2.8

1.3K 129 6
                                    


Taehyung tidak yakin apa yang terjadi padanya semalam. Seingatnya, dia menemani temannya yang ingin minum. Melepaskan penat dari masalah-masalah yang sedang dialaminya dan berakhir ikut mabuk bersama Hoseok, seniornya. Ah, menyebalkan. Kepalanya sangat sakit sekarang dan dia merasa bersyukur karena tertidur di rumah seniornya itu, bukan di bar. Bisa-bisa dia terbangun dengan setengah tubuh basah kuyup karena disiram oleh pegawai yang bekerja di sana.

Taehyung melirik arlojinya. Sudah pukul 10 pagi. Sepertinya dia akan absen kelas hari ini. Rasa sakit di kepalanya semakin terasa. Susah payah dia menyeret kakinya untuk pulang ke rumah. Saat kakinya memasuki rumah, dia tertegun melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya. Wanita itu mengenakan bathrobe yang menutupi tubuhnya. Membuatnya berpikir, pasti wanita itu habis bermalam di sini.

"Noona," sahut Taehyung lirih. "Kemana saja kau pergi?"

"Taehyung." Ji-eun menjeda sejenak. Dia mengigit bibir bawahnya takut dan merasa bersalah ke pemuda di hadapannya. Melihat betapa kacau kondisi Taehyung, dia yakin pemuda itu habis mabuk di suatu tempat. "Maafkan aku."

Taehyung mendecih tidak suka dan mengalihkan pandangannya ke samping. "Apa kau tahu betapa sulitnya aku menghubungimu?" tanyanya sarkastik.

"Ponselku mati."

"Noona sengaja, 'kan? Agar tidak ada yang bisa menghubungimu dan juga melacakmu." Taehyung mengusap wajahnya yang mulai kebas dan membuang napas dengan kasar. Ji-eun yang melihatnya sampai tidak sadar sudah meneteskan air matanya kerena terkejut. "Kupikir semua ini sudah berakhir. Tapi kenapa noona datang kembali. Ah, pasti karena Jin hyung, 'kan? Kau sudah tahu kondisinya, 'kan?"

Ji-eun hanya menunduk sambil menyeka air matanya yang terus turun. Dia menarik napas sebelum memberanikan diri mengeluarkan suara. "Jin datang ke tempatku. Aku sama sekali tidak menghubunginya . Dia datang sendiri dengan tubuh basah kuyup."

Taehyung hanya terdiam. Ada sedikit rasa bersalah mendengar Ji-eun berbicara dengan suara isakan yang keluar dari bibirnya. Hatinya ingin sekali memeluk wanita di hadapannya, tapi dia merasa sangat tidak pantas melakukan itu. "Maafkan aku."

Ji-eun menggeleng pelan. "Tidak. Aku yang harusnya minta maaf karena tiba-tiba menghilang."

Taehyung mengusap tengkuknya yang tidak gatal sambil membuang pandangannya ke samping. "Noona memang menyebalkan."

Ji-eun sontak mendongak dan menatap Taehyung heran. "Apa?"

"Noona menyebalkan." Ulang Taehyung. Dia hanya mengendikkan bahu saat wanita itu menatapnya tajam. "Kalau noona ingin aku maafkan, noona harus melakukan sesuatu untukku."

Ji-eun menaikkan sebelah alisnya heran. "Apa itu?"

Taehyung terdiam sejenak. Dia menatap Ji-eun ragu namun juga sedih. Kesal rasanya menyadari sikap Jin dan Ji-eun yang merasa baik-baik saja. Dia tidak pernah tahu Hyung-nya itu akan kembali setelah menjalani operasi atau tidak. Tidak pernah tahu apakah ia akan kembali mengingat presensi Ji-eun di hidupnya atau tidak. Dia akan menjadi salah satu sosok yang ditinggalkan. Bolehkah dia meminta agar orang-orang yang disayanginya bisa tetap tinggal?

"Izinkan aku menciummu, Noona." Ucap Taehyung lirih. Dia tahu jelas permintaannya sangat lancang, tapi dia sudah siap menerima apapun konsekuensinya. Dia tetap melanjutkan kalimatnya saat Ji-eun menatapnya terkejut. "Aku hanya ingin memastikan bagaimana perasaanku terhadapmu."

.

.

Jin menatap Ji-eun heran ketika dia baru saja berganti pakaian di kamarnya. Wanita itu hanya duduk di kursi makan dengan pandangan kosong menatap alas meja. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Pandangan wanita itu terlihat sendu. Melihat wajah sedih Ji-eun adalah hal terakhir yang Jin inginkan.

99 Days•Kim Seokjin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang