、empat.

472 95 20
                                    

"Ngapain malem-malem masih keliaran? Di sekitar kelab lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain malem-malem masih keliaran? Di sekitar kelab lagi?"


SORE itu, suasana sekolah sudah sepi. Sashi baru saja selesai piket. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya Sashi ini adalah tipikal siswi yang tergolong rajin melaksanakan tanggung jawabnya. Hal itu mungkin diwajarkan mengingat Sashi sama sekali tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Jawabannya? Malas. Dan yang terpenting, Sashi tidak tahu pasti apa bakat yang ia punya.

Ponsel Sashi bergetar sekilas di saku rok tiba-tiba. Merogohnya, matanya kemudian menyipit perlahan tatkala mendapati satu notifikasi yang muncul di layar ponsel. Itu Jamal.


Jamal: Di mana?


Sashi diam sebentar, sebelum akhirnya terheran-heran sendiri begitu melihat pesan singkat yang Jamal kirimkan.

Tumben?


Sashira: Urusan lo?

Jamal: Pulang bareng, ya? Nggak ada temen. :(

Sashira: Lo ansos makanya nggak punya temen?

Jamal: Nggak gitu ya bangsat.

Sashira: Your mouth, your tiger.

Jamal: Fucek anjg. 🖕🏻

Sashira: Hahaha. Di kelas. Lama gue tinggal ya lo.

Jamal: OKKKKK!


Jujur, semenjak hubungan palsu keduanya dimulai, Sashi merasakan banyak keuntungan. Mulai dari Jamal yang menjadi supir antar-jemput setiap hari, hingga soal mentraktir makanan saat mereka sedang di kantin, ataupun di luar sekolah. Sedikit aneh memang, mengingat Jamal dan Sashi juga baru bertemu beberapa minggu belakangan. Hanya saja semuanya seakan-akan sedang berjalan secara tidak normal, alias rasanya udah kayak pacar beneran.

Beruntung, Sashi masih bisa menjaga perasaannya. Baginya, jatuh cinta tidak semudah itu.

"Sashira." Suara Jamal mengagetkan Sashi yang sedang melamun. Laki-laki itu mendadak muncul di ambang pintu kelas, dengan cengiran khasnya. "Lo mau nemenin gue sebentar nggak?"

"Ke mana?"

"Mau dulu apa nggak?" Jamal memastikan terlebih dahulu. Barangkali Sashi akan menolak permintaannya mentah-mentah. Walau gue harap dia mau ikut.

"Ke suatu tempat. Ada yang perlu gue omongin. Dan gue pikir, lo harus tau tentang ini? Biar nggak penasaran."

Sejujurnya, tubuh Sashi sudah remuk. Sudah nyaris sembilan jam dia beraktivitas di sekolah tentu saja membuat dirinya ingin segera membaringkan tubuh di atas kasur kesayangan. Namun, di satu sisi lain, pernyataan Jamal sukses membuatnya bertanya-tanya. Tidak ada raut main-main, alias laki-laki ini memang sedang terlihat serius berbicara.

SecukupnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang