1.3

1.4K 236 19
                                    

tak! tak! tak!

soobin menggeram mendengar suara berisik yang ditimbulkan dari pisau tajam yang sedang beradu dengan talenan.

si lelaki tinggi menoleh ke belakang, mendengus kesal melihat bawang bombay yang seharusnya dipotong dengan rapi kini terlihat layaknya adonan daging cincang yang total hancur.

“lo bisa motong, gak, sih?” erang soobin, kesal melihat hasil pekerjaan lelaki manis yang kini sedang duduk di depan meja makan dengan pisau, talenan, dan beberapa bawang bombay di atas meja.

“bisa,” balasnya.

“apanya yang bisa dari potongan hancur kaya gitu, choi? itu gak rapi!”

choi, si manis yang kini sedang ingin bermain keluar itu mendengus kesal.

“lo cuma nyuruh gue motong, gak nyuruh rapi.”

soobin mengepalkan tangannya lantas menghembuskan napas, ia harus sabar menghadapi sosok menyebalkan ini.

seharusnya sore ini ia melakukan kegiatan menyenangkan dengan memasak bersama beomgyu untuk hidangan makan malam mereka, soobin juga sudah menjanjikan makanan favorit kekasihnya itu untuk dihidangkan malam ini.

sayangnya, ketika beomgyu izin ke kamar mandi untuk membasuh muka, kakinya terpeleset lantai kamar mandi yang licin dan membuatnya terjatuh sampai kepalanya membentur lantai kamar mandi.

beomgyu pingsan, cukup lama, sekitar 30 menit, setelah itu dia sadar dan disambut senyum merekah soobin yang merasa lega.

namun tak lama setelah itu senyum soobin meluntur, tergantikan dengan wajah merengut sebal melihat sorot dan perilaku berbeda dari kekasihnya, sudah dipastika setan kecil itu yang muncul menguasai tubuh beomgyu saat ini.

“ck, kepala gue sakit banget,” gumam choi sambil mengusap pelipisnya yang telah soobin tempelkan plester luka di sana. menyebalkan sekali, beomgyu yang terjatuh, ia yang merasa pusing. meski choi tetaplah diri beomgyu, tak menutupi rasa kesalnya sama sekali pada dirinya yang satu lagi itu.

“lo kenapa bisa suka, sih, sama beomgyu? anak lemah ceroboh kaya gitu lo sukain,” cibir choi.

“lo baru aja ngeledekin diri lo sendiri, choi,” seru soobin.

lelaki tinggi itu berjalan menghampiri choi, berdiri di belakang sosok choi yang masih menyibukkan diri dengan cincangan bawang di atas talenan.

grep!

“e-eh!”

choi tersentak ketika mendapati kedua tangan soobin yang memegang masing-masing tangannya sementara dagu itu bersandar di atas bahu sempitnya.

“lo itu sama beomgyu sama aja.”

soobin mengarahkan tangan choi yang memegang pisau pada sebelah tangan choi yang sedang memegang bawang, ia menuntun choi untuk memotong bawang itu dengan rapi.

“beomgyu lemah dan ceroboh. lo? pembangkang, keras kepala.”

choi hanya terdiam ketika tangan soobin masih sibuk menggerakkan tangannya untuk menuntunnya memotong bawang dengan sangat rapi.

sungguh, choi benci moment seperti ini, ia tidak suka detak jantung yang berdetak lebih cepat dari laju normalnya, ia tidak suka panas di pipi itu semakin menjalar ke seluruh wajah, dan semua itu karena perlakuan soobin yang dibencinya.

“lo itu ada di satu tubuh bareng beomgyu. sifat beomgyu, sifat lo juga, begitu pula sebaliknya,” timpal soobin.

mata soobin yang sedari tadi terus terfokus pada potongan bawang di atas talenan beralih untuk menatap pahatan wajah kekasihnya dari samping. kekehan kecil dari mulut soobin lepas begitu saja.

side of me, soogyu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang