Prolog

42 1 0
                                    

LouAnne POV*

"Siapa sih yang bekerja di malam natal begini?". Aku tidak berhenti menendang salju dengan sepatu boot hitam mengkilat kesayanganku. Sambil sesekali menggerutu, aku menggosok kedua telapak tanganku yang nyaris membeku karena udara dingin dan salju sebesar kepingan logam yang turun diakhir bulan desember. Omong-omong namaku LouAnne, tapi orang-orang biasa memanggilku Lou. Aku tidak membiarkan siapapun memanggilku dengan Anne kecuali kakak laki-laki ku yang hobi menggoda ku karena tau aku benci dipanggil seperti itu.

Ohh yaa... Aku sedang dalam perjalanan bekerja. YA...pada malam NATAL. Kau benar, sebenarnya pada malam natal orang-orang seharusnya berada dirumah berkumpul dengan keluarga atau orang terkasih, tapi dalam kasusku sangat berbanding terbalik. Kurasa, Starbucks-tempatku bekerja- meskipun apocalypse atau virus zombie sedang terjadi di muka bumi akan tetap buka. Kurasa, orang-orang tetap butuh asupan cafein pada malam natal sekalipun, dan hanya Starbucks yang mampu menyediakan pada saat-saat seperti ini. 

Di kota kecil tempatku tinggal, Starbucks buka 24 jam dan orang-orang akan tetap datang untuk memesan minuman hangat atau sekedar nongkrong bersama teman-teman mereka. Aku mendapat giliran shift malam dan baru akan selesai pada pukul 7 pagi. Memang tidak banyak yang datang pada waktu seperti ini... akan tetapi tetap ada pelanggan yang datang untuk memesan latte hangat atau signature chocolate mengingat cuacanya yang nyaris membekukan apapun. 

Nah, tempat tinggalku tidak terlalu jauh, jadi aku berjalan kaki setiap pergi bekerja. Tetapi berbeda jika cuaca seperti ini, akan memakan waktu 3 kali lebih lama... ditambah angin dingin yang menerpa wajahmu akan membuat segalanya mati rasa. Tinggal beberapa blok lagi sebelum aku sampai, cahaya warna-warni ceria lampu dekorasi natal dan logo hijau starbucks menyala terang menyemangatiku untuk segera sampai. Paling tidak didalam hangat dan berbau roti panggang.

Karena berjalan menunduk untuk menghindari angin yang keras kepala menampar wajahku, aku tidak sengaja menginjak sesuatu dan terjerembab kedepan. 

"Aduh

Sarung tangan merah yang kukenakan seketika basah. Aku mendarat dengan kedua tangan dan lutut (untung saja bukan wajahku yang mendarat duluan) dan saat itu juga aku melihat aku telah menginjak kaki seseorang. Seorang pria, tepatnya, -tunggu... apa dia pingsan???-. Dia mengenakan kaos polos berwarna hitam dan hanya dengan selembar jaket yang pasti tidak bisa menghalau cuaca semengerikan ini. Kau bisa mati jika berpakaian seperti dia.

"Hei... kau tidak apa-apa?" aku dengan segera menyentuh lengannya. Dia sepertinya pingsan. 

Apa dia mati?

Tetapi wajahnya merah dan dia kelihatan masih bernafas-syukurlah-. Aku tidak bisa membayangkan harus di interogasi di kantor polisi karena baru saja menemukan mayat seorang pria di malam NATAL.

"Hei... kau bisa bangun?" Tentu saja... pertanyaan bodoh mengingat dia kehilangan kesadaran total. Aku harap dia masih bisa bertahan saat aku membawanya ke rumah sakit. Tetapi tidak ada siapa-siapa disekitar sini. Tentu saja, mengingat ini hampir pukul 11 malam dan ini malam Natal, tidak ada orang gila yang mau berkeliaran di tengah badai salju kecuali seorang pegawai yang harus menyelamatkan orang-orang dari kekurangan cafein.

Aku mencoba mengangkat pria asing ini, tetapi beratnya mungkin 70 Kg- dan tidak mungkin aku menggendongnya sendirian. Tapi aku tetap harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya. Aku tidak mungkin meninggalkan  nya disini untuk mati dan membeku. Segera kuambil ponselku dan menghubungi Manajer shiftku-Andy. Semoga dia membawa mobilnya pergi bekerja. Manajerku selalu datang lebih awal.

"Halo... ya, kau bisa membantuku? aku mendapat sedikit masalah"

"Apa? tidak... aku tidak membolos malam ini"

"Yaa... aku tahu ada banyak orang malam ini, tapi begini... aku menemukan seseorang pingsan 2 blok dari starbucks. Bisakah kau datang menjemputku? Yaa... aku serius. Tidak, aku tidak mungkin melakukan nya sendirian. Ya... cepatlah aku hampir membeku disini"

Syukurlah manajer shift ku berbaik hati dengan segera berjanji akan tiba dalam 5 menit. Aku masih berusaha membangunkan pria asing ini, tapi dia tidak merespon sama sekali. Rambut nya gelap dengan rahang sempurna. Kulitnya seputih salju, kalau di liat dari dekat, dia luar biasa tampan. Apasih yang kupikirkan. Lagi pula ini bukan waktu yang tepat mengagumi cowok asing yang kau temukan pingsan selagi pergi bekerja. Bisa saja dia mafia atau apa. Aku segera berharap Andy segera datang.

Beberapa detik kemudian raungan hummer Andy terdengar mendekat disertai cahaya lampu dari mobil tersebut. Syukurlah...

AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang