Pada lembayung senja ini
Kugantungkan sebuah mimpi.
Terasa suwung batinku
Saat kamu dan aku memilih pergi.
Teras-teras gubuk kita yang tanpa jendela,
Pigura-pigura,
serta kisi-kisi yang mulai renta
Meminta sajak untuk menuliskan
Cerita yang pernah dilukiskan,
Pada dinding-dinding bambu ini.
Kita pernah pulang sekali,
Namun dua kali pergi dan tak kembali
Kapan kita menyeduh air mata dengan
secangkir kopi hangat buatanmu dulu?
Ataukah kita lupa asal muasal kita?
Aku berharap lagi, bahwa kamu baik-baik saja
: dalam riuhmu yang tanpa akhir.
Pematangsiantar, 11 Desember 2019
Leonardo Aditya Bagus Pratama