2

110 15 7
                                    

.

Setelah aksi yang dilakukan Hirate Yurina terjadi, penjaga langsung mengamankan keduanya. Awalnya Hirate berniat untuk langsung pergi dari tempat. Tapi, Ratu Sugai berhasil menghentikan Hirate lalu pergi membawanya ke istana. Hirate berulang kali menolak ajakan sang ratu, tapi karena terus didesak akhirnya mau tak mau ia harus ikut.

Sang ratu membawanya ke meja makan kerajaan. Tentu saja meja makan kerajaan akan terus dipenuhi dengan makanan. Hirate sama sekali tak tergiur, ia pikir hidupnya sudah cukup. Tak berlebihan maupun kekurangan.

"Silahkan duduk, tuan Hirate!" perintah sang ratu pada Hirate.

Lagi-lagi aku dipanggil tuan. Aku tak bisa menyalahkannya. Pikir Hirate.

Hirate hanya mengangguk tanpa mengucapkan kata apapun. Sang ratu mempersilahkan dirinya untuk duduk di bangku meja makan seberangnya. Hirate awalnya sedikit ragu, entah mengapa. Tapi, pada akhirnya ia duduk di bangku. Ia pikir sang ratu akan mulai makan, tapi Ratu Sugai menuangkan segelas wine lalu memberikannya pada Hirate.

"Sebagai ucapan terima kasihku. Kumohon terimalah! Aku bisa saja sudah mati disana kalau kau tak segera bertindak." ucap Ratu Sugai.

Hirate memandang sang ratu tanpa ekspresi. Ia ingin menolaknya, tapi akan sangat tidak sopan jika menolak pemberian atas ucapan terima kasih. Apalagi seorang ratu lah yang menawarkan.

"Jadi, dimana kau tinggal, Hirate-san?" Tanya Sugai.

Hirate yang masih berwaspada, dirinya tak bisa berhenti melirik ke segala arah. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan atmosfer yang canggung ini. Apalagi sekarang dirinya hanya berdua dengan Ratu di kerajaan termakmur ini.

"Saat sensus, sepertinya aku tidak pernah melihat namamu didaftar. Jadi, aku ingin tahu dimana kau tinggal, dan darimana asalmu?" Lanjut Sugai bertanya.

"Maafkan aku, aku harus segera pergi. Temanku sudah menunggu cukup lama. Aku takut ia akan meninggalkanku." Hirate berdiri dari bangkunya.

Beberapa penjaga yang melihat hal itu cukup terkejut. Selama ini tak ada yang berani berlaku seperti itu pada sang ratu. Menolak lalu berdiri dari bangku sebelum ratu mempersilahkan. Tapi sang ratu hanya tersenyum sambil ikut berdiri di sampingnya.

"Baiklah kalau begitu. Sekali lagi, terima kasih atas bantuan mu. Kau telah menyelamatkan diriku dari seseorang yang hendak membunuhku." Ratu Sugai menundukkan kepalanya sedikit tanda terima kasih.

Seorang ratu telah menundukkan kepalanya pada Hirate. Hal itu tak pernah terpikirkan olehnya. Seorang ratu takkan pernah melakukan itu pada orang biasa sepertinya. Hirate hanya menganggap itu cuma bantuan kecil. Dan bukanlah sesuatu yang besar. Tapi, apa mungkin memang begitulah cara Ratu Sugai menghormati orang lain walau dirinya sendiri adalah seorang penguasa. Hirate tak tahu apa-apa. Ia menghabiskan waktunya di hutan. Ingat?

"Aku akan merasa sangat terhormat jika kau ingin berdiri di sisiku dan membantuku melindungi kerajaan ini. Tapi, sepertinya tidak bisa, ya?" Ucap Sugai.

Karena kalimat itu, mata Hirate langsung terbuka lebar. Kecurigaannya sekarang menjadi kenyataan. Tapi, Hirate berusaha menyembunyikan rasa kagetnya lalu menunduk pada Sugai dengan singkat sebelum akhirnya berdiri meninggalkan bangkunya.

"Masukkan sekantong koin emas di tas kecilnya!" Bisik seseorang.

Hirate dikawal keluar dari istana lewat gerbang samping istana. Ia tak ingin langsung bertatap muka dengan orang-orang yang lalu lalang di depan gerbang istana. Hirate melangkah sambil menundukkan kepalanya. Ia berusaha mencari Shida.

*Dug*

Tanpa sengaja, Hirate menubruk bahu seseorang yang tiba-tiba lewat di depannya. Mereka berdua hanya terdorong kebelakang, tak sampai terjatuh, "Mengapa kau menunduk ketika berjalan? Itu berbahaya." tegur seseorang yang menabraknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang