Kesempatan

68 9 5
                                    

Yap!! pelukan hangat. Aku selalu suka itu dan butuh itu. Meski akhir-akhir ini, aku hanya menerima pelukan dari rasa dingin. Karena aku disini seorang diri, dan menutup duniaku dari sekitar, maka mau tak mau harus aku lawan, harus selalu "jangan manja."

"Coba dulu, siapa tau ketagihan."

"Mana ada mengutarakan isi hati jadi ketagihan."

"Bukan mengutarakan isi hati, tuan putri. Mencoba berbaur dengan sekitar."

Aku pernah begitu percaya pada dunia yang menyenangkan seperti dulu, hingga tak sadar cahaya yang indah bisa menghasilkan bayangan mengerikan. Salahku, terlalu menikmati indahnya cahaya, sampai tak tahu ada bayangan mengerikan yang akan terus menghantuiku.

Tentang pelukan hangat..
rasanya setiap manusia membutuhkannya, karena terdapat energi positif yang dihasilkan dari sebuah pelukan. Menurutku begitu.

Jika sedang terpuruk, manusia hanya perlu dimengerti, bukan? tak perlu pembelaan ataupun kritikan, cukup dengan berikan pelukan yang hangat dan tulus hingga ia mengerti bahwa ia akan selalu baik-baik saja. :)

"kamu sedang terpuruk, tapi kerjaanmu hanya mengeluh padaku."

"Karena hanya itu yang aku bisa."

"Sudah ku bilang, berbaurlah. Tak ada salahnya untuk mencoba."

"Sudah pernah ku coba, kau tahu hasilnya kan?!"

"Tuan putri, di dunia ini selalu ada kesempatan kedua bahkan beribu kesempatan untukmu yang mau berusaha bangkit."

"Dunia ini selalu kejam kepadaku, Semesta. Tak pernah ada rasa belas kasihan padaku."

"Jangan berpikiran seperti itu. Tuhan hanya sedang mengujimu."

"Sampai kapan?"

"Sampai kamu benar-benar bisa menjadi manusia."

"Aku sudah nyaman seperti ini, jangan suruh aku berbaur dengan kehidupan disini, semesta."

"Keluar dari zona nyamanmu. Tak sadarkah kamu dipenuhi oleh segala emosi? kamu selalu lawan rasa takutmu, tapi kamu tak pernah lawan emosimu sendiri.
Rasa takut bisa berubah menjadi hal yang baik, percaya itu. Kamu hanya harus melihat dari sudut yang lebih baik, dengan hati yang baik pula. Bukan dengan hati yang penuh dengan emosi."

Hatiku mulai terasa ganjil dan untuk kesekian kalinya air mata menjadi jawaban atas segala tanya dalam kepala.

Aku minta maaf karena terus bergulat dengan rasa takut, dan membiarkan emosiku tertanam dalam diri.—

.....

Hujan mengguyur bumi, malam ini. Perpaduan yang asyik untuk merayakan tidur yang nyenyak. Tapi kali ini, kurasa aku harus terus terjaga.

"Semesta, apa kau yakin aku bisa dapat kesempatan kedua?"

"Dunia ini selalu baik, hanya di dalamnya terdapat aneka ragam sifat manusia. Itulah sebab dunia terlihat begitu jahat. Kamu, salah satu yang menganggap dunia jahat, karena kamu hanya melihat dari satu sudut pandang. Dan mungkin karena kamu terlalu banyak berhadapan dengan manusia-manusia tak patuh aturan. Tuhan sayang kamu. Tuhan mau kamu belajar banyak dari dunia. Tuhan mau kamu gak cepat nyerah."

"Semesta, Tuhan tau aku capek kan?"

"Tuhan selalu tau apa yang kamu rasakan, tuan putri. Tuhan akan selalu kasih kamu kesempatan untuk bangkit. Berusaha semampumu, lalu berdoa agar kejadian tak menyenangkan itu tak terulang lagi."

"Akan aku coba."

"Aku selalu bersamamu, tuan putri. Perlahan saja."

Malam ini semesta berhasil mempengaruhi pikiranku. Akan aku coba sebisaku, akan aku lawan rasa takut, beserta emosiku yang bersarang dalam jiwa.

—Semoga setelah ku ceritakan separuh bagian hidupku yang selama ini aku simpan baik dalam relung hati, semua akan kembali baik-baik saja, atau bahkan membuat hatiku bisa berdamai, sedikit saja. Tak apa.

Jiwa yang baru, siap?

DUNIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang