0.6

2.8K 324 7
                                    


Ji-eun telah siap dengan setelan kantornya. Dia segera pergi dan menaiki bis umum. Tapi, bukan kantor sebagai tujuannya. Melainkan kedai kecil yang tempatnya berlawanan dengan arah kantor.

Ji-eun tersenyum kecil, mengingat kejadian saat dirinya masih dua hari berada di bumi.

Bibi Jung, pemilik kedai kecil yang dijumpai Ji-eun saat itu. Dia ingin membalas budi kepada Bibi Jung karena telah membantunya saat dia tersesat.

Setelah sampai di halaman kedai, Ji-eun memperhatikan Bibi Jung yang sedang mengelap meja yang berada di dalam kedai. Ia pun masuk ke dalam dan menyapa Bibi Jung.

"OMO!!" Bibi Jung terkejut melihat Ji-eun yang tersenyum di ambang pintu.

Ji-eun mendekati Bibi Jung dan membungkuk singkat. "Ini aku, Lee Ji-eun."

Bibi Jung tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu. Tapi, kenapa kau disini? Apa kau mau berangkat ke kantor?"

Ji-eun menggeleng. "Disini aku mau membantu bibi. Boleh, ya?"

Bibi Jung tersenyum tulus. "Tentu saja, nak! Ayo ganti bajumu disana!" Ia menunjuk ke arah pintu dengan plang 'staff only' di depannya.

Ji-eun mengangguk dan segera menuju kesana.

* * *

"Sunbae!" (senior).

Langkah Taehyung terhenti karena dua orang wanita menahannya dari depan. Ah, mulai lagi. Berusaha untuk tidak menatap mereka dengan risih,  Taehyung hanya diam dan menatap mereka datar.

"Aku mencintaimu, sunbae! Mohon terima perasaanku!" Ucap salah satu wanita cantik dengan rambut kemerahan yang berkilau.

Taehyung menghela nafas. Dia sudah tahu wanita itu akan berkata seperti itu. Bisakah mereka mencintai diri sendiri untuk tidak mengemis cinta pada seorang laki-laki?

"Maaf," Taehyung menggantungkan kalimatnya. "Aku mencintai wanita lain." Ucapnya cepat dan segera meninggalkan kedua wanita tersebut. Tidak peduli jika mereka melongo dengan sikapnya barusan.

"Bisakah hanya aku yang masih mengingatmu saat kau pergi, Ji-eun?"

"Jika aku bisa, maka aku akan melakukannya, Taehyung."

"Tapi--"

"Sudahlah, Taehyung. Aku tidak masalah menanggung rindu saat tidak ada diantara kalian yang mengingatku,"

Argh, dia membuatku gila, gumamnya sambil mengacak rambutnya.

* * *

Ji-eun mengenakan apron merah apel sebagai seragam di kedai tersebut. Ia menunggu pelanggan di meja kasir setelah kedai buka.

"Selamat pagi." Sapa Ji-eun pada pelanggan pertamanya. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

Pria itu tersenyum. "Bulgogi satu , kimchi satu,dan soju-nya satu."

Ji-eun mengangguk dan menghitung pesanan tersebut. Dia menerima uluran uang dari pria itu setelah menyebut jumlah pesanannya. "Terima kasih."

"Selamat pa--"

Ucapan Ji-eun terhenti begitu melihat seorang gadis yang masuk dan langsung berjalan menuju ruang ganti. Siapa? Batinnya sambil menatap pintu yang tertutup.

Gadis itu keluar lagi. Sebuah apron yang menjadi seragam di kedai tersebut sudah tergantung di tubuhnya.

"Pegawai baru, ya? Aku Song Min Ah!" Gadis itu tersenyum manis sambil mengikat rambut panjangnya.

Belum selesai kebingungan Ji-eun, Bibi Jung datang mengalihkan atensinya. "Min Ah? Kenapa kau disini? Bukankah seharusnya kau kuliah?" tanya Bibi Jung.

"Ibu, jadwal kuliahku siang. Jadi, aku mau membantu ibu disini." jawab Min Ah.

Ji-eun tertegun. Jadi, gadis ini anaknya Bibi Jung?

"Ah, Ji-eun. Kenalkan ini anakku, Song Min Ah. Dia baru masuk kuliah semester pertama."

Ji-eun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Aku Lee Ji-eun."

Min Ah membalas uluran tersebut. "Senang bertemu denganmu, eonnie."

Ji-eun tertawa kecil. Lalu, kembali menarik tangannya.

"Eonnie, sebaiknya membantu ibu di dapur. Biar aku yang menjadi kasir disini." Ucap Min Ah

"Baiklah!"

* * *

21.00 KST

Jin berjalan menuju ruang tengah. Ia sudah merasa lebih baik setelah tidur seharian ini. Hanya saja, kepalanya masih terasa berat begitu diangkat. Langkahnya pun masih hati-hati karena dia takut akan menyandung sesuatu. Kemudian netranya menatap Taehyung yang sedang asyik menonton tv. "Taehyung." Panggilnya.

Taehyung segera menoleh begitu mendengar panggilan Jin. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Ah, hyung. Kau sudah sehat?"

Jin hanya mengangguk. Dia mendaratkan bokongnya di samping Taehyung. Tapi pikirannya sedang tidak disana. Pandangannya menerawang ke sekitar untuk mencari presensi yang sudah menghantui pikirannya seminggu ini.

"Ehm, Taehyung. Dimana Ji-eun?"

"Dia bekerja."

"Kerja?"

"Dia bilang ada urusan yang belum diselesaikan di kantor. Jadi, dia harus kesana."

Jin bergeming. Dia berfikir sesuatu. "Perasaanku, semua pekerjaan sudah beres sebelum aku sakit."

Jin menatap arlojinya. Sudah jam 9 malam. Apakah urusan Ji-eun sangat banyak hingga melewati jam kantor?

Taehyung beranjak dari duduknya lalu mengambil jaket dan ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu disana.

"Mau kemana Taehyung?" Tanya Jin.

"Aku ingin mencarinya," Jawab Taehyung. "Ah, aku lupa! Dia tidak punya ponsel."

Jin terkejut. "Tidak punya ponsel? Bagaimana bisa wanita seperti dia tidak memiliki ponsel?"

Taehyung hanya diam dan mengambil kunci motornya.

"Taehyung, kau akan mencarinya?" Tanya Jin.

"Tentu saja!"

"Tidak usah. Kau paati tahu dia wanita asing. Bahkan dirinya tidak memiliki kartu identitas. Apa kau percaya padanya?" Tanya Jin dengan tatapan sedingin kutub.

"Tapi, aku percaya padanya. Dia tidak jahat."

Pikiran Taehyung berputar ketika Ji-eun merawat Jin yang sakit dan alasan konyol asal-usulnya. Itu sudah cukup membuatnya percaya. Ji-eun terlalu amatir untuk menjadi seorang penjahat.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin?"

Taehyung menatap Jin tenang. "Hyung tidak tahu apa-apa tentangnya. Jadi, diamlah!"

Jin segera mengejar Taehyung, begitu pria itu keluar dari rumahnya.

"Tunggu sebentar!" Tahan Jin. Dia menahan Taehyung dari depan.

Taehyung merotasikan matanya dan menatap Jin jengah. Melihat wajah pria itu kemarin, sepertinya dia sudah baik-baik saja. Bibirnya sudah tidak terlihat pucat. "Apa lagi?"

"Biar aku saja yang mencarinya!"

[]










Pengen rasanya publish semua chapter...

99 Days•Kim Seokjin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang