04

11 1 0
                                    


Mobil Audi R8 V10 merah berhenti tepat di gerbang sekolah. Kedatangannya mencuri perhatian seluruh orang yang berada di sana. Mereka menerka-nerka siapa yang keluar dari mobil mewah itu? Pastinya seseorang yang mempunyai posisi teratas.

 Mereka menerka-nerka siapa yang keluar dari mobil mewah itu? Pastinya seseorang yang mempunyai posisi teratas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan benar saja, seorang gadis keluar dengan anggun. Wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih bersih, menambah kesempurnaan dan kesan mewah kehidupannya. Namun sebelum gadis itu beranjak, seseorang di depan kemudi menahan langkahnya.

"Ruby, maafin mamah ya gak bisa temenin kamu buat daftar." Tuturnya dengan raut sedih.

"Iya mah gak apa-apa, Ruby bisa sendiri kok." Balasnya dengan senyuman lembut.

Ruby berbalik dan berjalan, selalu seperti ini, setiap ia menjadi murid baru tatapan mata semua orang seakan dirinya berbeda. Ya, dia memang berbeda, statusnya sebagai seorang konglomerat membuat Ruby menjadi susah mencari teman. Katanya 'jangan berteman dengannya, dia anak orang kaya sedangkan kita miskin. Tidak sebanding dia hanya akan membuat kita malu'. Padahal ia tidak pernah memilah milah orang untuk dijadikannya teman, asalkan ia baik dan bisa mengerti perasaan Ruby dan bisa menerima kekurangannya. Dan juga semua harta bukan miliknya melainkan milik kedua orang tuanya.

Ruby menghela nafasnya, ia mengeratkan pegangan ke tali tas ranselnya. Ia menatap sekeliling mencari keberadaan ruangan yang di tujunya. Namun tanpa sengaja Ruby menabrak seseorang yang berjalan berlawanan.

"Maaf, aku gak sengaja."

Seseorang tersebut tersenyum manis menampilkan lesung pipinya dan giginya yang gingsul. Ruby seakan terhipnotis dengan wajahnya yang manis dan tampan, ia menatap lekat pemuda dihadapannya

"Ah tidak apa-apa." Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya membalas tatapan Ruby.

"Kamu murid baru?"

Pertanyaan itu menyadarkan Ruby dan ia menggelengkan kepalanya. Apa yang ia lakukan? Baru saja menjadi murid baru sudah jatuh cinta? Ah tidak, bukan seperti itu. Ia hanya terpesona dengan wajah pemuda dihadapannya ini.

"Um ya, aku murid baru disini."

"Apa kau mencari ruangan kepala sekolah?"

"Iya, tapi aku belum menemukannya." Ruby menghela nafas berat, sudah lima belas menit ia berjalan, namun tidak juga menemukan ruangan kepala sekolah.

Pemuda dihadapannya tersenyum lebar semakin memperjelas gigi gingsulnya. "Mau aku antar ke ruangannya?"

Sekali lagi Ruby terkesiap dengan senyumannya, ia menggelengkan membuang mukanya sebentar dan menatap kembali pemuda itu. Ruby hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya.

Ruby berjalan mengekori pemuda yang mengajaknya mengantar ke ruangan kepala sekolah. Ruby menatap punggungnya yang lebar dan badannya yang tinggi tegap, sungguh nyaman jika berada di pelukannya. Tidak, apa yang sudah ia pikirkan? Ini sudah terlalu jauh. Ruby memegang pipinya dan menggelengkan kepalanya berkali-kali sampai tidak sadar seseorang dihadapannya sudah berhenti. Alhasil ia menabrak punggung yang jadi khayalannya tadi.

"Kita sudah sampai." Suara bariton menyadarkan Ruby dan segera mengadah menatap pemilik suara itu. Ruby tersenyum kikuk, ia memalingkan wajahnya yang sudah memerah.

"Terima kasih."

"Sama sama."

Mereka saling terdiam di depan pintu ruangan yang sedari tadi Ruby cari. Ruby terus memalingkan wajahnya sedangkan pemuda dihadapannya menatap Ruby dengan senyuman yang terus terbit di wajahnya. Entah apa yang ada di pikirannya, mungkin ia tertarik dengan gadis dihadapannya itu?

Tak lama suara bel berbunyi, menyadarkan mereka dari pikirannya masing-masing.

"Sudah bel, aku ke kelas dulu. Semoga kita sekelas." Pemuda itu berbalik dengan senyuman yang sama. Ruby mematung dengan menatap kepergian pemuda itu.

"Astaga, tadi itu bel pergantian pelajaran. Aku harus cepat ketemu kepala sekolah." Dengan terburu-buru Ruby mengetuk pintu. Lalu ia masuk kedalam setelah mendapat seruan seseorang di dalamnya.

-----........

Kelas 11-1 terlihat sangat kacau dan berisik, penampilan muridnya sangat mencolok dan glamor. Bagaimana tidak, kelas 1 adalah perkumpulan anak konglomerat. Bahkan anak pemberi donatur terbesar pun berada di sana. Sekolah disini sangat berbeda dengan sekolah lainnya, di sekolah lain kelas 1 berisi murid pilihan yang pintar dan cerdas sedangkan disini berisi murid yang orang tuanya berperan penting di kalangan masyarakat.

Bahkan ada seorang anak cerdas tapi menempati kelas paling bobrok dan buangan hanya karena ia miskin dan sebatas mengandalkan beasiswa. Sungguh bukan contoh baik untuk sekolah yang bisa dibilang sekolahan elit dan favorit.

Di tengah kebisingan kelas 11-1 terdapat satu siswa dengan santainya tertidur. Itu kebiasaannya, semua murid pun terlihat cuek saja melihatnya. Wajahnya yang babak belur dan di penuhi tempelan kain putih sungguh tidak menghilangkan ketampanannya. Sungguh naif jika wanita tidak tertarik dengannya, banyak siswi yang mengidolakan namun mereka berpikir dua kali karena tidak ingin terlibat masalah. Dan juga ia anak yang misterius walaupun semuanya tahu ia anak seorang donatur terbesar di sekolah namun tidak tahu bagaimana ia menjalani kehidupannya.

Suara langkah kaki terdengar di lorong kelas 11, terlihat seorang wanita dengan pakaian kurang bahan Melenggang masuk ke dalam kelas 11-1. Dia diikuti oleh seorang gadis anggun yang menjadi perhatian setiap kelas.

Brakk...

Wanita itu menggebrak meja dan membuat seisi kelas hening. Mereka saling berlari ke meja masing-masing.

"Jangan ribut dan perhatikan saya sebentar." Ia berkata dengan tegas dan menatap seluruh murid kelas 1, setelah cukup lama dan tidak ada yang berisik ataupun meninggalkannya tempat duduknya wanita itu menatap gadis di sampingnya.

"Kalian kedatangan murid baru, dia pindahan dari luar negeri. Ayo perkenalkan nama kamu."

"Nama saya Ruby Jacquelin, saya pindahan dari lycee louis le grand, Perancis."

Semua murid berbisik dengan tatapan mengarah ke Ruby. Ruby sedikit gugup dan canggung.

"Ruby, kamu duduk di sebelah Nayla."

Ruby mengangguk dan menatap teman kelasnya, tatapan Ruby terhenti kearah gadis bekuncir dua sebahu dengan poni menutupi seluruh dahinya, ia tersenyum dan menunjuk kursi sebelah. Ah sangat lucu, dia sungguh terlihat bukan seperti anak SMA lebih mirip anak TK?

Dengan canggung, Ruby melangkah menuju kursi yang di tunjuk Nayla. Ia tersenyum kearah murid-murid yang duduk di bangku depan karena ternyata Ruby duduk di kursi belakang. Dan tanpa di duga semua murid membalas senyumannya. Rasa canggung dan gugup yang ia rasakan perlahan memudar, ternyata murid di kelas barunya ini tak begitu buruk. Ruby berharap semoga ia bisa menjalani hari-harinya dengan baik disini.

---***---

TBC

SyaqillaChan♀️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang