Sedari tadi (Namakamu) terus memperhatikan layar bioskop, walaupun sesekali ia memejamkan matanya, lebih baik begitu karena ia tidak mau menatap Karel. Ia merasa canggung tiba tiba menyerang. Tak lama film selesai, ia dapat bernafas lega. Ia segera beranjak namun tangan Karel tiba tiba menarik tangannya agar kembali duduk, ia sedikit tersentak namun ia berusaha biasa saja.
"Tunggu bentar, masih rame" Karel menunjuk serombongan manusia yang keluar teater dengan mengantre. Lebih baik duduk di tempat seraya menunggu agak sepi agak tidak perlu menunggu lama untuk keluar.
(Namakamu) diam hanya menurutinya. Setelah agak sepi Karel menggenggam tangan (Namakamu) menariknya keluar teater.
(Namakamu) mengernyit saat Karel membawanya ke tangga darurat.
"Ngapain?"
"Atas yuk"
"Hah?"
Karel membawanya hingga ke rooftop Mall ini. (Namakamu) terkekeh. Ngapain ke sini Rel. Keduanya melihat pemandangan Jakarta dari tujuh ini.
"Lo ngerti apa yang namanya ketulusan?" tanya Karel mendadak membuatnya bingung.
"Hmm rela berkorban" jawab (Namakamu).
"Lo tau siapa yang tulus sama lo sekarang?" Karel berbicara dengan menatap lurus ke depan.
(Namakamu) menoleh.
"Hah?" Karel ikut menatapnya sekarang. Entah kenapa jantung (Namakamu) tak keruan. Perasaannya tiba tiba tidak enak.
"Siapa?" lanjut (Namakamu) karena Karel tak kunjung menjawab.
"Apa orang yang selalu ada buat lo kurang tulus?" Karel membelitkan pertanyaannya membuat (Namakamu) semakin bingung.
"Orang yang selalu ada buat gue banyak Rel"
"Siapa yang sekarang sama lo disini?" (Namakamu) mencerna baik ucapan Karel. Ia mengerjapkan matanya. Tubuhnya bergetar.
"Elo" ujar (Namakamu) gugup.
Karel tersenyum.
"Jadi maksudnya" (Namakamu) tidak ngerti harus memahami maksud senyuman Karel.
"Gue suka sama lo (Nam)" Karel menatap kembali ke depan.
Mata (Namakamu) membulat.
"Rel.." lirih (Namakamu).
"Gue tau cinta gak bisa dipaksain (Nam), gue awalnya mendam sendiri, tapi gue pikir sekali lagi, gue pengen tau lo ada yang suka sama lo" (Namakamu) membisu seketika.
"Rel.." hanya ucapan itu yang keluar dari mulut (Namakamu).
"Gue gapapa, gue udah seneng bisa jadi temen lo, sahabat lo, orang yang selalu ada buat lo"
"Bantu gue biar bisa buka hati buat lo" Karel reflek menoleh. Ia tak berpikir (Namakamu) akan bicara seperti itu.
"Lo yakin?"
"Gue gak mau terus suka sama orang yang gak suka sama gue Rel, gue gak boleh egois juga sama orang lain"
"Kalau gak bisa jangan dipaksain (Nam), nanti lo yang sakit"
"Gue bisa Rel, kalau lo mau bantu gue" (Namakamu) meremas bajunya sendiri. Ia sudah yakin dengan pernyataannya.
Karel tersenyum. Tangannya merengkuh tubuh mungil (Namakamu) ke tubuhnya. Menyalurkan rasa hangatnya. Ia mengelus puncak kepala (Namakamu)
"Thanks (Nam)"
"Thanks Rel"
Bersambung..
Sumpah pendek banget 🙏
Vote 40+ comment 10+?😂 ntar double
Thanks wkwkSalam sayang,
Meliyana
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity (SELESAI)
Teen Fiction"Gue suka sama Iqbaal rel" -(Namakamu) "Kalau suka ya kejar lah" -Karel "Doain gue ya rel" -(Namakamu) "(nam) ulang tahun lo Desember kan?" -Iqbaal "Iyaa" -(Namakamu) "Tanggal berapa? Gue lupa" -Iqbaal "12 baal, masa lo lupa" -(Namakamu) "Ooo beda...