#4 -Keraguan-

7 0 0
                                    

Aku yang terluka dengan jawabanku sendiri, dan kau? Terlihat biasa saja. Mata itu, seperti ingin menampakkan keikhlasan terdalamnya.

🍃🍃🍃

Aathif masih menanti jawaban dari wanita di hadapannya yang tampak memikirkan sesuatu.

"Kamu ragu? Apapun jawabanmu akan aku terima."

"Oke, aku terima kamu. Tapi, sebagai tantangan." Rina tampak yakin sekaligus ragu dengan jawabannya.

"Tantangan?"

"Iya. Kalo dalam waktu 3 bulan aku melihat kamu sama saja dengan lelaki pertama dalam hidupku, kamu harus siap menceraikanku kapan saja aku mau. Setuju?"

Aathif sangat tidak habis pikir dengan jawaban yang ia dengarkan barusan.

"Astaghfirullah.." Pria itu coba mengecilkan suaranya agar tidak dapat didengar oleh teman bicaranya.

"Gimana? Setuju?" Rina sekali lagi meminta persetujuan dari Aathif. Namun, hanya senyuman yang ia dapatkan dari pria yang menurutnya, yaa lumayan gantengla.

Dengan senyuman ikhlasnya, Aathif memberikan jawaban yang membuat Rina yang sedang minum itu tersedak.

"Minggu depan kita nikah. Tuliskan alamat rumahmu."

•••

"Riinn, kamu kok ga bilang ke aku dulu sih? Kok ga tanya? Gak minta pendapat aku? Ya ampun riinn nikah itu bukan kayak main barbie tau. Kamu seenaknya aja." Kahla membuat Rina tidak fokus nyetir.

"Yang mau nikah kan aku sih laa, bukan kamu."

"Iya tau loh beb, tapi apa kamu udah pikirkan sebaik-sebaiknya? Ni ya rin, harini ada satu orang lagi yang ngelamar kamu, tapi kenapa malah pria yang tidak kamu kenal yang kamu terima. Ga habis pikir aku sama kamu."

"Aduh laaa, omeeeelll terus. Kamu pikir aku serius sama dia? Nih ya la, aku tu sengaja jawabnya tu ngajak tantangan gitu, karena menurutku, siapa coba yang mau diajak nikah pake tantangan segala? Makanya aku kaget banget pas dia jawabnya gitu."

"Gila ya rin, kayak mainan aja hati kamu buat. Jadi kamu mau bilang kalo kamu nyesal? Mau batalin? Gak gak, aku mau kamu tanggungjawab."

Rina tidak mempedulikan sahabatnya. Dia masih dengan kekhawatirannya. "Ya Allah, apakah ini petunjuk yang kau berikan kepadaku?"

Aku merebahkan tubuhku di kasur, menatap langit-langit dengan hati yang gusar. Pikiran yang kacau. Sebenarnya apasih maunya hatiku ini? Apa yang dipikiran oleh pikiranku ini? Aku saja bingung dengan diriku sendiri. Aku tidak tahu kemana arahnya ikatan itu nantinya. Aku tidak menyangka dia akan memberikan jawaban seperti itu. Apa dia serius? Tapi, sepertinya dia yakin. Matanya juga sepertinya menunjukkan dia sangat ikhlas. Apa aku saja yang merasa tersakiti dengan jawabanku sendiri? Sungguh, ini skenario yang membuatkan ku tidak tahu harus berbuat apa.

Aku mengambil benda pipih yang masih berada dalam tas. Aku memang belum mengeluarkannya sejak pulang menemui pria aneh itu. Aku mencoba untuk menghubungi Kahla lewat WhatsApp untuk meminta pendapatnya. Sejak dulu, dia satu-satunya orang yang selalu siaga mendengarkan apapun keluhan dan cerita ku. Walaupun terkadang menurutnya ceritaku tidak penting, tetap saja dia setia mendengarkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prinsip yang TerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang