Dua ~ Tetangga Baru

32 6 0
                                    

***

Di bawah sinar bulan yang menemaniku malam ini. Aku dapat melihatmu dengan jelas, Walau dari jarak yang cukup jauh

***

Bel pulang sekolah akhirnya pun tiba, semua orang langsung berhamburan keluar kelas dan pulang ke rumahnya masing masing.

"Na, Lo naik bus atau di jemput"

"Ana naik bus, soalnya Pak Joni lagi pulang kampung" Manda pun mengangguk sambil memasukkan buku buku miliknya kedalam tas, begitu pun dengan Ana.

"Yh udah Yuk balik" Ana dan Manda pun langsung berjalan menuju ke depan gerbang sekolah.

"Manda belum di jemput" Manda menggeleng.

"Udah, tapi gue masih mau nungguin Lo di sini sampe bus datang" Ana Tersenyum mendengarnya.

"Ana gak apa apa ko, Manda pulang aja. Kasian tuh supirnya karna kelamaan nungguin Manda"

"Beneran gak apa apa" ana menganggukan kepalanya.

"Iyh, udah Manda pulang aja sana. Bentar lagi juga Bus datang ko" Manda menatap temannya itu tajam.

"Iyh iyh bawel, gak usah ngusir juga kali" lalu Manda pun masuk kedalam mobilnya.

"Hati hati" Ucap Ana sambil melambaykan tangannya ke arah Manda, gadis itu hanya tersenyum lalu mobil hitam tersebut pun langsung menghilang dari pandangannya.

Ana pun melangkahkan kakinya menuju halte yang jaraknya tak terlalu jauh dari gerbang sekolah, hanya perlu menunggu 3 menit saja bagi ana untuk berdiam diri di halte hingga pada akhirnya bus pun datang.

Dengan cepat ana langsung masuk kedalam bus tersebut dan memilih tempat duduk yang sekiranya kosong agar bisa ia duduki. Ana menyumpal kedua telinganya dengan earphone sambil mendengarkan alunan musik favoritnya.

Gadis itu melihat ke arah jam tangannya. Sudah pukul tiga sore!! Ia sedikit terlambat pulang ke rumah, dan bisa ia pastikan juga bahwa nenek tengah menunggunya di rumah.

Saat bus sudah berhenti di halte dekat komplek perumahannya, dengan cepat Ana pun langsung berjalan menuju rumahnya. Tapi tiba tiba langkahnya terhenti saat melihat sebuah motor berhenti di dekat rumahnya.

Mata ana pun menyipit untuk melihat jelas siapa pemilik motor tersebut, dan saat dirinya tau siapa orang tersebut matanya langsung membelak tak percaya.

Dia Milan!!

Apa yang dia lakukan di sana?

Apa mungkin itu rumahnya? Tapi kenapa Ana baru mengetahuinya? Dan bila benar bahwa Milan tinggal di sana!! berarti dirinya dan Milan adalah seorang tetangga.

Senyum Ana pun menggembang, ia langsung mempercepat langkahnya dan harus menanyakan hal ini kepada nenek nya atau pun kakeknya di rumah.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam, kamu udah pulang Na" Wanita berparuh baya pun langsung menghampiri Ana.

"Iyh Nek, oh yh!! deka udah pulang belum nek" Ana menatap ke sekeliling karna ia tak melihat keberadaan adiknya itu.

"Belum, katanya dia pulangnya agak telat"

"Ohh, yh udah Ana ke kamar dulu yh Nek, mau bersih bersih" Nenek hanya mengangguk sambil tersenyum, gadis itu pun langsung berjalan menuju kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang sedikit lengket.

Setelah mandi, Ana pun hanya menggunakan kaos polos dan celana pendek saja. Lalu ia berjalan menuju balkon kamarnya, seperti yang biasa akan ia lakukan yaitu berdiam diri di balkon hingga malam, entah lah apa yang ada di pikirannya tapi yang jelas!! Ana selalu melakukan hal itu.

Malam pun akhirnya tiba, ana Tersenyum saat melihat bintang bintang kecil di atas langit, tapi matanya justru mengarah pada samping rumahnya. Di sana terdapat Milan!! Yh rumah Milan hanya berjarak 30 meter saja dari rumahnya, tapi ana dapat melihat keberadaan Milan dengan sangat jelas, walau ia tau jika Milan tak menyadarinya.

Ana semakin mengembangkan senyumnya, ia tengah melihat Milan yang sedang memainkan gitarnya, dan jika di lihat lihat Milan adalah lelaki yang Cool dan juga keren.

"Hayooloh lagi ngapain" Ana tersentak kaget saat deka tiba tiba datang dan mengagetkannya.

"Deka, ngagetin aja sih"

"Lagi ngapain sih, liatin tetangga baru yh" tuduhnya yang langsung duduk di samping Ana.

"Tetangga baru"

"Iyh, itu yang rumahnya kira kira 30 meter dari sini, dia kan tetangga baru"

"Oh" Ana hanya acuh tak acuh menjawabnya.

"Kak, kalau dipikir pikir nih yh. Kita udah lama loh tinggal di rumah nenek, bahkan saat kakak masih kecil"

"Trus apa masalahnya? Lagian kakak lebih nyaman tinggal di sini, dari pada tinggal di rumah yang suasananya sama sekali kacau dan ahk kamu tau sendirikan"

"Iyh, tapi kan"

"Udah lah dek, gak usah di pikirin segala. buang buang waktu aja" Ana pun bangkit dan berjalan meninggalkan deka begitu saja.

"Ehk kak!! Mau kemana" pekik deka.

"Makan, udah waktunya jam makan malam"
Deka pun langsung menyusul kakak perempuannya dan ikut berjalan menuju meja makan.

"Malam Nek, Kek"

"Juga Ana, Deka"

Ana dan deka pun menarik kursi dan menduduki nya setelah itu menyantap makanan mereka dengan tenang dan tertib.

"Gimana sama hari pertama kamu sekolah Ana"

"Lancar kek, Ana suka sekolah di sana"

"Bagus deh kalau kamu suka" Ucap nenek, gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Kalau kamu Deka? Udah gak bikin ulah lagi kan"

"Lah! Sejak kapan deka bikin ulah Kek, deka tuh anak baik loh, Sholeh pula" Ucapnya.

"Kalau kamu anak baik, gak mungkin kakek kamu suka di panggil ke sekolah untuk nanganin permasalahan permasalahan kamu di sana" Ucap Nenek sedangkan deka hanya cengengesan seperti orang bego.

"Yang salah tuh bukan deka tau, tapi sekolah. Mereka aja yang suka kangen sama kakek, jadi karna deka baik hati dan tidak sombong yh deka bantu deh dengan cara bikin ulah, biar pihak sekolah bisa ketemu sama Kakek" Ana langsung memukul kepala adiknya menggunakan Sendok.

"Sejak kapan sekolah kangen sama kakek, Astaghfirullah untung Adek"

"Idih kayak yang gak pernah aja, orang kakak juga dulu ngomong kayak gini waktu kakak lagi punya banyak masalah di SMP, yh udah!! Aku sebagai adik hanya mengikuti jejak dari sang kakak" Ucapnya sok iyh.

"Terserahlah"

"Yey emang terserah aku, orang aku yang jalanin hidup itu aku bukan kakak"

"Kakak getok juga tuh kepala pake panci lama lama"

"Wahhhh Kek, Nek. Masa kepala deka mau di getok sih pake panci sama kak Ana, penganiayaan nih namanya!! Emangnya kakak mau di penjara" Adu Deka pada kakek dan Nenek.

"Mau aja, asal gak ada kamu"

"Hush, kalau ngomong tuh di jaga. Orang itu gak mau di penjara ehk kamu ko malah mau sih" Kata kakek mengingatkanku.

"Dari pada tinggal sama deka, mending juga di tahanan kek, sendirian, adem, tenang pula. Nggak bar bar dan rusuh kayak deka"

"Yh udah sana tinggal di tahanan"

"Ok, awas aja yh kalau kamu kangen sama kakak. Kakak gak bakal peduli" ketus ana.

"Aku gak bakal kangen kali"

"Masa!!!"

"Iyh"

***

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang