"*LouAnne POV*
Kami dalam perjalanan ke il mare, salah satu restauran itali yang berada di persimpangan antara pohon sycammore besar dan kantor surat kabar lokal yang ada di kota. Butuh waktu 15 menit berjalan dari Starbucks ke tempat itu. Segera setelah shift ku berakhir pagi ini, aku langsung melepas celemek dan mengumumkan kepada Christina- Barista yang mendapat shift berikutnya - bahwa aku akan pulang. Aku mengucapkan selamat natal lalu berjalan keluar dari Starbucks.
Il mare adalah restauran kecil yang menyajikan makanan tradisional itali seperti pasta ataupun risotto bahkan panna cota. Itu merupakan restauran favorit kami- aku dan kakakku James- saat aku menerima gaji, aku selalu mengajaknya makan disana. Lasagna disana sunggu luar biasa enaknya. Sungguh.
Ananta dan aku berjalan dalam keheningan. Sesekali aku menoleh ke arahnya secara diam-diam. Memperhatikan rambut coklat nya yang nyaris berwarna matahari petang. Atau telinga nya yang kecil dan memerah tertutupi rambut. Dan betapa bulumatanya sangat panjang tertutupi beberapa butir salju yang turun pelan.
"West Scout ini..." aku menelan ludah sebelum melanjutkan "apa kau mencari seseorang disana?"
"Bisa dibilang begitu"
"Ohh" kami berjalan dalam keheningan dan salju.
"Errm..."
"Kita sampai" Aku merentangkan kedua tangan dan mempersembahkan restauran kecil dengan bentuk seperti rumah hobbit tapi dengan atap segitiga dan nuansa biru dinding depan - sesuai dengan namanya il mare yang berarti lautan -
"Kau pasti akan suka" Aku menariknya masuk kedalam.
Sesampainya di dalam, aroma udang panggang dan saus tomat langsung menyambut. Suasana restauran kental dengan pernak pernik natal seperti pohon dengan hiasan yang sedikit terlalu banyak-membuat pohon tersebut miring kesamping- dan dinding yang di hiasa manik manik berwarna hijau dan merah. Hanya ada beberapa pelanggan dalam restauran tersebut. Mungkin semua orang sedang sarapan dirumah dan tidak sabar membuka kado masing-masing. Seorang pelayan wanita berambut pirang menghampiri dengan ramah dan sedikit terlalu antusias. Ia memperhatikan kami dari ujung kepala ke ujung kaki. Matanya berbinar semangat saat melihat Ananta. "Apa anda punya reservasi sebelumnya?"
"Tidak. Meja untuk dua orang, tolong"
"Sebelah sini"
Kami mengikuti pelayan tersebut menuju meja kecil dengan dua kursi yang terletak dekat jendela. Di atas meja tersebut terdapat bunga lily dalam vas biru kecil. "Silahkan"
Ananta duduk lalu disusul aku diseberangnya. Pelayan tersebut menyerahkan 2 buah menu. "Apa kau mau memesan sekarang atau mau melihat menu terlebih dahulu?"
" Satu porsi crepes lemon untukku dan satu porsi lasagna extra untuk temanku" Pelayan tersebut mencatat dengan seksama.
"Untuk minumannya?" ia menambahkan.
"Air putih untukku dan es lemonade untuk temanku, tolong" jawab ku sambil menyerahkan kembali buku menu.
"Baiklah, akan tiba dalam 15 menit" Pelayan tersebut tersenyum menggoda ke Ananta lalu menyelipkan sehelai rambut pirang kebelakang telinganya. "Jika butuh sesuatu kau tinggal memanggilku" Tambah nya dengan sedikit terlalu berlebihan. Ia kemudian melenggok pergi.
"Wanita tadi sedikit aneh" Ananta menatapku dan menelengkan kepalanya kekiri.
"Ku rasa dia menyukaimu" Aku tersenyum.
"Benarkah? kau sering kemari?"
"Beberapa kali sebulan, ini restauran favorite kami"
"Kami?"
"Aku dan kakakku"
"Ohh" jawab Ananta. Bibirnya membentuk lengkungan huruf o kecil.
Ia menyentuh tangkai bunga lily dalam vas, memutar mutar tangkainya dan memperhatikan dengan penuh minat seperti seorang anak yang baru mendapat robot mainan baru. "Aku suka bunga lily" Ia mengatakan tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga tersebut, lalu menambahkan, "Di tempat asalku, warnanya sangat banyak. kau tidak akan bisa menghitungnya"
"Benarkah?" Giliranku bertanya.
"Yeah... ada 249 warna"
"Mustahil" Sergahku sedikit tertawa.
"Aku serius" Dia mengalihkan pandangannya dari vas tersebut. "Favorite ku warna fallow" ia tersenyum.
Aku hendak mengatakan bahwa tidak ada bunga berwarna fallow sebelum pelayan wanita berambut pirang tadi datang membawa pesanan kami. Ia meletakkan es lemonade dan lasagna dengan gerakan slow motion berlebihan lalu meletakan pesananku dengan cepat lalu tersenyum dan melenggok pergi.
"Aromanya sangat enak" Ananta berbinar semangat lalu memasukan sepotong besar lasagna kedalam mulutnya. "Ini sangat enak... aku belum pernah makan yang seperti ini" jawab nya sambil mengunyah.
Aku tertawa pelan. "Benarkan, kau pasti suka... habiskan lah"
Dia mengangguk lalu menyuapkan sesendok lasagna lagi. Aku mengiris sepotong cerepes bewarna keemasan dengan sirup lemon dan butiran gula pasir lalu menyendokannya kemulut. Rasa asam dan segar dari lemon bercampur dengan manisnya gula menyambut saat aku mengunyah makanan tersebut.
"Kau makan apa?" Ananta melihat ke arah piringku dengan penuh minat.
"Ohh, ini crepes... sebenarnya aku tidak terlalu lapar..." Aku mendorong piringku ke arahnya. "Ini, kau habiskan saja" Aku tersenyum.
"Kau yakin?" Matanya berbinar polos.
"Tentu"
Dia kemudian menyuapkan potongan besar crepes ke mulutnya lalu mengunyah dengan seksama. "Ini sangat lezat"
"Kau rupaya sangat suka makan... dari tadi kau bilang begitu ke semua makanan" Aku tertawa. beberapa butir gula menempel di dagu Ananta membuatnya terlihat seperti anak kecil. Aku mengambil serbet putih lalu praktis mengelap gula tersebut. Ia sedikit terkejut saat aku melakukannya tetapi tersenyum. Mata birunya sangat dalam memandang kearahku. Aku tidak sadar, mungkin wajahku sudah semerah kepiting rebus. "Ha... habiskan lah" Aku berkata dengan sedikit gugup.
Aku memperhatikan Ananta menyantap crepes dengan lahap. Lalu menghabiskan es lemonade dengan berapa kali teguk. "Ahhh... Aku sangat kenyang" Dia tersenyum. "Aku belum makan apapun sejak sampai ke tempat ini... terimakasih lou" Ia mengangguk dengan serius kearahku.
"Tentu... tidak masalah"
Aku kemudian membayar bill lalu kami melangkah meninggalkan il mare. Diluar, salju telah berhenti turun digantikan dengan pemandangan serba putih dan pernak pernik natal yang menghiasi setiap sudut jalan. Matahari telah berada di titik horizon dan memancarkan cahaya ke seluruh penjuru kota.
"Nah, sebelum ke West Scout," Aku berbalik ke arah Ananta sebelum melanjutkan, "Kita harus pulang ke flatku untuk menyiapkan pakaian dan memberitahu kakak laki-lakiku"
Ananta mengangguk dengan raut serius.
"Kita bisa menyiapkan perbekalan dan mencari peta di internet serta tiket kereta api yang menuju kesana, tapi sebelum itu aku harus mengurus permohonan cuti di Starbucks... kau bisa beristirahat sebentar di sofa di ruang tamu"
Sesaat sebelum kami melanjutkan perjalanan, sebuah mustang berwana perak melaju ke arah kami dengan sedikit terlalu cepat. Ban mobil berdecit memercikkan lumpur bercampur salju saat berhenti beberapa meter didepan ku dan Ananta. Oh tidak.
![](https://img.wattpad.com/cover/207885376-288-k97506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananta
RomanceApakah kau percaya malaikat? Orang-orang bilang, Malaikat turun tiap malam natal dan mengabulkan permintaan dan doa orang-orang. Dan tiap ada lonceng natal yang berbunyi, artinya Malaikat berhasil mengabulkan keinginan seseorang. LouAnne adalah gadi...