0:2

2.2K 179 111
                                    

Kim Seokjin hanya mampu meringis tatkala menyadari berpuluh pasang mata tengah menyorot presensinya.

Tatapan mereka terlihat seakan-akan predator yang hendak menerkam si target buruan.

Itu sungguh tidak nyaman.

Ayolah. Siapapun pasti tidak akan menaruh rasa suka jika dipandang dengan sedemikian rupa.

Intimidasi yang sirat akan ejekan itu tidak akan pernah dapat bersahabat dengan netranya.

Astaga. Apa sebegitu tidak sukanya mereka padaku?

Awal mula perkara itu mengambang di permukaan adalah perjumpaan singkat Kim Seokjin dengan putri pemilik rumah sakit, tempatnya sekarang melakukan magang.

Choi Areum. Itulah nama gadis tersebut. Bagus, bukan?

Selaras dengan gurat menawan yang terlukis di setiap inci wajahnya.

Kala itu, Seokjin tidak sengaja bertubrukan dengan torso Areum—sewaktu membelokkan diri di tikungan—lantaran tapakan langkah yang kelewat cepat guna memburu waktu agar tidak terlambat di hari pertama magang.

Akan sangat tidak elite jika dia harus dihukum pada saat segalanya baru saja hendak dimulai, ’kan?

Lantas, perjumpaan mereka kian bertambah kerap. Barangkali, nyaris setiap hari si dara datang ke rumah sakit.

Entah itu untuk menemui sang ayah, bertegur sapa dengan karyawan serta pelayan kantin, atau datang khusus untuk menengok dirinya, seperti sekarang ini.

Kim Seokjin lantas bergegas menyeret tungkai, mendekati presensi gadis yang kini tengah tersenyum manis—menyambut kedatangannya.

Menarik kursi guna mendapatkan akses masuk, pria berjas putih itu lantas mendaratkan pantat di atas kursi kayu—yang datar serta bertekstur agak kasar—dengan perlahan.

“Hai, Areum. Kau datang, lagi?”

Yang ditanya lantas mengangguk. Seokjin dapat menangkap ulasan kurva yang kian melengkung di kedua belah bibir ranum si gadis.

Percayalah, itu mampu menciptakan letupan tak kasatmata di dalam sana.

Dan lagi, jantungnya tetiba bertalu tak karuan sewaktu dara manis itu kembali membuka vokal dengan intonasi riang—seperti biasanya—sebagai jawaban.

“Tentu. Aku merindukanmu, Oppa.” []

First and Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang