#1 -Harapan yang Punah-

30 2 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ketika harapan ditaruh di anak tangga
teratas, apakah kau yakin dia akan
kokoh berdiri tanpa berguling? Tanpa
jatuh kebawah?
Itulah yang akan terjadi jika sebuah harapan ditaruh di raga manusia. Hasilnya tidak sesuai dugaan, antara bahagia dan kecewa.

Rina melewati kamar dua orang yang berharga dalam hidupnya. "Perempuan seperti kau satu truk pun bisa aku dapatkan dalam sekejap. Dasar perempuan sampah!" Entah keberapa kalinya dia mendengar kalimat itu. Ada yang salah dengan pemikirannya selama ini. Ya, sekarang bukan lagi dua orang yang berharga dalam hidupku, hanya seorang, yaitu mama.

Absarinatul Medina. Sejak kecil dia merasa hidupnya nyaris sempurna. Merupakan buah hati satu-satunya dari sepasang suami istri membuatkan dia mendapatkan apa saja yang dia mahu. Ayahnya merupakan seorang yang sangat berharga baginya. Sebagai seorang anak perempuan, tidak aneh bukan jika kita sangat akrab dengan ayah? Karena ayah lah cinta pertama bagi seorang anak perempuan dalam hidupnya, seorang lelaki yang diyakini tidak akan menyakitkan hatinya.

Rina tersadar dari lamunannya, "hahahahaha mimpiii mimpii.. itu semua dahulu rina, saat kau masih bocah dan belum mengerti apapun. Mana harapanmu yang dulunya ingin menghabiskan waktu berdua bersama ayah ketika beranjak dewasa seperti sekarang ini? Mana harapanmu yang ingin ke mana saja berdua bersama ayah seperti sepasang kekasih? Tidak ada kan? " Rina terus bertanya kepada dirinya dengan air mata yang terus mengalir. Di kamarnya, di mana tempat dia selalu mengenang nasibnya selama 23 tahun ini. Dia selalu berpikir, apasih salah yang telah dilakukan dia dan ibunya sehingga ayah berubah seratus delapan puluh derajat seperti itu? "Apa selama ini ayah hanya berpura-pura saja dengan sikap manisnya terhadapku? Hah dasar lelaki munafik!" Gumam Rina dengan amarahnya.

Fadlullah, lelaki yang kini sangat dibenci oleh Rina. Kejadian sewaktu Rina masih duduk di bangku SMP yang membuat lelaki itu berubah. Dia menemukan sekeping foto istrinya berdua dengan seorang lelaki yang tidak dia kenali membuatkan amarahnya tak tertahankan. Dia tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh istrinya bahwa itu hanya adik susuannya, baginya itu alasan yang tidak masuk akal. Aabidah, istrinya meminta agar hal tersebut dirahsiakan dari Rina agar tidak mengganggu pendidikannya. Fadlullah menyetujuinya, namun dia berjanji kepada dirinya untuk tidak menceraikan dan tetap menyiksa istrinya sebagai bentuk balas dendamnya. Sejak kejadian itu juga, dia tidak lagi bersikap manis terhadap putri tunggalnya itu.

"Rin, ga makan siang? Ini kan udah lunch time" Tanya Hadif ketika dia telah berada di hadapan meja kerja Rina. Namun, hanya bunyi ketikan keyboard yang terdengar. "Atau kamu mau aku beliin makan? " Hadif tidak putus asa untuk membuat Rina berbicara. Akhirnya, Hadif terdiam ketika Rina membalas pertanyaannya dengan ketus. "Punya mata gaksi? Atau udah buta? Ga lihat apa aku lagi ngapain. Bisa gaksi sehari aja gausa ganggu hidup aku? Dasar benalu! "
Itulah salah satu bukti bahwa Rina tidak pernah bersikap baik terhadap lelaki manapun. Hadif, teman sekerjanya itu memang sudah lama menyukainya, tetapi untuk rina dia hanyalah benalu. Bersikap baik terhadap lelaki merupakan hal yang buang waktu dan sangat tidak penting. Untuk apa? Bersikap baik, akrab, lalu berharap dan dijatuhkan lagi seperti yang dilakukan ayahnya itu? Toh di Islam juga yang dimuliakan kan wanita bukan lelaki. Prinsip itu yang selalu bermain di pikirannya sejak harapannya telah punah.

 

    

Prinsip yang TerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang