Chapter II 1

3.3K 145 57
                                    

"APA."

Dari sekian banyak kata yang ada dalam kamus, hanya kata-kata itu yang dapat keluar dari mulut Raib.

Raib masih bertatap-tapan dengan Ali.

Dengan tiga Ali sekaligus, lebih tepatnya.

-Beberapa jam yang lalu-

Raib sedang membaca novel di kasurnya, seperti biasa. Hari ini adalah Sabtu, tidak ada sekolah. Beberapa saat kemudian, di tengah kegiatan membacanya, handphone-nya berdering. 

'Hm?' Pikir Raib sambil mengambil ponselnya itu. Ia melihat ID penelpon,

"Ali..?"

Raib pun menekan tombol hijau, mendekatkan ponselnya ke telinga. "Ali? Ada apa?"

"Ra, kau bisa ke rumahku? Aku butuh sedikit bantuan."

Kemudian Raib mendengar suara mesin yang sedang menyala di tempat Ali.

"Bantuan apa?"

"Apa kau bisa ke rumahku dalam waktu kurang lebih 5 menit?"

Hmm.. "Aku usahakan," Suara mesin yang ada di sana terdengar semakin tidak karuan, "Lagipula, suara apa itu?"

"Nanti kau akan mengerti kalau sudah sampai di sini." Ali pun menutup telponnya.

Meninggalkan perasaan bingung pada Raib. Ia pun bersiap-siap untuk ke rumah Ali. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.

*Kembali ke sekarang*

"APA?" Raib kehabisan kata-kata. Ia tidak bisa memercayai apa yang ada di hadapannya. 



Empat (buah XD) Ali. 



Ali yang pertama adalah Ali yang ia kenal. (Tapi wajahnya gosong.) 

Ali yang kedua, terlihat lebih serius. Jauh lebih serius. Dari cara ia berpakaian pun, ia terlihat lebih rapi dan formal. Wajahnya adalah wajah Ali, tetapi rambutnya lebih tertata dan lebih enak dipandang. Dan ia mengenakan kacamata(?). Raib merasa aneh, risih, melihat Ali yang ini, karena benar-benar kebalikan dari Ali yang ia ketahui. (yang ini dipanggil "Si Rapi" aja ya wkwk)

Kemudian Raib beralih ke Ali selanjutnya. Ali yang satu ini memiliki rambut yang agak sedikit lebih panjang. Ia mengenakan pakaian yang lebih santai dari Ali yang sebelumnya, tetapi masih terlihat lebih rapi dari Ali yang ia tau. Sembari memerhatikan Ali yang satu ini, Raib sedikit terkejut  karena Ali yang satu ini juga diam-diam memerhatikannya, dan memberikan senyuman. (hm kalo yang ini "Si Ramah" mungkin?)

Wajah Raib sontak sedikit memerah untuk beberapa saat. Ia beralih ke Ali yang terakhir.

Ali yang ini terlihat sangat kucel, sedikit lebih berantakan juga dari Ali. Ia hanya menggunakan kaos yang menampakkan bahunya yang sedikit... terbentuk/berotot? Ia sedikit terlihat jengkel ketika sedang diperhatikan oleh Raib. "Apa lihat-lihat?" Ali tersebut menatap jengkel dan sedikit bingung(?) ke Raib. (ah yang ini "Si Rese" aja hh)

"Aku hanya mengamati saja." Apa salahnya memang?  Ujar Raib dalam hati.

Raib kemudian hanya bisa kembali menatap Ali yang original.


"Bisa-bisanya jadi seperti ini?! Kau membuat mesin apa?!"


"Mana aku tau, Ra. Mungkin kalkulasiku ada yang salah." Jawab Ali, menghadap ke arah mesin yang kini harus diperbaiki.

Dasar. Raib hanya bisa pasrah dengan sahabatnya yang satu ini.

Raib and Ali Oneshots!Where stories live. Discover now