Di bawah langit fajar yang indah ini, aku kembali di pulangkan ke dunia. Tempatku dahulu.
Aku melihat semua, orang yang menangisiku. Namjoon Hyung, Jin Hyung, Baekhyun Hyung, Hoseok Hyung, Jimin, Jungkook, Yoongi Hyung, dan semuanya.
Terutama Jin Hyung yang sangat terpukul atas kepergianku. Dalam hati aku mengucapkan segala permintaan maafku padanya.
Entah apa tujuanku dikembalikan ke mari, di saat aku sudah bahagia di sana ternyata aku meninggalkan banyak sekali luka dalam hati orang terdekatku.
Setiap malam ku lihat Jin Hyung menangis sembari memeluk figura yang berisi foto kita berdua. Sungguh, aku merindukan saat-saat itu.
Tapi apa daya, semuanya adalah kehendak takdir yang tak bisa kami ubah.
---
Pagi ini juga, aku melihat Jin Hyung sedang menangisiku. Jujur, aku ingin berlari kepadanya dan memeluknya erat, memberikan kata-kata penyemangat, dan mengatakan padanya jika aku akan selalu berada di sisinya. Tapi aku tak bisa.
Namun, aku selalu bersyukur tentang adanya Namjoon Hyung di sini. Aku yakin dia akan selalu menjaga Jin Hyung dengan baik.
Beberapa menit berlalu. Namjoon Hyung telah berlalu, tinggal Jin Hyung sendiri sedang termangu menatap keluar jendela.
Aku melangkahkan kakiku mendekatinya. Memeluknya, walaupun ia tak akan merasakannya.
"Tae, maafkan Hyung," gumamnya sembari menghapus sisa-sisa air mata yang ada di paras tampannya.
"Hyung tahu Hyung belum bisa merelakanmu. Tapi tenang saja, Hyung akan berusaha!" Aku terdiam, mendengar setiap kata demi kata yang Jin Hyung ucapkan dengan cermat.
"Hyung tahu kau ada di sini kan haha," ujar Jin Hyung dengan sedikit terkekeh.
"Atau hanya perasaanku saja? Ah tidak perasaan seorang kakak tidak akan salah. Kau ada di sini kan? Mendengarku? Atau bahkan kau sedang memelukku sekarang?" Ingin rasanya aku berteriak pada Jin Hyung jika aku ada di sini dan sedang memeluknya.
"Ya Hyung, aku ada di sini."
"Sungguh aku merindukanmu, Tae. Kapan kau akan muncul di hadapanku?"
"Jika kau bisa melihatku, maka tugasku sudah selesai dan aku akan pergi Hyung."
Aku melangkahkan kaki keluar kamar Jin Hyung. Sungguh, aku tidak suka melihat Jin Hyung yang seperti itu.
---
Aku terduduk di bawah hamparan rumput hijau nan segar ini. Ku pandangi langit biru disertai awan-awan tipis yang menghiasi.
Sesekali aku bersyukur dalam hati, Tuhan berbaik hati memberikan aku kesempatan kedua untuk menikmati sebagian kecil karyanya di dunia. Meski di sana lebih indah.
Puk
Aku menoleh ke samping, mendapati orang itu lagi.
"Bagaimana?" tanyanya.
Aku menggeleng pelan.
"Aku yakin sebentar lagi Hyungmu akan mengikhlaskanmu," ujarnya sembari tersenyum. Hanya ku balas dengan senyuman tipis.
"Kau ingin kembali?" Aku mengangguk.
"Bukankah di dunia enak?"
"Memang, namun ini bukanlah tempatku." Ia mengangguk tanda mengerti.
"Sampai jumpa di sana Taehyung!" ujuarnya diikuti tubuhnya yang semakin memudar kemudian menghilang bak debu yang tertiup angin.
Aku kembali sendirian, namun ketenangan seperti inilah yang aku cari. Kembali aku memandangi hamparan samudra langit yang membentang.
Kapan aku dapat berpulang kembali?
Apakah di sana aku tidak benar-benar bahagia sehingga aku dikembalikan kembali?
---
Begitu pula dengan Taehyung. Ia tidak sadar jika ia masih tidak rela untuk meninggalkan orang-orang tersayangnya.
Ia tidak sadar, jika ia masih ingin berada di sisi mereka.
Ia tidak sadar, jika ia masih ingin berada di dunia bersama orang-orang terkasihnya.
Dan keinginan Taehyung begitu kuat.
Taehyung rela berpesakitan asalkan mereka ada di sisinya. Ya, sebesar itulah rasa sayang antar saudara. Begitu kuat. Hingga semesta tidak tega memisahkan mereka.
Tapi apa daya, semua itu sudah tertulis dalam buku takdir bukan?
Sebesar apapun usaha kita untuk menentang takdir, semua itu akan sia-sia.
Meskipun akhir cerita mereka begitu menyedihkan, namun itulah yang terbaik untuk mereka.
Tbc . . .
HOLLAAAA! Hshshs aku update lagi nih, tapi maaf ga panjanggg hufttt. Btw btw kayanya cerita ini bakalan aku percepat alurnya dan bakal selesai sebentar lagi! Jadiiii jangan lupa voment yaaa!