0.1

2.7K 411 43
                                    

mata cantik itu bergerak ke atas, melirik kaca spion di depan mobil untuk melihat sesuatu di jok belakang.

kemudian, hembusan napas lemah yang entah sudah berapa kali kembali keluar dari mulut dan hidungnya.

“gyu..”

si manis yang dipanggil menggerakkan kepalanya ke samping, menoleh pada soobin yang kini sibuk menyetir.

“hm?”

soobin melirik sekilas, kemudian kembali pada jalanan di depannya.

“gak suka sama teddy barunya?”

beomgyu kebali melirik ke arah kaca spion, menatap teddy bear besar yang tersimpan di jok belakang.

bukan, bukannya beomgyu tak suka. teddy bear yang soobin belikan hari ini bahkan tak ada bedanya dengan teddy bear kemarin yang dihancurkan another menyebalkannya itu.

“suka.”

soobin mengerutkan keningnya, “bilang suka tapi mukanya sedih gitu.”

beomgyu cemberut, “tapi rasanya kaya beda aja. yang dulu wangi kak soobin.”

kekehan kecil mengalun dari mulut soobin.

“yasudah, pulang nanti kakak semprotin parfum punya kakak, ya?”

tak memberi respon, beomgyu malah menunduk, mendengus sebal.

“aku benci choi.”

soobin mengangkat sebelah alisnya, “kamu selalu bilang gitu, tapi keras kepala gak mau berobat.”

beomgyu membuang pandangannya pada jendela di sampingnya, memandangi jalan dengan sorot sendunya.

“aku gak gila.”

selalu, kata itu keluar sebagai penolakan yang tersirat dari mulut beomgyu.

“kakak gak bilang kamu gila, gyu.”

“tapi kakak nyuruh aku berobat.”

“bukan ke rumah sakit ji―”

perkataan soobin terhenti, ketika beomgyu beralih menatapnya dengan raut dingin dan sorot tajam.

“jangan sebut nama tempat itu.”

si mungil bersurai abu-abu itu kembali mebuang pandangan, lebih tertarik menatap jalanan dari pada menghiraukan eksistensi soobin di sampingnya.

sret!

dapat beomgyu rasakan genggaman hangat favoritnya merengkuh tangan kecil beomgyu, menautkan jari-jari panjangnya untuk kemudian digenggam dengan erat.

beomgyu menurunkan pandangannya, menatap sebelah tangannya yang berada dalam genggaman tangan besar soobin. terlihat sangat pas, seperti biasa.

si manis menyukainya, apalagi saat ibu jari soobin bergerak mengelus-elus punggung tangannya dengan lembut.

hening yang mendominasi, soobin tak banyak bicara setelah itu, sibuk memandangi jalanan di depan dengan sebelah tangan yang tersisa memegang kemudi.

karena takut itu menyusahkan, beomgyu berniat melepaskan tangannya dari genggaman soobin, tapi dengan refleks yang bagus sang dominan semakin mengeratkan genggamannya.

“gini aja, gak papa.”

soobin mengulas senyum manisnya untuk beomgyu, senyum yang selalu membuatnya merasa sangat dicintai dengan tulus.

hanya oleh soobin ia benar-benar merasa dimanusiakan manusia. perlakuan lembut selalu ia terima, penuh kasih sayang yang sangat menyenangkan―kecuali jika choi muncul.

side of me, soogyu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang