Di antara deretan pigura lawas,
Hanya ada putih dan abu.
Menarik jari di antara debu yang hinggap
Hingga pada sesenggukan yang mendadak pergi.
Aku menampung air mata
Teruntuk kamu yang pergi,
digandeng sunyi
Aku hanya diam dalam reruntuhan tubuhmu
Tubuh yang abu dan basah oleh tangis.
Kepergian yang tak pernah menjadi awan
dalam tidur lelapku.
Namun, apakah kamu yang sejauh aku,
akan pulang pada rumah renta yang dulu,
Menyesap secangkir kopi bersama
Serta pergi meninggalkan ampasnya begitu saja.
Aku tak pernah lupa akan dahan-dahan yang patah
Yang berbisik pada dedaunan, bicara soal kita.
Sejauh apakah kita?
Aku harap kamu baik-baik dalam bayangan ini.
Pematangsiantar, 06 Desember 2019
Leonardo Aditya Bagus Pratama