0:1

3K 221 45
                                    

Aroma masakan menguar kuat, memenuhi seisi ruangan—dengan deret meja dan kursi yang tersusun rapi.

Rontaan cacing di perut kian menggila tatkala tungkai sempurna melewati batas masuk kantin, memaksa seorang pria dengan balutan jas putih memacu langkah lebih cepat.

Netranya ripuh menyelisik, mencari di mana gerangan torsonya akan duduk.

Ah, ketemu!

Lantas, pria itu bergegas menghaluankan tapak langkah menuju tempat di mana dua kursi dalam satu meja tersisa di sudut ruangan.

Namun, langkahnya mendadak stagnan kala seorang gadis telah lebih dulu menduduki salah satu kursinya.

Menyisakan satu kursi yang berada tepat di hadapannya.

Rasa gamam dalam sekejap memenuhi benak, di tengah keterpakuan atas kehadiran yang tidak terduga olehnya.

Barangkali, tidak masalah baginya tuk putar haluan, lantas bergegas meninggalkan kantin—sekalipun demonstran di dalam perut kian melunjak.

Namun sepertinya, itu hanya akan berakhir selayaknya angan semata, tanpa ada bukti nyata atas pencapaian yang diinginkan.

Bagaimana tidak?

Si gadis sudah lebih dulu menyadari presensinya. Lantas, dara itu melambai singkat seraya berseru, “Seokjin. Kim Seokjin. Kemarilah.” []

First and Last ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang