• bagian satu •

1.5K 142 14
                                    

Mungkin ini awal—
Sebuah pertanda buruk, bahwa setelah ini...
...aku tidak bisa baik-baik saja saat melihatmu.

-J

#bagiansatu

Perkenalan yang singkat, padat dan jelas. Sosok asing di depan kelas baru saja melangkahkan kaki menuju tempat barunya—— meja usang tapi masih layak digunakan. Mark— sang ketua kelas— pagi tadi memindahkan meja dan kursi usang itu dari gudang ke kelas itu. Dia juga lah yang membersihkan debu hingga benda itu terlihat layak.

Kini meja kursi serta tempat di belakang kelas— punya penghuni baru, seorang pemuda rupawan yang belum menunjukan sisi ramahnya sejak awal perkenalan beberapa saat lalu.

Huang Renjun. Ia duduk tepat di seberang Na Jaemin karena posisi duduknya sendiri-sendiri. Dulu, karena jumlah murid di kelas ganjil, barisan belakang hanya dihuni oleh Jaemin seorang, kini Jaemin punya rekan baru, tapi tentu saja belum resmi dianggap rekan.

Haechan berbalik ke arah Jaemin yang duduk di belakangnya. Lewat gerakan dagu, Jaemin tahu Haechan akan membicarakan siapa, "dia kelihatannya pendiam ya?"

Jaemin angkat bahu tak tahu, tak peduli lebih tepatnya.

"Kau pendiam, dia juga sama. Barisan kalian akan sangat sunyi~ senyap~ sepi~" desah Haechan berlebihan. Jaemin terkekeh kecil, anak di depannya ini memang suka berlebihan dalam berkomentar.

Jaemin jadi penasaran, apa yang membuat Haechan berpikir Huang Renjun sang murid baru adalah anak yang pendiam?? Pemuda bersurai abu gelap itu menoleh ke sebelah kanannya, memperhatikan ketenangan Renjun yang sedang menyimak pembicaraan guru.

Sepertinya Haechan benar, anak baru ini pendiam. Atau hanya terlihat diam saja??

Renjun punya penampilan yang tenang,  garis wajahnya ramah dan dia juga sangat tampan. Rambutnya  kecoklatan, kulitnya putih bersinar, dia tak setinggi Haechan apalagi Jaemin-- hal itu membutanya terlihat lebih seperti anak kecil.

Jaemin diam-diam memuji tampang rupawan Renjun dalam hati, sambil  mengulum senyum tipis, teman-temannya akan segera punya saingan berat, batinnya. setelah selesai dengan pengamatannya, Jaemin  kembali memperhatikan guru di depan kelas.

•••


Kebiasaan Jaemin saat jam istirahat adalah duduk berdiam diri di kelas. Kalau ingin makan, dia akan ke kantin, kalau tidak-- ya duduk manis saja di kelas, atau jalan kemanapun yang dia inginkan hingga bell masuk kelas berdering.

Jaemin tak punya banyak teman, kebanyakan ya anak-anak di kelasnya. Beberapa lainnya anak klub fotografi yang jadi ekskul pilihan. Juga Jeno, temannya sejak SMP walau tidak setiap hari jalan bersama, kini berbeda kelas dengannya. Ada lagi 2 junior yang akrab dengannya, Chenle dan Jisung—karena mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama.

"Kau tidak kemanapun kan J?" Pertanyaan Mark selepas guru matematika keluar kelas— langsung membuat Jaemin memandanginya dengan sebelah mata terangkat.

"Jadi tour guide Renjun, bisa?" lanjut Mark.

Jaemin refleks menoleh pada pemuda kecil di sebelahnya, anak itu juga sedang memandangi Jaemin dengan ekspresi datar. Jaemin mengerjap, Renjun punya mata hitam kelam dan itu indah sekali untuk sekedar dipandangi.

Oh ya, tour guide disini kurang lebih sama artinya, siswa yang bertugas memandu para murid baru untuk keliling bangunan sekolah dihari pertama mereka sekolah. Biasanya itu jadi tugas  ketua kelas.

Selain jadi sekolah yang membebaskan para murid untuk berpenampilan sesuka hati namun tetap dalam batas kesopanan, SJ high school adalah sekolah yang penuh persaingan. Walau anak-anaknya terlihat santai dari luar, tapi mereka selalu belajar gila-gilaan  diwaktu-waktu tertentu.

"Tumben kau menyuruhku? Biasanya Bomin atau Haechan.." heran Jaemin kembali menatap Mark.

Mark mengangngguk-angguk, "Pertanyaan yang bagus sekali.." dia berdehem pelan, kembali bicara untuk menjelaskan, "Dua manusia laknat itu kabur. Dan aku ada latihan basket untuk turnamen 2 minggu lagi—— oh ya, jangan lupa untuk datang mendukung tim sekolah kita.. Tapi sebelumnya--" Mark menoleh pada Renjun, "Renjun, tour sekolahnya dengan Jaemin, tak masalahkan?"

"Tidak tour juga tidak masalah" jawab Renjun singkat.

Jaemin sedikit membelalak, bukan karema Renjun menolak tapi karena dia tak menyangka suara Renjun lebih rendah dan halus jika di dengar sedekat ini. Saat perkenalan di depan kelas tadi, suasana kelas cukup ribut sehingga Jaemin tak terlalu memperhatikan.

Mark mendecak kecil, "Bukan begitu, ini agenda wajib anak baru.. Nanti aku bisa kena marah wali kelas"

"Santai saja Mark" balas Renjun cuek.

Jaemin melebarkan matanya lagi, "kau tahu namanya Mark?" setahu Jaemin, Renjun belum mengajak siapapun berkenalan-- ya memang sepanjang pelajaran berlangsung, Jaemin  menaruh fokus penuh pada pemuda itu, entah untuk alasan apa.

"Kami sudah dikenalkan tadi pagi oleh Pak Shin. Kau belum kenalan dengan anak-anak kelas ini ya? Astaga Renjun~" Mark mendecak berlebihan. Mark dan Haechan itu sama saja, suka berlebihan dan Jaemin bisa memahami itu.

Jaemin kembali memandangi Renjun di sebelahnya, "Tenang saja, nanti juga akan kenal semuanya kok.. Aku Jaemin, Na Jaemin" ucapnya tanpa mengulurkan tangan.

"Renjun" balasnya.

Mark baru akan berpamitan pada Renjun dan Jaemin, tiba-tiba seseorang masuk ke kelas sambil berlarian.

"Jun! Renjun~~ Huang Renjun~"

"Jeno??" Mark dan Jaemin menatap kehadiran pemuda itu dengan alis terangkat.

Jeno, murid kelas lain yang tiba-tiba saja muncul di kelas mereka. Sebenarnya tidak mengherankan, tapi biasanya Jeno ke kelas untuk mencari Jaemin-- tapi kali ini malah mencari Renjun. hal lain yang membuat Jaemin lagi-lagi-dan-lagi mengerutkan kening, Jeno kenal Renjun??

Seakan mengabaikan keheranan Mark juga Jaemin,  Jeno menghampiri Renjun-- meraih dua telapak tangan Renjun-- menggenggamnya erat dengan dramatis. Mark sampai mendesah lelah melihat tingkah Jeno.

"Aku mencarimu ke semua kelas, ternyata kau dikelas ini. Untung aku bertemu dengan Haechan, dia bilang anak baru ada dikelasnya" ujar Jeno cepat.

"Dan bagaimana bisa kau kenal Renjun??" tanya Mark.

"Rumahku dekat dengan dia, lagian kami sudah berteman sejak kecil. Renjun baru kembali dari Beijing, aku juga yang merekomendasikan sekolah ini pada pamanmu"

Renjun mendengus tapi tak memrotes.

"Jaemin," panggil Renjun, Jaemin menoleh dengan gerakan lambat. Entahlah, suara Renjun memanggil namanya membuatnya berdebar. "Tour. Ayoo"

"Aha, benar juga.. Sana kalian pergi, aku harus ke lapangan" kata Mark kemudian  berpamitan keluar kelas.

"Aku akan ikut kalian" kata Jeno dengan senyum lebar.

"Tidak! Kau kembali saja ke kelasmu," ucap Renjun lebih seperti perintah.

Jeno terdiam memandangi Jaemin dan Renjun bergantian. Air wajahnya berubah, seperti sedih— kecewa mungkin, Jaemin tak bisa menebak.

Yang lebih mengherankan lagi bagi Jaemin, Jeno benar-benar menuruti perkataan Renjun untuk kembali ke kelasnya. Jaemin masih bengong melihat Renjun berjalan ke pintu depan kelas, dan Jeno keluar lewat pintu belakang yang dekat tempat duduk mereka.

"Kenapa mereka aneh ya?" Heran Jaemin sebelum akhirnya menyusuli Renjun keluar kelas.

•••


ⓝⓔⓧⓣ彡

When You Love SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang