"Lo semua percaya sama berita gila itu? Nggak tahu kalau gue sama Sashi udah pacaran? Iya kan, Sashira?"
―
ㅤPUKUL enam, lewat tiga puluh menit. Sashi sudah menginjakkan kakinya di koridor―siap untuk menjalani semester baru di kelas 12 ini. Tidak banyak yang ia harapkan untuk pagi ini. Mengetahui ia tidak satu kelas lagi dengan Tama―si manusia paling berisik dan tukang onar itu―pun sudah membuat Sashi cukup bahagia. Dua tahun di kelas yang sama bersama Tama tampaknya sudah membuat Sashi muak. Diganggu saat sedang serius melakukan sesuatu, dijahili dengan dilempar kertas saat sedang ujian hingga dihukum―ah nggak, nggak. Terlalu suram, pokoknya.
ㅤSashi melirik sebentar ke arah mading sekolah yang sudah dikerubungi oleh puluhan siswa. Mungkin lagi liat daftar kelas, pikirnya. Namun, semakin Sashi mendekat, keningnya kian mengernyit bingung tatkala melihat sesuatu menarik perhatiannya terpajang di mading. Belum lagi puluhan siswa tampak saling berbisik, seakan tengah bergosip tentang sesuatu. Apa yang terjadi?
ㅤSebuah foto dua orang laki-laki sedang berpegang tangan terpampang dengan jelas. Sashi terdiam, bingung harus bereaksi seperti apa. Matanya menyipit sebentar. Tunggu. Itu... Jamal? Si makhluk yang nggak banyak omong dan pernah satu kelas sama gue dulu?
ㅤ"Jamal beneran gay sama Vian ternyata. Udah gila dunia, bentar lagi kiamat," salah satu siswi menyeletuk, tampak tak habis pikir.
ㅤVian? Vian... yang anggota basket itu? Astaga.
ㅤ"Lo semua udah gila apa?" Suara itu kontan memecah lamunan Sashira begitu saja. Lautan para siswa terbelah, membiarkan sosok Jamal mencopot foto-fotonya bersama Vian saat berada di sebuah mall dan berpegangan tangan. "Ini nggak sengaja. Lo semua nggak usah kemakan sama gosip-gosip aneh yang nggak mutu. Basi."
ㅤ"Yakin basi, Mal?" Suara lain menyahut perkataan Jamal. Seluruh siswa kian melongo, tepat saat sosok laki-laki jangkung melangkah menghampiri mereka semua. Arkan angkat bicara kali ini. Dengan menunjukkan sebuah foto di ponselnya di hadapan puluhan siswa, laki-laki itu tersenyum miring. "Foto tidur lo, bareng Vian. Skakmat."
ㅤAmarah Jamal sudah di ubun-ubun. Kedua tangannya sudah mengepal keras, bersiap ingin menghajar Arkan. Tidak. Jamal tidak suka situasi ini.
ㅤSementara di lain sisi, Sashi sudah bingung ingin bereaksi apa. Ingin rasanya melangkah pergi begitu saja tanpa ikut campur dengan urusan dua makhluk itu. Sayangnya, satu tangan menarik lengannya kasar tatkala ia baru ingin melangkah pergi.
ㅤSashira terkejut bukan main. Tangan Jamal. Oh, tidak. Pertanda buruk apa ini?
ㅤEntah karena dasarnya Sashira yang terlalu gugup atau apa, tetapi ketika Jamal menatapnya dengan intens―seakan memberi isyarat tertentu―membuat gadis itu hanya bisa terpatung. Wajahnya memanas seketika. Ingin rasanya marah, memukul Jamal kalau perlu. Tapi... tapi baru kali ini gue serasa dihipnotis sama tatapan Jamal. Udah gila.
ㅤ"Lo semua percaya sama berita gila itu? Nggak tahu kalau gue sama Sashi udah pacaran? Iya kan, Sashira?" celetukan Jamal sukses membuat mata Sashira melotot.
ㅤLagi-lagi, laki-laki itu menatapnya dengan penuh isyarat tipis. Sashi masih bisa membacanya. Tapi otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih. "Sas, lo kok nggak ngomong, sih?"
ㅤArkan berdecih pelan, "Nggak usah akting. Akting lo jelek, Mal. Semua orang juga nggak bakal ketipu sama akting bego kayak lo."
ㅤJamal menghela napas kasar. Kali ini, ia sudah kehabisan ide. Entah hal apalagi yang harus ia lakukan agar semua desas-desus aneh itu tidak tersebar semakin luas.
ㅤ"Jamal, lo―hmph!"
ㅤCiuman singkat dari Jamal sukses mendarat di bibir Sashi.
ㅤ"Biar semua orang tau dan percaya tentang kita, Sas."
ㅤSashira bisa mendefinisikan mulai hari ini, siapakah makhluk tergila yang pernah ia temui. Jawabannya ialah Jamal―laki-laki yang berhasil merebut ciuman pertamanya tanpa izin.
***
cast:Sashira Annetta Kirani
Jamal Arsaga Kahfi
~
author's note:tiba-tiba kepikiran bikin ini. hehehe semoga suka! dengan segenap niat semoga bisa terselesaikan. jangan lupa tinggalkan jejak. ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Secukupnya
FanficㅤSashi pikir, menjalani hidup sebagai siswi SMA sangat menyenangkan―sama halnya seperti dalam cerita-cerita novel. Sayang, ekspetasi Sashi tidak seindah seperti di novel, tepat saat Jamal memasuki kehidupannya tiba-tiba―lantas mengaku sebagai kekasi...