one

1.7K 150 11
                                    

PERINGATAN UNTUK PARA READERS YANG BIJAK:
~ DIHARAPKAN TIDAK SALAH LAPAK, CERITA INI MURNI FIKSI PENGGEMAR..
~ 100% TIDAK ADA DI KEHIDUPAN NYATA, KARENA INI REAL IMAJINASI KU (hanya mengambil beberapa penggalan di real life tapi akan aku rombak lagi)
~ CAST YANG AKU PAKAI MASIH #STRAYKIDS, DAN MUNGKIN AKAN MUNCUL CAST LAINNYA SESUAI KEBUTUHAN
~ SEDIKIT SENSITIF,
~ DAN AKU BERI PENEGASAN LAGI, "KALO INI HANYA KARANGAN FIKSI/BUKU FIKSI YANG MANA SEMUA CERITA ALUR UDAH AKU UBAH SESUAI IMAJINASI DAN KEBUTUHAN ALUR. JADI! JANGAN SAMPAI ADA KESALAHPAHAMAN."








**********
*****
***
*





28 Oktober 2019


Bolehkan pria pirang itu menendang siaran televisi di depan sana? Bolehkan jika pria pirang itu marah, berteriak, meraung melampiaskan segala perasaannya yang tengah berkecamuk? Bolehkan jika pria pirang itu menangis meluapkan segala sakit dan sesak yang sedari tadi ia tahan?


dan bolehkan pria pirang itu menyerah?


Ia merasa gagal, merasa bersalah, merasa takut dan merasa semua nya benar-benar tidak adil untuknya dan yang lainnya saat ini. Pria pirang itu hanya menatap depan dengan sorot mata yang redup penuh kekosongan, matanya sembab, bibirnya pucat, rambut dan pakaian nya yang berantakan ia biarkan begitu saja.
Tangannya terkepal kuat saat suara dari penyiar televisi kembali menayangkan berita HOT NEWS yang selama hampir lima jam terus di putar dan diberitakan berulang-ulang, genggamannya pada remote kontrol kian mengerat seiring dengan panas dalam hati dan matanya yang perlahan mulai mengabur siap menumpahkan lelehan liquid bening untuk kesekian kalinya dalam kurun waktu yang berdekatan.


BRAK

Remote dengan merk elektronik terkenal itu melayang dengan baik menghancurkan layar televisi datar di depannya, bersamaan dengan itu bahu kokoh yang selalu menjadi dambaan banyak orang itu perlahan mulai bergetar. Isakan lirih nan memilukan kembali terdengar, meski lirih tidak dapat ditampik tujuh orang didalam tempat yang sama dengan si pirang dapat mendengarnya. Mereka sama-sama hancur dengan si pirang, keadaan ketujuhnya tidak bisa dikatakan normal atau baik-baik saja.


Hancur, sehancur yang pernah mereka rasakan untuk pertama kalinya


"Setelah ini aku harus bagaimana?" ucapnya lirih, sangat lirih dan sela isakan nya.
"Kamu pergi, dan apa aku harus bertahan?" ujarnya kembali pada keheningan, mata bengkak dan merah miliknya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata sejak pagi tadi bahkan hingga matahari kembali ke peraduannya, mata yang biasanya berbinar senang, melengkung dengan tampan itu tak bisa berhenti menangis.

ia hancur, kehilangan satu dari delapan yang ia punya dan ia jaga. Kehilangan satu dari banyak orang yang sudah ia percayai sebagai keluarganya di perantauan, kehilangan satu dari delapan kepakan sayapnya karena patah sebab kegagalannya dalam menjaga.

ia takut akan menjadi sumber kekecewaan banyak pihak











Jam sudah menunjukkan pukul 8.25pm/KST, tidak ada hal yang lebih menarik yang bisa mereka lakukan selain berdiam diri di kamar dorm masing-masing. Member dengan wajah tupai yang biasanya hiperaktif dan selalu membanyol dengan lawakannya kini hanya bisa mengurung diri didalam selimut bergambar Pororo miliknya, tubuh sangat lelah hanya untuk beranjak dan bahkan perasaannya yang begitu lelah dengan semuanya.


Mata sipit yang tampan itu juga membengkak, bibir nya sesekali bergumam menyalahkan diri sendiri.

"Tidak akan ada gunanya bersedih terlalu berlarut-larut" ujar dari seseorang yang baru saja menyelesaikan acara mandinya,

"Jangan sok kuat, bahkan kemarin kau yang paling keras menangis dan meraung" balasnya dengan menatap datar lawan bicaranya yang kini tengah sibuk mengeringkan rambut

"Ya memang! Tapi bukankah seharusnya kau sadar tuan Han Jisung, jika terlalu lama bersedih dan terus menyalahkan dirimu sendiri. Aku yakin cepat tau lambat kau pasti akan dibawa keruang isolasi karena terlalu stress, lagi pula dia tidak akan kembali.."

"YAK! KAU MENGATAI KU AKAN GILA, HA?" teriaknya tidak terima kala teman sekamarnya dengan tidak langsung mengatakan jika ia akan gila, namun jika dipikir-pikir ia akan begitu jika ia terlalu stress

Seseorang tadi hanya mengendikan bahu acuh sebagai respon nya pada Jisung, lebih memilih baju yang akan ia pakai sebelum

SRETT

"Kau tau Felix, disini yang paling jatuh itu dirimu. Jadi jangan sok kuat dengan topeng murahanmu itu, aku tau kau juga sama skornya dengan kita semua. Sama-sama nol" ucapnya, setelah ia membalik dengan paksa tubuh teman sekamarnya. Lee Felix

Sedangkan Felix hanya mendecih, memperlihatkan seringai sembari menatap Jisung dengan sorot mata datar namun jelas jika di dalamnya tengah memperlihatkan betapa hancurnya seorang Lee Felix.

sorot yang beberapa waktu terakhir ini sama-sama di miliki oleh kedelapan orang, sorot yang dapat di artikan semacam-----------keputusasaan? atau kebencian?

"Aku memang sempat terjatuh, tapi aku juga tau bagaimana caranya bangkit. Kau bersedih terlalu lama berharap Kim Woojin akan kembali? Hell, tidur sana dan kau akan menemui hyungmu itu" ucapnya final, mengambil secara asal baju di dalam lemari dan pergi keluar kamar sembari membanting pintu bercat putih itu keras-keras.

Meninggalkan Jisung yang masih mematung di tempat yang sama dengan pandangan tidak percaya, masih terkejut kala mendengar suara dingin dan penuh kebencian milik seseorang yang terkenal selalu ceria bak bunga matahari dikalangan banyak orang.

"Kau berubah Lee Felix?" gumamnya lirih bersamaan dengan tubuh yang tiba-tiba merosot jatuh kelantai sembari menahan bahu yang bergetar sebab isakannya yang entah sudah keluar untuk yang ke berapa kalinya















TBC





BREAK
Y O U N G   W I N G ' S















HALO READERS!!!
SEMOGA SUKA, ENJOY!!♥️
MAAF PENDEK, MASIH AWAL SOALNYA.. HEHE 😅

BREAK  ••  Y O U N G   W I N G ' STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang