°prolog

5.3K 470 49
                                    

pukul 02.45 dini hari, soobin terbangun dengan keadaan kerongkongan yang kering, minta disambut arus air mineral yang dingin.

melawan egonya karena rasa kantuk sungguh merengkuh erat, soobin bangkit dari tempat tidurnya, berjalan keluar kamar menuju dapur.

tungkai panjang yang banyak diidamkan para lelaki muda itu berjalan mendekati lemari pendingin di dalam dapur yang gelap, membukanya untuk mengambil satu botol air mineral yang dingin.

kerongkongan keringnya ia basahi dengan beberapa teguk air yang amat menyejukkan itu. cukup banyak yang ia teguk hingga menyisakan setengah botol air di dalamnya.

sekarang, kerongkongannya terasa amat lega, tak ada lagi rasa serat akan keringnya di sana.

soobin kembali menaruh botol di tangannya ke dalam lemari pendingin. ingin segera beranjak kembali menuju kamar tidurnya untuk melanjutkan perjalanannya di pulai kapuk yang menyenangkan malam ini.

sret!

hanya saja, sebuah suara tak berselang lama muncul setelah soobin membuat pergerakan satu langkah dari lantai dapur itu.

slas!

lagi, suara itu datang lagi.

slas! srak!

soobin menolehkan kepalanya ke arah sebuah pintu yang tertutup, pintu ruangan yang terletak di samping kamar tidurnya.

lelaki tampan itu mengalihkan pandangan pada area dekat wastafel cuci piring sebentar, memperhatikan rak dengan berbagai jenis pisau yang terletak di samping rak piring.

soobin mendengus, pisaunya kurang satu.

tak ingin membuang banyak waktu, tungkai panjangnya melangkah menuju pintu di samping pintu kamar tidurnya.

srak! srak!

suara itu masih terdengar di telinga soobin.

“ck, malem-malem,” gumamnya sebal.

tangannya dengan cepat membuka pintu bercat cokelat itu sekali sentak.

hal yang dapat soobin temukan di dalam ialah hampir gelapnya ruang yang hanya mengandalkan cahaya dari lampu tidur temaram. kapuk-kapuk berserakan di lantai, juga sosok mungil dengan surai abu-abu yang duduk di atas kasur, membelakanginya.

mata soobin membulat ketika menyadari apa yang sosok mungil itu lakukan. dengan setengah berlari ia menghampirinya, menarik tangan yang sedari tadi sibuk mengoyak permukaan boneka di pangkuannya.

“kamu ngapain?!”

si mungil menoleh, tanpa ada rasa terkejut, bahkan tanpa reaksi apapun menatap soobin dengan raut datarnya.

soobin terlambat, boneka teddy itu sudah terkoyak habis dengan isinya yang berhamburan keluar. ia menggeram, menahan amarah.

“choi...”

mendengar panggilan dengan nada rendah terkesan dingin itu, membuat hati si mungil sedikit gentar, meski begitu raut datar tak pernah ia runtuhkan demi menutupi rasa takut akan reaksi soobin sekarang.

“choi atau beomgyu?”

pertanyaan itu, tak direspon sama sekali oleh si mungil di hadapannya.

soobin tertawa dingin, sudah tahu jawabannya.

“lo apa-apaan?”

si mungil menatap oyakan boneka hasil perbuatannya sebentar, kemudian kembali menatap soobin.

“katanya boleh lakuin apapun selagi gak lukain diri?”

tatapan tajam soobin menyorot pada raut santai di hadapannya.

side of me, soogyu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang