Terbit awal April 2021
Keep novel hubungi Azeela Danastri
+62 812-3679-4029Ayu memakai jaket dan syalnya rapat-rapat, suhu udara setelah turun hujan sangat dingin. Ayu segera mengambil tas kecil dan helm dari dalam loker kerjanya. Sift kerja malam ini sudah selesai.
"Ayu pulang dulu ya Firsa?!" Ayu berpamitan pada teman kerjanya.
Ayu bekerja di sebuah rumah makan yang buka 24 jam nonstop dan bersebelahan dengan pompa bensin."Hati-hati ya Yu! Kamu langsung ke rumah sakit ?" tanya Tono sembari berjalan mengiringi Ayu ke pintu depan.
"Iya Ton, Ibu nggak ada yang jaga," jawab ayu sedih mengingat ibunya yang terbaring sakit kanker paru-paru.
"Panjang sabar ya Yu, semoga Ibu segera diberi mujizat," ujar Tono.
"Amin. Makasih Tono."
"Sekali lagi hati-hati, jika ada apa-apa hubungi kami," pesan Firsa.
"Makasih," jawab Ayu sembari membuka pintu kaca depan.
Saat ia menuju tempat parkir kendaraan, dirinya melihat pacarnya Evan sedang mengisi bensin bersama dengan seorang gadis manis bernama Debora teman sekolahnya dulu.
Ayu memicingkan matanya. Ia seperti tak percaya dengan penglihatannya, Ayu mengusap kedua matanya agar semakin jelas pemandangan di depannya itu.
Lho Benar! Itu Evan, kok dandanannya keren sekali pake mobil lagi?
Setahu ayu, Evan adalah seorang yang sederhana seperti dirinya. Bukan berasal dari keluarga kaya. Sedangkan Evan, yang ia saat ini lihat adalah seorang Evan yang menaiki mobil sedan mewah, yang sudah pasti harganya tidak murah.
Ayu sengaja melihat dari kejauhan. Masih berat langkahnya ingin mendekati Evan, dadanya berdebar tak tenang, timbul denyut pedih di hati.
Evan ndak mungkin bohong ah.
Apa mungkin dia hanya mempermainkanku?Debora keluar dari mini mart dan menghampiri Evan yang berdiri di sisi mobil bagian belakang. Gadis itu tersenyum ceria dan berjinjit mengalungkan kedua tangannya di leher kemudian mencium bibir Evan. Ayu terperangah, reflek ia menutup kedua mulutnya dengan tangannya. Airmata sudah turun dipipi gembulnya. Sakit hatinya melihat kenyataan yang ada di depan matanya, terlebih Evan tidak menolak dengan apa yang ditawarkan oleh Debora tadi. Evan sepertinya tampak menikmati hal itu. Ayu sedikit merasa marah dan dicurangi tentu saja dengan apa yang dilakukan oleh Evan dan Debora. Padahal Evan sendiri tahu jika Debora sedari dulu tidak pernah suka dengan keberadaan Ayu yang dianggap sebagai gadis sederhana dan tidak pantas untuk bersekolah di sekolah favorit seperti mereka. Reflek Ayu seketika berlari menghamoiri Evan dan Debora yang akan segera membuka pintu mobil.
"Evan ...!" seru Ayu.
"Apa-apaan ini?!" Tanya Ayu sesampainya di dekat kedua orang tersebut.
"Eh! Ayu?" Evan tampak salah tingkah, gugup memandang bergantian dari Debora kemudian Ayu.
"Kamu 'kan sudah jadi mantannya Evan, move on dong Yu!" ujar Debora ketus, matanya melotot tajam ke arah Ayu.
"Mantan? Ayu merasa ndak pernah putus dari Evan," timpal Ayu.
"Gadis miskin macam kamu itu nggak level sama Evan. Kamu nggak tahu 'kan kalau selama ini Evan itu anak orang kaya, rumahmu dijual pun uangnya masih kurang untuk membeli mobil yang kami pakai ini," sindir Debora dengan bibirnya mencebik.
deg ...
Sakit hati Ayu, direndahkan seperti itu. Tetapi Ayu sadar diri siapa dirinya. Kepalanya menunduk bahunya merosot kalah. Ayu juga tak mungkin bersaing dengan Debora yang anak orang kaya juga.
"Kalau begitu kita putus Evan," ucap ayu lirih.
"Tidak Ayu, seorang Evan Janardana pantang diputus cewek. Jadi Evan yang putusin kamu." Debora yang menjawab, sedangkan Evan hanya diam tak bergeming memandang dengan ppenuh kesedihan pada paras cantik Ayu yang memucat. Hatinya juga sakit melihat Ayu yang patah hati begitu juga dengan hatinnya.
Ayu menengadahkan kepala, raut wajahnya sayu, matanya memerah. Ayu menarik nafas meredakan gejolak di dadanya, "Terserah deh, bodo amat," ujar Ayu ketus. Ia kemudian membalikkan badan dan pergi meninggalkan dua sejoli itu. Melajukan motornya membelah jalanan menuju rumah sakit.
Ibu, ternyata jatuh cinta bisa sesakit ini ya Bu.?Hati Ayu sesak seperti terhimpit sebongkah batu besar.
Hati Ayu hancur lebur, meratapi cinta remajanya yang hancur karena perbedaan kelas sosial.
Langkahnya gontai menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar inap ibunya.Sesampainya di depan kamar rumah sakit ia dikejutkan oleh keberadaan Budi prawira pamannya adik ibunya dan Tante Fitri. Paman bibinya tampak menangis tersedu. Perasaanya semakin tidak karuan, pasti terjadi hal buruk pada sang bunda. Raut wajah ayu semakin pucat pasi, ia berlari menghampiri paman dan bibinya.
"Kenapa kalian menangis?" tanya Ayu, nada suaranya sudah bergetar menahan tangis yang akan segera membanjir di muka mungilnya.
Fitri menghampiri Ayu memeluk gadis itu erat.
"Ibumu sudah pergi nak," ujar Fitri disela tangisnya.
"Apa! Tidak mungkin?! Ibukkk. Ayu datang bukkk jangan pergi." Seketika Ayu melepas pelukan Fitri dan berhambur masuk ke kamar ibunya.
Tubuh sang bunda sudah tertutup kain putih. Ayu menelungkup di atas dada jasad sang bunda.
"Ibu, kenapa tinggalkan Ayu, Bu ... Ayu sendirian Bu," ucap ayu lirih sembari menangis.
"Ibu tahu, Ayu baru saja putus dengan Evan. Ibu, kenapa tega tinggalin Ayu Bu? Ayah pergi, Ibu juga pergi dan Ayu sendirian sekarang," ratap Ayu menyayat hati siapapun yang mendengarkan.
Budi dan Fitri berdiri di belakangnya. Sentuhan lembut di bahunya membuatnya menegakkan badan.
"Kami tadi sudah mencoba menghubungi Ayu. Tetapi sepertinya ponsel Ayu mati.
Mbak Ani tadi sudah berpesan sebelum pergi, untuk Paman dan Tante merawat Ayu. Sekarang Kami adalah wali Ayu. Jadi ,nanti setelah pemakaman ibu, Ayu akan ikut kami kembali ke Amerika," ucap Budi menjelaskan."Ayu jangan khawatir kami sudah persiapkan semua keperluanmu untuk berangkat ke sana, nanti Ayu juga bekerja bersama dengan tante Fitri," timpal Fitri.
Ayu menganggukkan kepala. "Ayu mau 'kan ikut ke Amerika? Di sana nanti ada Dion. Nak, sepupumu, " terang Fitri.
"Iya Tante, Ayu mau," ucap Ayu pasrah.
***
Gundukan tanah di depannya masih basah, tetapi Ayu harus segera pergi ikut dengan paman serta tantenya kembali ke kota.
"Ibu, Ayu pergi dulu ya," pamitnya kepada nisan sang bunda.
Ayu melangkah ke nisan yang ada di sebelah makam ibunya.
"Ayah. Ayu pamit ya, tolong jagain Ibu di surga ya ayah." Airmatanya menetes lagi. Awan mendung menggelayuti langit, seolah-olah ikut merasakan yang dirinya rasakan.
Berat langkah kakinya meninggalkan peristirahatan terakhir kedua orangtuanya.
Ayahnya yang meninggal karena serangan jantung saat menerima kabar dia dituduh menggelapkan uang perusahaan tempatnya bekerja. Kemudian semua harta bendanya di jadikan barang sitaan oleh bank. Ibunya yang sedang sakit saat mengetahui ayahnya di tangkap. Kemudian jatuh sakit, seluruh biaya rumah sakit berasal dari paman dan tantenya yang menanggung.Dan sekarang ia harus meninggalkan tanah airnya untuk ikut merantau ke negeri jauh.
=========================
Cerita sudah tamat dan akan open PO untuk proses terbit secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Trill Of Romance
RomanceCerita tamat. Ebook dan versi cetak tersedia. DM saja IG ad.beststory