bae : ii

12.4K 1.4K 93
                                    

Karena weekend, jam besuk dibuka lebih lama. Yang menjenguk Saga pun tidak habis-habisnya sejak saat jam besuk dibuka. Mulai dari tetangga sekitar rumahnya, tantenya, sampai teman-teman Saga.

Dibanding menjenguk Saga, sebenarnya orang-orang yang datang ini lebih banyak mengobrol dengan ibunya Saga. Tidak enak juga lama-lama di dalam kamar, mengingat masih ada Arbie, pasien sekamar Saga. Jadi mereka hanya masuk sesaat menyapa Saga lalu keluar lagi, mengobrol disana.

Sejak dirawat empat hari lalu, Saga tidak pernah sekali pun melihat orang yang datang menjenguk Arbie. Seingat Saga hanya ada satu orang yang kadang datang, tapi hanya menemui orangtua Arbie di luar kamar. Itu omnya. Saga bisa tau dari percakapan orangtua Arbie yang tidak sengaja ia dengar.

Sejak kejadian dua hari lalu, waktu Arbie memanggil-manggil ibunya, Arbie jadi sulit ditinggal, tidak bisa dibujuk juga. Alhasil orangtuanya harus bergantian kalau ingin ke luar atau sekadar ke toilet. Arbie sudah dibujuk-bujuk ia tidak sendiri karena ada Saga, tapi tetap sulit. Saga pun malah akhirnya akrab dengan orangtua Arbie ketimbang Arbienya sendiri.

Setau Saga, Arbie sudah lebih dulu dirawat di Rumah Sakit ini beberapa hari sebelum Saga. Saga makin penasaran melihat kondisi Arbie yang menurutnya... lama pulihnya. Saga penasaran apa benar kecelakaan atau karena hal lain?

Seketika temen sekamar Saga ini jadi penuh misteri.

Yang Saga tau dari ibunya, kalau Arbie ini melakukan beberapa operasi karena katanya ada tulang tulang-tulangnya yang retak. Saga cuma ingat ada tulang rusuknya. Saga makin yakin kalau Arbie kecelakaan. Entah mobil atau motor. Tapi kata ibunya bukan.

Setiap hari Arbie selalu dibawa keluar oleh perawat, sependengaran Saga untuk terapi dan hal-hal lain, Saga kurang paham. Tapi Saga hapal betul, Arbie selalu dibawa setelah makan siang dan akan kembali dalam 30 menit. Kebetulan waktu Arbie dibawa untuk terapi, waktu sohib-sohibnya datang juga.

"Yaa elaah, Tukang Jagal sekolah malah tumbang kena usus buntu."

"Ya itu lah, hukuman karena suka makan jajanan yang belinya pake uang hasil malak."

"Yee bangsat! Seumur-umur gak pernah gue malak orang. Maaf! Gue udah kaya, gak perlu malak." Saga dengan semangat menempeleng kepala Reza dan Adit, yang sayangnya tempelengan itu berbalik juga padanya karena Reza dan Adit kesal mendengar Saga mengatakan ia sudah kaya.

"Belagu lo. Paham gue, kita emang beda kasta. Lo tinggal bersin aja keluar uang, gue nggak." Sela Adit, yang malah buat Saga dan Reza terbahak.

"Dih emang parah temenan sama kalian tuh, ngomonginnya materi loh. Gila." Reza masih cekikikan.

"Gue gak maksud ngomongin materi nih Dit. Maaf-maaf aja, kan lo duluan yang bilang ini azab karena gue suka malak. Kenyataannya kan nggak. Lagian ya, yakali gue sekali bersin keluar uang, ingus yang keluar, percaya gue."

"Najis." Decak Adit. Ia jijik sendiri mendengar kata 'ingus' yang diucapkan Saga.

"Eh, Sag, temen sekamar lo mana? katanya berdua. Itu gak ada kasurnya."

Saga melirik sesaat, "Lagi terapi, bentar lagi juga balik. Dia balik lo berdua ngomongnya jangan pake toa ya. Kelar gue ntar kena tegor orangtuanya."

"Selow lah, paling si Adit nih."

"Iya teruuus, teruuuss, gue mah apa? Orang miskin kayak gue mah emang enak dibully. Lanjut aja lanjut."

"Dih anjir baperan amat sih?!" Saga sudah terbahak-bahak.

"Kan. Dia sendiri loh yang ngungkit-ngungkit soal kaya sama miskin. Padahal kita gak ada yang bahas. Kenapa sih lo Dit? Bukannya bersyukur punya temen kayak Saga yang bisa kita porotin tiap hari."

Before Anyone Else (BxB) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang