Bertaubat.
Mungkinkah sekarang waktu yang tepat untuk ia berubah?.
Apa ia sudah sanggup menanggung resiko yang harus ia ambil.
Yakinlah humaira!.
Bukanya zahra pernah menjelaskan niatkan hijrah semata-mata karena Allah. Lalu apa yang perlu ia risaukan dan cemaskan, sedangkan Allah selalu ada.
Tak papa bila temannya mulai menjauh. Tak papa bila keluarga heran dengan perubahan yang ia lakukan. Tak papa walau warga menganggapnya hijrah palsu. Niatkan hanya karena Allah, hanya karena Allah semata.
Ini adalah waktunya.
Tak akan ada kesempatan lain. Jam tak akan pernah berputar mundur, bumi tak akan pernah berputar berlawanan arah. Matahari tak akan kembali hanya untuk menunggunya berubah.
Ini waktunya.
Umay memegang kedua ujung kerudung, kemudian mengambil peniti di atas kotak kecil bewarna transparan. Peniti tajam itu ia tusukan kepada kain di bawah dagu. Sempat ia meringis karena beberapa kali peniti tajam itu menusuk kulit leher, walau pada akhirnya ia berhasil.
Kesakitan yang berbuah manis.
"Ya Allah, bantulah aku agar tetap istiqamah." Umay tersenyum melihat bayangan dirinya di cermin.
Setelah memastikan pakaiannya sopan dan rapih. Umay berjalan menuju pintu, membuka kenop kemudian melangkah keluar kamar dengan langkah mantap.
Tinggalkan yang lalu dan buka lembaran baru. Kita tak hidup di masalalu, tapi hidup di masa sekarang untuk menuju masa depan cerah.
***
Suasana caffe terlihat sepi, hanya ada beberapa orang wanita dan pria terlihat sedang menggobrol seru."Aku tak pernah melihatmu jalan lagi dengan umay" seorang wanita berambut pendek bertanya, ke arah pria yang terlihat asik meminum coffe yang tadi ia pesan.
Bahunya begedik, "entahlah... umay tiba-tiba berubah. Dia sulit di temui, semua pesanku dia tak balas. Mungkin dia sibuk."
"Masa sih? Padahal kemarin aku masih chattan sama umay dan katanya dia mau datang hari ini" kekey menunjukan chattan nya kemarin.
Fredy yang melihatnya tersenyum simpul, menggenggam erat gelas dengan kuat. Apa-apaan dia? Kenapa dia tak membalas chhattan yang ia kirim. Padahal biasanya umay tak pernah absen untuk membalas pesannya, sesibuk apapun dia.
"Apa kalian sedang ada masalah?" Tanya kekey halus, tak ingin menyinggung fredy.
"Tidak, kami baik-baik saja"
"Kami harap, hubungan kalian baik-baik saja. Aku tahu benar bagaimana umay yang mencintaimu setulus hati. Sebagai sahabatnya, kami harap hubungan kalian baik-baik saja" Athalia syabil ikut menyahut, melihat fredy yang terlihat menahan kesal.
"Itu, umay kan?"
Kekey menunjuk ke arah belakang fredy, membuat semua orang ikut menoleh ketika nama humaira di sebutkan.
Terdiam.
Tak ada yang bersuara, ketika umay mendekati semua orang. Pakaian yang berbeda cukup membuat semua orang terkejut. Ini bukan pertama kalinya umay pernah memakai baju syar'i dengan kerudung lebar. Tapi mereka ingat perkataan umay, kalau ia tak akan berubah lagi karena kesal dengan olokan orang-orang.
Tapi sekarang...
Apa yang terjadi?
"Kau memakai pakaian ini lagi" kekey beranjak, mendekati umay yang berdiri dengan jarak tak terlalu jauh dari meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
hijrahku palsu?
Spiritualapakah ada yang namanya hijrah palsu? bukankah hijrah itu sebuah perjalanan? bukankah hijrah itu butuh proses? jika ada yg salah dalam hijrahku apakah itu bisa langsung di katakan bahwa hijrahku palsu?