Nikah

2.6K 193 196
                                    

jangan ngarep apa-apa, ini cuma pure fluff berisi halu

"Can, pacarmu datang jenguk," kata mami pada Can yang sedang terkapar di tempat tidur. Can hari ini memang sedang demam, demamnya cukup tinggi dan mami baru saja selesai mengantar Can ke dokter. Karna sedang demam ini lah Can tidak sadar kalau mami mengatakan kalau pacarnya datang menjenguk, padahal kan Can tidak punya pacar.

Can membuka sebelah matanya, mengintip siapa yang datang menjenguknya. Ternyata Tin, sahabatnya. Can hanya menggumam tidak jelas, kemudian dia bisa merasakan Tin duduk di kasurnya.

"Tin bawain kamu bubur ayam sama buah, mau makan ngga? Biar sekalian minum obat."

Can mengangguk, kemudian dengan lemah bertanya, "ada apel?"

"Ada."

"Kupasin ya, mi."

Mami mengangguk dan meninggalkan kamar Can.

"Bandel sih dibilangin, jangan ujan-ujanan, demam kan," omel Tin.

Can menutup telinganya pura-pura tidak dengar omelan Tin. Kemudian dia menarik tangan Tin dan meletakkannya di keningnya. "Pijit," perintahnya.

Tin menurut dan memijit kening Can pelan. "Panas banget badanmu," ucap Tin pelan.

"Hhmmm.."

Mami masuk saat Tin sedang sibuk mengelus kepala Can sampai Can tertidur kembali. "Masih panas banget badannya?"

"Masih, tante."

"Kamu bangunin deh, Tin. Suruh makan terus obatnya juga, biar cepet turun demamnya. Tante tinggal dulu, ya, Tante belum masak."

Tin mengangguk dan mengambil nampan dari tangan mami. Tin meletakkan nampan di nakas sebelum membangunkan Can. "Bangun, Can. Makan dulu biar bisa minum obat."

Can dengan malas membuka matanya kemudian duduk menyandar di kepala tempat tidur. "Males makan, Tin."

"Ya udah, mangap aja, terus telan, biar aku yang suapin."

Can nurut, langsung buka mulut untuk disuap. Tin menyuapkan Can pelan-pelan, menunggu Can yang lama menelan dengan sabar. Belum sampai setengah Tin menyuapi Can, Can sudah menggeleng tidak mau menerima lagi.

Tin membujuk Can untuk kembali makan. "Dikit lagi Can, nanggung."

"Nggak mau."

"Dua suap lagi, ya?"

"enggaaakk.."

"Ya udah, minum obat nih."

"Selesai iminum obat, pijet lagi ya kepalanya."

"Siap."

Begitulah hubungan mereka, sahabatan tapi mesra. Wajar kalau orang di sekitar mereka beranggapan kalau hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Apalagi keduanya tidak pernah mengoreksi pernyataan orang-orang kalau mereka pacaran. Bukan tidak mengoreksi sebenarnya, tapi mereka terlalu lelah menjelaskan.

Kesalah pahaman ini terjadi ketika mereka di tahun terakhir di SMA. Sebelum mereka lulus, sekolah mengadakan acara perpisahan dan seluruh murid berlomba lomba mencari pasangan untuk menghadiri prom night tersebut.

Kala itu, Tin yang musuh bebuyutan Can ditantang salah satu temannya untuk mengajak Can datang ke prom bersama. Memang anaknya pantang ditantang, Tin langsung berteriak memanggil Can yang sedang menyalin PR di sudut ruangan, "Can, ke prom bareng yuk."

"Serah lo deh."

Jawaban Can sontak membuat riuh satu kelas. Can yang waktu itu sedang tidak mood bertengkar, mengira Tin sedang bercanda dan hanya menjawab asal. Tapi pada akhirnya mereka berangkat ke prom bersama karna saling tidak punya pasangan.

How to Win a LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang