bae ii : vi

5.3K 608 31
                                    

Lawakan Rama, anak kelas 1 yang menjadi drummer band Black Magic sukses membuat Saga dan yang lainnya tertawa sampai sakit perut. Ternyata yang dimaksud kumpul itu cuma buat ngumpul ngobrol-ngobrol aja. Saga memang masih agak kecewa karena tidak jadi mengajak Arbie nonton, tapi sedikit terobati karena lawakan si Arya ini.

Mereka cukup lama mengobrol disana, sampai teman-teman yang lain yang tadi menonton acara pun ikut bergabung dengan mereka. Membuat suasana makin ramai diisi penuh oleh anak kelas 3 gabungan IPA dan IPS ini.

"Wou Sag! Kabur kemana lo tadi?"

"Yee bangsat, siapa yang kabur?" Saga menepis tempelengan dari Evan. Matanya mendelik ke arah Reza dan Adit yang baru mau duduk. "Arbie mana?"

"Mana gue tau, bangsat. Emang gue ibunya?" Jawab Adit, yang langsung melengos mau memesan minuman.

Saga melirik Reza, "Gue kira tadi sama lo." jawab Reza tanpa ditanya. "Tadi sih gue liat di lorong sebelah kelas satu itu, gue kira dia mau nyusul ke kita, eh gak tau malah ngilang." lanjutnya sambil duduk di sebelah Saga. "Dit! Mau! Gue yang bayar!"

"Sip!" Adit mengacungkan jempol.

Saga mengambil HPnya dari saku celana, terlihat buru-buru tidak tenang. Arbie biasanya dengan Reza atau Adit kalau tidak degan Saga, atau kalau tidak dengan mereka bertiga, Arbie dengan Evan. Tapi ini tidak dengan siapa pun.

"Kenapa sih Bang Sag? Kok gitu amat mukanya?" tanya Rama dengan nada meledek.

"Tau nih, gak ada Arbie aja lo paniknya udah kayak emak-emak ilang anak di mall." sela Evan.

"Bukan apa-apa nih, masalahnya nyokapnya Arbie nitipin dia ke gue." Saga mencoba menelpon Arbie namun tidak ada jawaban. "Lah! Direject!"

"Ke toilet kali. Lo nyantai aja kali Sag, lo begitu malah buat kita gak tenang juga, bangsat." dan seketika Evan makin emosi.

HPnya berhetar. Chat dari Arbie. Tapi Saga bingung karena Arbie hanya mengirim lokasi. Sebuah alamat yang tidak asing bagi Saga. Dilihatnya lekat-lekat, ada dua titik di layar HPnga. Saga yakin satu titik itu mengartikan HPnya, satunya lagi Arbie. Diperbesar lokasinya oleh Saga, melihat seberapa jauh Arbie dan kemudian Saga sadar itu denah sekolahnya.

"Bangsat!" Saga langsung bangkit.

"Sag! Woy!!"

Saga tidak peduli lagi. Ia berlari meski susah karena koridor penuh dengan orang-orang. Di belakangnya suara Reza dan Evan masih memanggil-manggil.

Tangan Saga mengepal kuat di HPnya. Denah sekolah yang Saga lihat tadi, buat Saga sadar dimana sebenarnya Arbie berada.

"Berengsek! Lo ngapain?!" Geram Saga, yang lalu menonjoki tanpa ampun laki-laki yang tadi menarik kerah Arbie.

"Sag! Sag! Woy!" Reza dan Evan menarik Saga, mencoba melerai perkelahian. "Saga!"

Tapi sayang, Saga hilang kendali setelah melihat Arbie tadi. Tangannya dengan refleks terus menonjok tanpa ampun, meski laki-laki di bawahnya kini terus mencoba menghalau serangan Saga.

"Saga..."

DEG!!

Saga ingat panggilan itu. Nada panggilan yang Saga dengar di Rumah Sakit dulu. Panggilan Arbie.

Saga bangkit, Reza dan Evan langsung menahan dua teman yang Saga tonjoki agar tidak membalas pada Saga. Saga berjongkok di depan Arbie, "Lo diapain? Bie? Lo diapain?" Saga menangkup pipi Arbie, mengeceknya kanan-kiri mencari luka. "Bie?"

Arbie hanya menggeleng, tangannya sudah gemetaran menggenggam kaos Saga. Napasnya terdengar berat dan sulit. Saga yang makin panik langsung bangkit dan menarik Arbie bangkit, menggendongnya tepat saat Arbie kehilangan keseimbangan karena hiperventilasinya.

Before Anyone Else (BxB) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang