Part 1 - Anak Kembar

3.3K 200 80
                                    

Menjalani hari hanya bertiga bersama kedua anak tentu menjadi tantangan bagi Ana. Ibu dua orang anak itu harus menjadi orang tua tunggal setelah sang suami meniggal beberapa tahun lalu. Hidup tanpa pasangan selama bertahun-tahun membuat Ana berubah menjadi wanita mandiri. Segala hal harus bisa dia lakukan sendiri, terutama dalam hal mencukupi kebutuhan keluarga.

Sejak dulu, Ana sudah terbiasa menjalani peran sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier. Hanya saja, setelah suaminya meninggal, ada hal yang berubah. Wanita itu harus mencukupi kebutuhan kedua anaknya seorang diri. Kedua anaknya makin beranjak dewasa dan segala kebutuhan mereka pun meningkat, terutama untuk masalah pendidikan. Makin tinggi jenjang pendidikan, makin tinggi pula biaya yang perlu dipersiapkan. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang bagi Ana. Semua terasa begitu mudah selama kedua anaknya ada bersamanya.

Si kembar Althan dan Alrik merupakan harta paling berharga kebanggaan Ana. Awalnya, kehadiran anak kembar itu menjadi beban bagi Ana, tidak hanya saat masih di dalam kandungan, tetapi juga setelah mereka lahir. Dulu, wanita itu menyesali kehadiran mereka yang tidak pernah diharapkan, kini menyesal karena sempat tidak menerima mereka sebagai anak. Pada akhirnya, tetap merekalah yang memberi kekuatan kepada Ana hingga bisa tetap berdiri kokoh dan tegar dalam menghadapi segala ujian.

Saat ini, Ana sedang sibuk di dapur. Wanita itu sedang menyiapkan makan malam setelah pulang kantor sekitar satu jam lalu. Biasanya, Ana lebih memilih membeli makanan di luar, tetapi hari ini pulang lebih awal, jadi memasakkan makanan untuk anaknya.

"Althan, Alrik! Cepet turun, makanan udah siap," panggil Ana kepada kedua anaknya yang berada di lantai atas seraya merapikan makanan di atas meja. Hari ini, Ana menyiapkan makanan yang sederhana, sup ayam dan tempe goreng, besera sambal sebagai pelengkap.

Lima menit berlalu, tetapi anak kembar itu tidak kunjung turun. Ana mendongak dan menatap lantai atas dengan dahi berkerut sebab tidak biasanya anak-anaknya tidak langsung turun setelah dipanggil. Akhirnya, wanita itu menaiki tangga dan seketika bibirnya mengatup saat melihat kedua anaknya sedang duduk menghadap komputer sambil memegang joystick.

"Bagus, ya, punya kuping nggak dipake."

Secara tiba-tiba, Ana menjewer telinga si kembar dan mereka refleks memegang tangannya. Anak kembar itu sedang bermain playstation. Pantas saja mereka tidak menyahuti panggilan ibunya, ternyata sedang asyik bermain. Kebiasaan mereka, apa pun akan diabaikan saat sedang bermain.

"Sakit, Ma."

"Ampun, Ma."

Keduanya merintih kesakitan karena jeweran Ana.

"Mainnya udahan, nggak? Udah waktunya makan malam," tutur Ana galak sambil memelotot.

"Tanggung, Ma. Bentar lagi, ya. Beresin dulu mainnya," ucap Alrik seraya mendongak dan menatap Ana dengan wajah memelas sambil memegang tangan ibunya yang masih menjewer telinganya.

"Oke. Beres main, PS sama komputernya mama jual!" ancam Ana seraya melepas jeweran, lalu menyilangkan tangan di depan dada.

"Iya! Makan sekarang," ujar anak kembar itu kompak, lalu menghentikan permainan dan mematikan komputer sedikit terburu-buru.

Ancaman Ana tidak pernah main-main. Dia cukup tegas dan selalu menepati ucapannya. Anak kembar itu pernah kehilangan PS karena tidak menuruti perintah ibunya, kali ini tidak ingin hal itu terulang lagi. Meski dalam hati merasa dongkol, mereka segera menuruti perintah Ana untuk segera makan malam. Padahal, hanya tinggal beberapa menit lagi permainan selesai, tetapi terpaksa mereka akhiri demi keamanan playstation kesayangan.

"Mama tunggu di meja makan," ujar Ana seraya berjalan menuju tangga.

"Ibu Ratu mainnya ngancem terus," gerutu Alrik pelan.

Unexpected TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang