Happy Reading
**********
*****
***
*Pagi hari yang terasa sangat berbeda, matahari sudah beranjak menampakkan cahaya nya sejak beberapa jam yang lalu. Meski terik namun tetap tidak bisa menghangatkan badan yang saat itu masih terbalut jaket tebal, sebab Seoul sedang musim dingin.
"Pagi" sapa seorang pria paruh baya pada sosok pemuda yang memiliki senyum teduh itu,
"Pagi paman" balasnya, dengan senyum manis yang memperlihatkan lengkungan tampan pada matanya yang membentuk bulan sabit. Lalu kembali pada pandangan awalnya yang tengah sibuk menikmati udara dingin kota Seoul dari ketinggian lantai 34 apartemen milik pria paruh baya itu sembari memegang sebuah foto yang ia bawa kemana-mana, matanya nampak enggan beralih dari padatnya lalu lintas pagi itu yang memperlihatkan bagaimana sibuknya kota tempat tinggalnya saat ini.
"Apa yang sedang mengganggu pikiran mu?" tanya dari seorang pria paruh baya yang sedari tadi sudah duduk di sampingnya, sama-sama menikmati suasana pagi dari balkon
"Tidak, tidak ada yang menggangu.." balasnya
"Aku tau kau sedang merindukan mereka, kan?" sahutnya, kala mata dengan kulit yang sudah berkerut itu menatap sebuah foto yang tengah di genggaman dengan erat oleh sang pemuda disampingnya seperti sedang menyalurkan suatu perasaan yang tengah mengganggu pikirannya
Sedangkan pemuda itu menghela nafasnya sebagai respon, ia tidak tau apa yang tengah membuatnya begitu pusing pagi ini. Terkadang ketika perasaan semacam ini muncul ia akan mengeluarkan foto yang ia genggam sekarang, dan ajaib nya selalu membuatnya tenang meski tidak secara menyeluruh.
Namun kali ini tidak bisa, dan ia tidak tau hal apa yang membuat hatinya sedari semalam merasa begitu ganjil.
"Aku selalu rindu dengan mereka, kapanpun itu!" jawabnya dengan nada suara lirih, meski begitu pria paruh baya di sampingnya masih bisa mendengarkan dan hanya tersenyum tanpa arti sembari mengusap pundak yang lebih muda bermaksud memberi ketenangan
"Kalau begitu temui mereka.."
Ucapan yang lebih tua menarik seluruh atensi nya pada wajah pria paruh baya yang justru tengah tersenyum teduh, senyum yang sama dengan miliknya. Menatap dengan pandangan tak mengerti yang membuat pria paruh baya itu terkekeh dan heran, pemuda itu sudah berusia 23 tahun namun terkadang memiliki otak seperti anak berusia 10 tahun
"Jika rindu, maka temui mereka.. Berdiam disini dengan menggenggam foto itu tidak akan berhasil," jelas pria paruh baya itu
"Tapi tidak semudah itu paman, aku tidak bisa melakukan nya.." jawabnya dengan nada keputusasaan yang kentara terdengar, mendadak bagian kiri dadanya berdenyut nyeri bahkan nafasnya sedikit tercekat kala bayang-bayang masa lalu dengan lancang mengusik ketenangan pikiran nya.
mengingatkan kembali pada keluarga kecil yang dulu membuatnya tertawa, mengingatkan pada mereka yang sudah jauh dari jangkauan nya selain foto yang ia genggam erat.
"Kau tau, ketika semua sudah tidak sejalan dan sangat menyulitkan. Saat itu kau sudah memutuskan keputusan yang paling terbaik, jadi jangan terlalu menyalahkan keputusan mu.." ucapnya, bersamaan dengan itu genggam pada foto yang memperlihatkan wajah-wajah bahagia penuh senyuman dan kenangan itu semakin mengerat dan bersamaan dengan lelehan liquid bening yang mengalir dari pelupuk mata teduhnya.
"perasaanku sangat sakit merasakan ini.."
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAK •• Y O U N G W I N G ' S
Teen Fiction[BOOK #4] tentang Stray Kids yang kehilangan satu sayapnya, dan tentang Chan yang kehilangan satu dari delapan pilar penopang atas hidupnya [WARN! : udah baca aja!!..]