Bagian 1

59 10 6
                                    

Kring!

Bel istirahat sudah berbunyi. Para murid terlihat berhamburan keluar kelas masing-masing. Ada yang asyik mengobrol di Koridor, ada yang ke kantin untuk mengisi kekosongan perut, ada pula yang menonton pertandingan di lapangan basket. Maklum, jam istirahat memanglah selalu menjadi saat yang paling ditunggu murid-murid SMA Cakrawala. Setelah beberapa jam terkurung di dalam kelas dengan pelajaran yang membosankan, berkumpul atau makan di kantin menjadi pilihan yang menyenangkan bagi mereka.

Saat orang-orang sibuk dengan aktifitas untuk menghabiskan jam istirahat. Di suatu tempat, tepatnya di rooftop sekolah, seorang cewek tengah asyik berdiri menikmati angin sepoi-sepoi yang perlahan membelai wajahnya. Cewek itu kelihatan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, bahkan ia tidak terlihat takut jatuh sama sekali berdiri di ujung bangunan gedung tingkat tersebut. Ia tampak memejamkan mata dengan segaris lengkungan di sudut bibirnya. Wajah ayunya tampak damai.
Saking asyiknya menikmati ketenangan, ia bahkan tidak menyadari bahwa ada seorang cewek yang sejak tadi berteriak-teriak panik memanggil namanya.
"Nayla! Lo gila kali, ya! Lo mau setor nyawa apa gimana sih!" teriak cewek itu menatap Nayla.

Ia tidak berani melangkahkan kaki sedikitpun, karna fobia ketinggian yang dimilikinya.

"Nay... Lo kesini, dong! Gue mau ngomong nih!" teriak cewek itu dengan nada lebih tinggi.

Nayla membuka matanya lalu menoleh, merasa terusik akan kehadiran cewek itu. Ia berjalan menghampirinya. "Apaan sih, Mel? Ganggu orang lagi cari ketenangan aja!"

Cewek yang ternyata bernama Imelda itu menatap wajah sahabatnya dengan bingung, kemudian berkata, "Lo ternyata gila beneran ya, Nay? Udah jelas-jelas ini tuh tinggi banget, eh elo masiiih aja berdiri di situ. Lo nggak mikir, ya?"
"Mikir? Mikir apa?" tanya Nayla.

"Ya elo nggak mikir, kalo lo berdiri di situ terus jatoh, bisa-bisa muka lo jadi gak kalah serem sama kucing. Hiiii...."

"Apa? Kucing? Binatang kucing?"

"Iya. Kucing!"

"Hahaha... Serem kayak kucing? Kucing mah apa seremnya, Mel?" Nayla tertawa, bingung mendengar ucapan Imelda.

"Ih kucing mah serem banget, kali, Nay."

"Hahahaha... Kucing mah comel tau, Mel. Apa buktinya kalau kucing itu menyeramkan?"

"Buktinya dari gue kecil sampe gue sekarang ini udah tiga kali di gigit kucing. Udah gitu, waktu gue kecil gue juga sering di cakar-cakar sama kucing abang gue. Dan sampe sekarang pun gue masih gimanaaaaa gitu kalo liat kucing. Gue ngerasa tuh kucing melototin gue terus! Gue pernah sampe kebawa mimpi lho, Nay. Hiiii ... Serem banget deh!" Imelda bergidik ngeri.

"Kucingnya naksir elo kali!"

"Hiiii ...."

"Atau jangan-jangan elonya yang naksir kucing!"

"Enak aja lo!"

Nayla tergelak. "Awas aja kalo ntar malem kucingnya nyamperin elo gara-gara siang ini lo ajak gue ghibahin dia," kata Nayla sambil berusaha mengontrol tawanya.

"NAYLAAAA! lo jahat banget sih? Ntar gue mimpi buruk nih!" Imelda teriak-teriak panik.

Nayla malah cekikikan melihat sahabatnya ketakutan setengah mati. "Hahaha ... Hmmmppppfff ... Iya, terus kucingnya bilang, 'Kenapa kamu ghibahin saya!' Hahahaha ...."

"Nayla! Udah dong!"

"Iya iya, lo ngapain nyariin gue? Lo kan fobia ketinggian?" tanya Nayla.

"Ya abisnya kalo nggak di sini gue gak akan nemuin lo, jadi terpaksa deh. Demi ketemu dan ngomong sama lo gue rela naik ke sini."

"Iya, iya. Jadi?"

Imelda tersenyum puas mendengar pertanyaan sahabatnya. "Hehehehe..." Imelda tertawa, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Gila, Nay! Gila! Si Dafa! Dafa!"

"Dafa? Dafa anak kelas XII IPA-1?"

"Iya, Dafa. Dafa anak kelas XII IPA-1. Dafa si ketua eskul sepak bola. Dafa yang udah dua kali menjabat sebagai ketua OSIS. Dafa yang gantengnya ngalahin manu rios. Dafa yang kalo lewat bisa bikin mata cewek-cewek satu sekolahan ngeliatin dia tanpa berkedip!"

"Oh, Dafa. Kenapa dia?"

"Gila. Nay. Si Dafa tadi nabrak gue! Trus, dia bilang 'sorry' ke gue. OMG! Hellow! Demi apa! Its my lucky day."

Nayla memandangi wajah sahabatnya dengan bingung. "Eh, sebenernya yang gila itu gue, Dafa atau elo sih! Ditabrak kok malah seneng? Dimana-mana tuh kalo orang ditabrak jadi kesel. Nah elo?"

"Tapi ini tuh kasusnya beda, Nay!"

Alis Nayla bertautan. "Bedanya?"

"Iya, beda. Soalnya, yang nabrak gue itu Dafa. Dafaaaaa...," ucap Imelda berapi-api.

"Terus?"

"Ya itu berarti, i'm a lucky girl. Jarang lho, Nay. Dafa minta maaf sama cewek. Dia kan paling dingin dan anti sama cewek-cewek. Lo tau kan, banyak banget cewek yang cari muka dan berebut pengen jadi pacarnya, tapi dia nggak nanggepin, kan?"

"Hahahaha... Imelda... Imelda... Cuma gitu doang lo udah terbang ke angan-angan. Udah ah, yuk balik kelas," ucap Nayla bergegas meninggalkan Imelda sendirian di rooftop. Tapi kemudian...

"NAYLAAAAA! TUNGGUIN! GUE TAKUT KETINGGIAN, OGEB!" teriak Imelda sambil berlari menyusul Nayla.

***

Imelda berjalan mengikuti Nayla dengan wajah ditekuk.

"Lo jahat tau nggak sih, Nay? Kalo gue pingsan di atas sana gimana?" gerutu Imelda.

Nayla hanya tersenyum simpul sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangan X IPA-2. Kelas yang sudah hampir satu tahun ini dihuninya.

"Nay," panggil Imelda sambil menarik tangan Nayla agar gadis di hadapannya berhenti berjalan.

"Apaan sih, Mel!"

"Itu Dafa, Nay. Dafa!"

"Ya terus?"

"Liat deh, ganteng banget!" Imelda kembali histeris melihat sang pangeran sekolah berjalan di ujung koridor.

"Apaan sih, Mel. Orang biasa aja gitu."

"Lo katarak ya, Nay?"

"Hah?"

"Ya abisnya, masa lo bener-bener nggak bisa gitu, liat ketampanan Dafa? Padahal, seantero sekolah juga tau kalo Dafa itu yang terbaik!"

"Ya... Ya... Ya...  Serah lo ajalah, Mel."

To be continue...
Jangan lupa tinggalkan jejak❤

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang