Kekacauan

184 8 0
                                    

"Ketika mahasiswa, pelajar, masyarakat bahkan kaum rebahan sudah turun ke jalan untuk berdemo, artinya Indonesia sedang tidak baik-baik saja"

* * * * *

Di tengah perjalanan, pikiranku mulai kacau. Berbagai risiko mulai menghantui pikiranku. "Rud, kita cuman bawa duit dikit. Mungkin sekarang kita bisa selamat sampai sana, tapi pulangnya gimana? Ongkos juga takut ga cukup!" ucapku dengan cemas. "Gua juga sebenarnya takut kesana" jawab Rudi dengan wajah menyesal dan pasrah. "Yaudah gapapa, tenang aja kita berdoa semoga pulangnya kita bisa selamat, kalau duit kita abis terpaksa kita ngamen disana" jawabku dengan wajah optimis dan tak takut risiko. Berani berbuat, berani bertanggungjawab.

"Stasiun berikutnya, Stasiun Palmerah" bunyi speaker dari suara masinis. "Sebentar lagi kita bakal sampai kesana, nyampein aspirasi kita di depan Gedung DPR. Ga cuma mahasiswa doang yang berhak demo, kita (pelajar) juga berhak dong nyampein aspirasi kita" gumamku dalam hati dengan kesal. Saat sampai di Stasiun Palmerah, tiba-tiba....

"Duaaarr... Duaaarrr!!!... " suara seperti bom meledak bersaut-sautan. "Suara apaan itu? " ucap Rudi ketakutan. "Kayanya suara gas air mata deh, soalnya perih banget" jawabku mengira-ngira. Kita yang sama sekali belum tahu tentang demo, tiba-tiba dihadapkan situasi seperti ini. Aku dan Rudi benar-benar bingung. Kemudian kami melihat orang-orang terdapat banyak coretan putih di wajah mereka. Oohh.. Nampaknya itu odol untuk menyegarkan mata mereka dari gas air mata. Aku dan Rudi menghampiri seseorang yang membawa odol dan meminta sedikit untuk menyegarkan mata kami.

Orang-orang berlari ketakutan saat suara meledak terdengar lagi. Anak-anak STM yang berjumlah banyak, saling melompat pagar menuju luar stasiun. Mereka membawa bendera merah putih dan mayoritas memakai jaket. "Sekolah-sekolah yang bermusuhan pun bisa bersatu saat Indonesia tersakiti" gumamku dalam hati dengan sedikit tidak percaya dan kagum.

Mereka membakar ban dan berteriak anarkis. "Polisi anj*ng… polisii anj*ngg… pooolisii anj*ngg..!!" teriak mereka sembari melempar bebatuan ke arah para polisi yang memakai tameng dan membentuk pertahanan. Mungkin karena polisi berbuat anarkis terlebih dahulu atau mungkin mereka yang anarkis terlebih dahulu. Entahlah hanya Tuhan yang tahu.

Kita pun tetap di dalam stasiun, dan menonton mereka yang berlarian bolak-balik di luar stasiun sambil berperang dengan Polisi. "Gila!!, fiber pager pada dibakar sama mereka" ucapku terkaget-kaget. "Bener-bener bar-bar anak-anak STM ini" jawab Rudi dengan sedikit tertawa.

Demo PelajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang