Pagi-pagi sekali panitia sudah membangunkan para peserta. Udara masih terasa dingin sehingga aku duduk menyandar pada tembok dengan mata yang masih merem melek. Meskipun begitu, aktivitas di dalam kamar tak luput dari pengawasanku.
Jimin sudah keluar dan mungkin sedang mandi di kamar mandi luar. Yoongi masih berbaring dengan tenangnya. Hoseok tak jauh beda denganku, ia duduk di tempat yang dipakainya tidur. Bahkan matanya masih terpejam sampai beberapa kali kepalanya jatuh lalu terangkat lagi. Wooshik sedang mengoperasikan ponselnya sambil tidur telungkup. Sedang satu lagi tengah duduk membelakangiku dan menghadap ke arah kopernya, mungkin sedang beres-beres. Ia adalah yang paling muda di antara kami, Jihoon.
Aku hampir tertidur lagi jika tak mendengar suara keras yang membuatku terlonjak kaget dengan mata melebar. Sial, Jimin sepertinya sudah bosan hidup, ia baru saja menendang pintu.
"Hei bangun! Bus akan datang pukul 7 nanti." Jimin berteriak dari ambang pintu.
"Bukannya seminar mulai jam 8?" Aku mendengar Hoseok dengan suara serak terkesan malas, kepalanya masih tertunduk dan mungkin matanya juga masih terpejam.
"Memang, tapi tempatnya ada di aula kampus kami dan jaraknya lumayan dari sini. Panitia juga sekalian ingin mengajak kalian keliling kampus."
"Bagaimana dengan sarapannya?" Kini Jihoon bertanya, ia membalikkan tubuh ke arah Jimin. "Aku sudah lapar sekali."
"Hm, ya, aku juga." sahut Yoongi.
"Tenang saja aku akan membawakannya nanti setelah teh hangatnya jadi."
"Apa kau perlu bantuan?" Yoongi menawarkan diri, aku hanya memperhatikan.
"Aku rasa ia akan menerimanya dengan senang hati, Yoon." ujar Wooshik yang masih sibuk dengan alat pintar miliknya.
"Baiklah," Yoongi berdiri, selimut yang ia kenakan masih melingkari tubuhnya, membuat Jimin mendadak mengarahkan telapak tangan pada Yoongi saat akan mendekat. "kenapa?"
"Kau ingin membantuku masih dengan bergelung selimut?" Jimin mencebik, menatap heran pada Yoongi yang diam. "Ayolah hyung, tak sedingin yang kau bayangkan."
"Ok, kau yang menjadi selimutku nanti."
Setelahnya terdengar makian dari Hoseok untuk Yoongi karena telah melempar selimut sembarangan sehingga terkena wajahanya, namun sang tersangka sudah keluar dari kamar. Aku hanya tertawa, membuat rasa kantuk hilang perlahan.
"Ada yang ingin menggunakan kamar mandi tidak?" Mereka menjawab tidak sebab katanya masih malas untuk mandi sepagi ini. Jadi aku tak akan membuang waktu dan mandi lebih dulu agar tenang kemudian.
Karena hari ini akan ada seminar nasional, jadi aku putuskan untuk mengenakan seragam yang menjadi identitas lembagaku. Kemeja dengan warna merah marun, di lengan kanan dan kiri masing-masing tertempel bendera Korea Selatan dan lambang organisasi. Kali ini aku memadukannya dengan celana jeans berwarna dark grey. Ya, sudah formal dan pantas menurutku.
Biasanya aku pun jarang sekali memakai pakaian yang bisa disebut formal seperti kemeja jika tak ada acara tertentu. Kuliah saja aku hanya mengenakan kaos lalu dibalut jaket atau cardigan, yang penting rapi dan bersih. Bahkan aku pernah masuk kelas tanpa alas kaki karena baik sepatu maupun sendal yang ku taruh di ruang organisasi tak bisa aku temukan. Ya, daripada membolos aku memilih berlari sampai ke kelas karena jalanan dari gedung belakang ke fakultas terasa panas dan menyengat di kulit kakiku.
Aku berdiri di ambang pintu lalu menengokkan kepala ke kanan dan kiri, terlihat sepi. Rasanya tak mungkin kalau panitia masih tertidur. Pintu dua kamar yang ada di depanku pun sudah terbuka lebar. Aku terus mengedarkan pandanganku sampai akhirnya menangkap sosok Yoongi dan Jimin yang berjalan beriringan sambil membawa kresek serta nampan dengan beberapa gelas berisi teh di atasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Come || KookV ✓
Fanfiction[COMPLETE] berawal dari Taehyung yang terpilih sebagai salah satu peserta kelas nasional di Busan, mengenalkannya pada seseorang yang berhasil menarik perhatian, hati dan kepercayaannya. KookV, rate M. ©gukienuna, 2024.