bisa menolak, siapa memangnya yang akan menolak ajakan cuma-cuma dari seseorang secantik siyeon? Bodoh sekali, pikirnya.

Tiba-tiba suara dobrakan pintu cukup keras terdengar, seseorang berdiri dengan raut khawatir di tengah-tengah pintu kamarnya.

"Bedebah ku kira Renjun bersamamu." Ujar Jaemin dengan nada tinggi.

Siyeon hanya menoleh sebentar pada Jaemin, lalu kembali melakukan aktivitasnya pada milik Jeno.

"Mana kutahu, sedari tadi aku sibuk." Jawab Jeno acuh, kepalanya mendongak merasakan nikmat menjalar ke seluruh tubuhnya.

Jaemin menghela nafasnya kasar, "Sibuk dengan jalangmu, sialan."
Dengus Jaemin kemudian beranjak pergi meninggalkan kamar Jeno.

Jeno heran, kenapa Jaemin sampai marah padanya seperti itu. Toh ia tidak melakukan kesalahan apapun, pikirnya.

Sementara itu di lantai dasar, Jaemin tengah duduk di sofa panjang ruang keluarga sambil mengotak-atik ponsel pintarnya. Menekan tombol call pada kontak bernama baby di sana. Namun sama sekali tak ada jawaban. Sudah sekitar belasan kali Jaemin memanggilnya, karena ia begitu khawatir.

un trésor ft. Norenmin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang