Prinsip yang Terubah

#2 -Pendusta-

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Lelaki merupakan seorang pemimpin untuk perempuan. Dia lah pelindung, penyelamat, tembok kokoh yang selalu menjaga agar wanita dibaliknya tidak tersakiti.

🍂🍂🍂

Kalimat itu yang selalu Kahla ucapkan kepada Rina untuk meyakinkannya bahwa lelaki diciptakan sebagai imam serta pelindung bagi wanita.
Seperti yang disebutkan di dalam Q.S. An-Nisa ayat 34:

“Lelaki ialah pemimpin bagi perempuan oleh kerana Allah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan kerana lelaki selepas menafkahkan sebahagian daripada harta mereka.”

Ya Allah, salahkah aku ini yang menganggap bahwa lelaki itu hanyalah seorang pendusta? Murkakah aku ini yang tidak yakin dengan kalam-Mu yaa rab? Aku percaya ya Allah bahwa Engkau ciptakan lelaki sebagai khalifah dan pemimpin di muka bumi ini, namun sulit untuk aku percaya bahwa mereka ialah pelindung untuk kami kaum hawa. Ampunkan hamba yaa rab, bantu hamba.

"Rin..kamu gapapa? Riiiinn.. "
Kahla melambaikan tangannya beberapa kali untuk menyadarkan Rina dari lamunannya.

"Rin!! "
Rina kaget dan tersadar dari lamunannya setelah mendengar teriakan serta ketukan meja dari Kahla. Sahabatnya sedari SD itu hobi sekali mengagetkannya seperti tadi.

"Apasih Nada Kahlaaa... kok hobi bangetsi kagetin aku dari dulu? "

"Yaa habisnya kamu dari tadi ngelamun terus, capek tau aku cerita panjang lebar." Balas Kahla dengan kesalnya.

"Kamu cerita? Hehehehe maafin aku ya sahabat aku yang cantik nan bijaksana. Kamu mau cerita apa? Sini-sini aku dengarin. "

"Au ah, uda males aku. Yuk pulang"

Rina hanya bisa ketawa ketika melihat sahabatnya seperti itu. "Untung saja Kahla tetap mau mengantarnya pulang ke rumah. Yaa lumayan lah pas mobil lagi di bengkel, eh ada yang mau antar pulang. Kan hemat uang ku. " Gumam Rina dengan cengar-cengir di dalam hatinya.

"Apaansih riin senyum sendiri ga jelas gitu? Jangan gila dulu dong rin nanti teman curhat aku siapa coba"

"Dasar, doain aku gila. Udahla yuk pulang"

Setelah setengah jam, mereka sampai di rumah Rina. Cafe yang mereka kunjungi tadi memang tidak terlalu jauh. Rina tidak melihat mobil mama nya di halaman rumah. Mungkin mama belum pulang kerja, pikirnya. Rina agak sedih karena Kahla tidak dapat menemaninya di rumah sampai mama nya pulang. Sejak perubahan yang terjadi kepada ayahnya, mama Rina memilih untuk kerja dengan membuka bisnis butik di sebuah mall. Hal itu dilakukan mama nya agar tidak larut dalam kesedihan.

"Assalamualaikum. " Ucap Rina saat memasuki rumah. Namun, tidak ada jawaban. "Mungkin suami mama itu sedang nongkrong di luar. " Rina bermonolog.
Rina memang sudah tidak mau memanggil Fadlullah dengan panggilan ayah lagi, karena untuknya, tidak ada suami dan ayah yang berani bersikap seperti itu terhadap istri dan anaknya. Saat Rina sedang santai di ruang tamu yang berada di lantai bawah, tiba-tiba handphone nya berdering. Tertera nama mama di sana.