Budayakan follow and vote sebelum coment
Happy Reading!Sorenya, saat baru saja pulang dari sekolah, Nayla mendapati sebuah mobil sedan bertengger manid di depan rumahnya. Tapi itu bukan mobil Zain. Meskipun bentuk mobil itu sama persis dengan milik Zain, tapi warna mobil itu bukan biru melainkan hitam. Nayla melirik nomor polisi mobil itu, kemudian tersenyum kecil. Tampaknya ia sudah mengetahui pemiliknya.
Nayla masuk ke rumahnya dan mendapati seorang cowok tengah duduk di ruang tamu. Cowok itu mengenakan kaos yang matching banget sama warna mobil yang baru saja ia lihat.
Nayla menyapa cowok itu."Hmm... Nungguin Zain, ya?"
Cowok itu menyadari kedatangan Nayla. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya."Eh, iya. Lo Nayla, kan?" tanya cowok itu ramah.
Nayla terdiam sejenak, kemudian mengangguk. "Dan... Lo pasti... Emm... Devano!" tebak Nayla yakin.
Cowok itu tersenyum. "Lo masih inget nama gue?"
"Sebenarnya sih enggak, tapi tadi gue liat nomor polisi mobil yang di depan. D 15 EV. Bacanya 'Dev', kan? Hehehehe... Sok tau banget deh gue."
"Nggak kok," jawab Devano singkat.
"Emm... Lo nungguin Zain, ya?" Nayla mengulangi pertanyaannya.
"Iya soalnya tadi pagi dia minta sepulang sekolah gue ke sini. Tapi gue sampe sini dia gak ada."
"Tumben banget dia keluar gak pamitan, lo udah coba nanya bi Inem?"
"Udah, tapi katanya kakak lo gak bilang mau kemana." Devano tersenyum.
"Kebiasaan banget, suka ilang-ilangan kayak jalangkung. Yaudah, kalo gitu lo tunggu aja. Paling sebentar lagi juga pulang. Gue ke atas dulu, ya," ucap Nayla sambil bergegas meninggalkan Devano di ruang tamu.
"Tapi ntar lo balik sini lagi, ya... Temenin gue."
"Oke."
Lima menit kemudian Nayla turun dengan rok selutut dan kaos pendek. Rambut panjang yang lurus dan hitamnya ia biarkan tergerai begitu saja.
Nayla meletakkan setoples camilan di meja dan duduk di samping Devano.
"Gue denger lo sekolah di SMA Cakrawala ya, Nay?" tanya Devano.
"Iya."
"Kenapa nggak milih satu sekolahan sama Zain, biar ada yang jagain?"
"Hmm... Gue bukan lagi anak kecil, jadi gak perlu penjagaan ketat. Lagian gue juga bukan artis yang banyak hatersnya kok," kata Nayla.
Devano tersenyum simpul.
Ddrrrtttt! Dddrrrtttt!
Nayla merasakan HP dalam genggamannya bergetar.
Ia segera mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera."Halo."
"Naylaaa.. Omg! Gue baru nyadar kalo kemarin yang ngobrol sama lo itu Kak Luqman! Anak baru yang famous itu!" Teriak Imelda exited dari seberang.
"Apaan sih Mel! Terus kalo itu dia, kenapa?"
"Ya, itu artinya lo beruntung, sayang! Sama kayak gue!"
"Beruntung di sisi mananya? Yang ada dia nyusahin gue!"
"Nyusahin gimana? Dia tuh jelas-jelas udah bantuin elo!" bantah Imelda tidak terima.
"Dia bilang gue bakal ikut eskul musik! Dan lo tau sendiri, gue itu gak bakat di musik."
"Bwahaha, astaga! Gue baru nyadar. Tapi, lo tenang aja. Kan lo bisa minta bantuan kakak lo yang suka ngeband itu!"
"Pinter juga lo!"
"Atau nggak, lo minta bantuan aja sama Kak Luqman! Gue denger-denger dia juga anak musik. Kan lumayan, bisa PDKT sama cowok cakep!"
"Ya ya ya, serah lo deh, Mel!"
Tut... Tut... Tut...
Nayla mematikan sambungan telponnya.
"Kenapa?" tanya Devano.
"Nggak apa-apa kok. Itu temen, lagi rese!"
"Oh."
"Ah, itu Zain udah dateng. Kalo gitu, gue tinggal ke atas lagi ya, Dev."
"Iya, thanks ya, Nay."
Nayla mengangguk dan berlalu ke kamarnya.
***
Malam hari di kamar Nayla.
Tok tok tok!
Terdengar pintu kamar Nayla diketuk. Nayla yang lagi asyik baca novel jelas kaget banget."Siapa?"
"Gue, Nay."
"Oh, masuk aja, Zain. Nggak dikunci kok."
Zain membuka pintu dan duduk di samping adiknya.
"Kenapa, Zain?"
Zain hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan adiknya tersebut.
"Lo kenapa sih?" ulang Nayla.
Zain tersenyum getir lalu menjawab, "Gue pengen pindah ke sekolah lo aja, Nay."
"Lah? Kenapa?"
"Gue khawatir sama lo, dari awal gue kan udah gak setuju lo sekolah di sana. Lo jauh dari pengawasan gue." Zain menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.
Nayla merangkul pundak kakaknya lalu tersenyum.
"Lo abang terbaik yang pernah gue punya."
"Gue serius, Nay."
"Gue nggak apa-apa kak. Serius deh," ujar Nayla meyakinkan.
"Kalo ada apa-apa bilang, ya."
Nayla mengangguk.
"Gue janji, kak."
To be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Roman pour Adolescents"Semua yang kulalui bukan atas keinginanku, namun takdir yang telah mengaturnya agar menjadi sedemikian rupa." -Luqman Arga Danendra- "Segala yang telah terjadi mungkin memang tidak bisa diubah, tapi masih bisa diperbaiki." -Adira Nayla Azzahra- ***...