"Sashira, jangan lucu-lucu."
―
ㅤ"MAL, lo ngerasa nggak kita diliatin orang-orang?" Sashi―sesekali―melirik beberapa siswa yang curi-curi pandang pada keduanya saat tak sengaja berpapasan di depan gerbang sekolah. Jamal hanya diam, tidak menggubris. "Jamal, lo denger nggak, sih?"
ㅤ"Iya, Jamal denger," suara Jamal cukup lantang―membuat beberapa siswa sekolah sibuk berbisik-bisik. Di pagi hari ini, Sashi dan Jamal sukses mencuri perhatian mereka―untuk yang kedua kalinya. Dengan santai, lelaki itu menggenggam jemari Sashi, nyaris saja membuat jantung Sashi lompat. "Mau pegangan, kan?"
ㅤSashi ingin memberikan tatapan maut. Tapi, hampir saja ia lupa dengan perjanjian kemarin. Sandiwara harus dimulai pagi ini. Sebisa apapun itu, Sashi harus memulainya. Kali ini, raut wajahnya sedikit lebih tenang. Tidak ada tanda-tanda bahwa keduanya tengah berakting. Terlalu sempurna.
ㅤSashi tersenyum tipis ke arah Jamal. Sesekali, ia menatap ke bawah karena menahan malu―yang dibuat-buat pastinya. Namun, bagi Jamal ini justru menambah kesan lucu. Sashi menggemaskan, menurutnya. "Sashira, jangan lucu-lucu."
ㅤEntah kalimat itu tulus atau tidak, yang jelas, Sashi ingin muntah saat mendengar, sebetulnya. Lucu dari mana pula. Ini orang emang sinting.
ㅤLagi, Sashi harus menanggapinya hanya dengan senyuman manis. Jujur, Jamal gemas sendiri, sebetulnya. Tidak pernah ia menyangka jika Sashi bisa terlihat seperti perempuan tulen. Yah, sepenglihatan gue, dia cewe yang dijiwai jiwa cowok.
ㅤBegitu sudah lepas dari pengawasan para siswa, gandengan tangan terlepas begitu saja.
ㅤ"Ngeselin lo, pake ngegoda di depan mereka segala," Sashi menyeletuk―direspon dengan tawa kecil Jamal.
ㅤ"Namanya juga menghayati sandiwara. Gimana sih, lo? Kalau kita nggak menghayati, bisa curiga lah anak-anak―shit." Perkataan Jamal tergantikan dengan umpatan, tepat saat penglihatannya mendapati sosok Arkan yang tengah berjalan dari arah yang berlawanan.
ㅤJujur, Sashi ikut panik. Entah apa yang harus dilakukannya detik ini. Pandangan Arkan mulai menyiratkan kesinisan. Tidak, Sashi dan Jamal harus bersandiwara lebih baik dari yang sebelumnya.
ㅤSemakin dekat, Jamal dan Sashi sama-sama kosong pikirannya. Tolong beri pencerahan. Setidaknya, buat Arkan percaya kalau gue sama Sashi pacaran.
ㅤ"Jamal," panggil Sashi tiba-tiba. Pikiran Jamal buyar, ia menoleh dengan raut wajah yang sudah tidak bisa diartikan. Namun Sashi masih bisa membacanya. Lelaki itu ingin Sashi melakukan sesuatu. Menarik napas pendek, gadis berkuncir kuda itu terenyum. "Gue ke kelas dulu, ya? Nanti kalau mau istirahat, bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secukupnya
FanfictionㅤSashi pikir, menjalani hidup sebagai siswi SMA sangat menyenangkan―sama halnya seperti dalam cerita-cerita novel. Sayang, ekspetasi Sashi tidak seindah seperti di novel, tepat saat Jamal memasuki kehidupannya tiba-tiba―lantas mengaku sebagai kekasi...