Cinta,Helena,dan Agama Karya Muhammad Gustaf Wijaksana

96 1 0
                                    


"Kita adalah dua orang yang saling mendoakan, tapi tidak bisa dipersatukan oleh Tuhan"

14 September 2030

Taman Ismail Marzuki. Gedung yang sangat megah. Langit yang bersahabat. Udara yang tumben sejuk di antara hiruk pikuk Jakarta ini. Antrian orang-orang yang panjang, mengantri untuk perilisan album band Rock. Sangat lah sumpek dengan orang-orang yang melebihi populasi maksimal. Kami tidak menyangka akan sebanyak ini antusias para penggemar kami. Iya, betul. Kami lah band Rock itu. Hari ini adalah hari yang paling bersejarah bagi kami, terutama saya. Mengingat bagaimana susahnya menjalankan band ini. semua keringat dan tenaga saya kasih sepenuhnya kepada band ini. Tidak lupa banyak juga dari berbagai macam media yang ikut meramaikan dan mepromosikan album terbaru kami. Adapun dari berbagai penyanyi dan band Rock lain juga ikut meramaikan sebut saja seperti, Seringai, Jasad, Endak Soekamti. Mereka dengan wajah yang gembira datang pada kami, dan mengucapkan good luck untuk album kita. Senyuman manis yang terpajang jelas di muka kami. Tidak lupa juga gigi yang putih menemani senyuman kami. Hasil sikat gigi dari sikat gigi ternama dan juga persiapan dari pukul empat pagi. Panitia mempublish bahwa pukul 10 pagi sudah bisa masuk gedung. Tapi dari pukul 7 pagi antrian sudah sepanjang jalan tol cipali. Melihat orang-orang antri untuk melihat dan menyaksikan band kami. Saya jadi teringat masa kuliah dulu. Masa itu adalah masa ketika culture Rock, masih aktif dengan acara pensi yang sering saya saksikan dengan seseorang. Hehehe. Sungguh masa yang indah jika diingat kembali.

Di tengah keramaian bagaikan di Pasar. Ketika saya sedag menyapa fans kami. Juga beberapa wartawan yang dalam tugas mewawancarai saya. Terlihat sosok wanita yang wajahnya tidak asing bagi saya. Berjalan melewati pintu utama. Memakai gaun hitam yang melekat erat di tubuhnya. Sangat menjadikan pusat perhatian wanita itu. Berjalan sendirian bagaikan wanita yang sedang catwalk. Tatapan yang sangat tajam. Tatapan yang lurus ke depan tanpa ada ragu dia melangkah dengan percaya diri. Perlahan dia melihat saya, dan mengubah rute berjalannya. Sekarang dia berjalan menuju saya. Jantung yang terus berdebar. Keringat yang becucuran tidak bisa dihentikan. Semakin dekat dia berjalan. Semakin yakin bahwa dia adalah wanita yang saya kenal. Dengan jarak 200 meter dia berhenti. Jelas aku tahu siapa dia. Wanita itu. Wanita itu yang membuat album ini terjadi. Iya, album ini bertemakan patah hati.

19 Maret 2019

Oliver Jaager. Panggilan akrab yaitu oliv. Rambut belah tengah dengan badan yang kurus tapi berisi. Ya itulah aku. Ayahku yang memberikan nama itu. Berharap anaknya menjadi penyanyi Rock seperti Mick Jaager. Ternyata nama itu membawa keburuntungan pada saya. Ketika SD sampai SMA saya sering kali dipanggil MR. Singkatan dari Mister Rock. Music Rock adalah genre music yang saya tekuni semenjak SD. Bermodalkan lagu dari band lawas seperti Queen, Gun and Roses dan yang lainnya. Jadilah saya, penyanyi Rock yang disukai semua orang.

Terkecuali satu orang. Perempuan yang saya temui di Perkuliahan Swasta. Satu orang itu adalah Helena. Seorang gadis feminim yang tinggal di sebuah Apartement di jalan Sudirman. Dengan gampangnya dia bilang bahwa music saya itu adalah musik preman.

"Berisik tauu!!" marahnya dia menunjuk aku.

"Lu ga ngerti musik hel, ganggu aja gua lagi dengerin lagu" aku menjawab dengan bodo amat.

"Musik lu yang aneh. Itu musik preman yang biasanya deket Halte Bus. Dasar norak!!" Helena langsung pergi keluar kelas.

Hal yang terlintas dalam benak saya adalah, saya harus membuat itu wanita suka dengan musik genre Rock. Dan tidak memandang genre music ini sembarangan. Berbagai cara saya lakukan agar Helena suka dengan musik ini. Setidaknya jangan menjudge genre ini adalah genre yang kampungan. Perjuangan yang saya lakukan telah saya berikan pada Helena mulai dari memberikan dia referensi musik dari band Queen sampai ke music local, seperti band Seringai. Tidak lupa saya kerpa kali setelah UAS selesai. Saya sering mengajak Helena pergi menonton konser ataupun pensi sekolah yang mengundah band Rock dari berbagai daerah. Perlahan Helena mulai suka dengan genre ini. setidaknya sudah tidak dikatain kampong lagi musik saya. Setelah semua yang terjadi, sore itu saya meghampiri Helena yang menunggu jemputan pulang di depan gerbang pintu gedung Universitas.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now