CHAPTER 3

87 48 3
                                    

Happy Reading
::::

Bel pulang akhirnya berbunyi nyaring memenuhi seluruh ruang kelas masing-masing.

Para murid berhamburan keluar kelas untuk pulang karena terlalu lelah dengan pelajaran yang membuat kepala pusing.

Sepulang sekolah Senja berjanji akan mengajak Jingga untuk main kerumahnya, itu salah satu alasan agar Jingga tidak memikirkan masalah tadi pagi.

Senja sudah selesai membereskan alat tulisnya, tinggal menunggu Jingga.

"Cepetan dong Ga lama amat." Keluh Senja yang mulai jengah.

"Sabar dong ini juga mau selesai kok." Ujarnya seraya menutup resleting tasnya "selesai" Sambungnya.

"Yaudah ayo"

"Emm Ja gue mau pulang aja deh, lain kali aja gimana" Ujar Jingga yang merasa tidak enak menolak ajakan Senja.

"Ihhh Jingga mah, gak mau pokoknya lo harus main kerumah gue titik!" Ketus Senja karena kesal dengan sikap Jingga.

Jingga menghela napas dengan berat, ia takut jika nanti ayah dan bunda kerumah ia tidak berada dirumah. walaupun orang tuanya kejam tapi ia masih sering berkunjung kerumah, mungkin itu salah satu bentuk kepedulian mereka terhadapnya. Namun dibalik itu semua mereka mempunyai tujuan utama yaitu membawah Jingga ke pesikater.

"Gue takut sama ayah dan bunda Ja" Lirihnya.

Sudah Senja tebak dari awal kalau Jingga pasti memikirkan hal itu, ia selalu saja menolak ajakan main yang Senja rencanakan.

"Yaudah kalau gitu gue aja deh yang main kerumah lo." Usul senja dengan senyum mengembang.

"Jangan!" Tolak Jingga cepat.

Senja heran mengapa Jingga selalu menolak, tidak ada yang salah bukan kalau ia ingin berkunjung kerumah teman sendiri. Sejak mengenal Jingga ia tidak pernah diajak main kerumahnya.

"Gak ada penolakan!" Ujar Senja seraya menarik tangan Jingga yang terasa dingin.

Jingga akhirnya pasrah dengan ulah Senja, ia harus menghadapi apapun yang akan terjadi dirumahnya nanti.

Ketika mereka hendak menuju gerbang sekolah, sebuah motor sport hitam berhenti tepat disampingnya. Mereka sudah sangat kenal siapa pemilik motor itu, siapa lagi kalau bukan Bumi dengan kekasih barunya.


"Hai Jingga, mau pulang?" Tanya Lidya dengan senyum ramah yang berhasil menutup topeng aslinya.

Senja tahu kalau Lidya itu buka anak baik- baik, ia sering mendengar gosip yang beredar kalau Lidya suka merebut pacar orang, termasuk Bumi.

"Pakek nanya!" Ketus Senja.

Bumi hanya diam membeku ketika tatapan matanya bersih bobrok dengan Jingga, ia tahu kekasihnya itu terluka karena ulahnya dan sekarang lebih tepat disebut sebagai mantan kekasih.

"Gue heran deh sama lo,  kenapa doyan sama mak lampir modelan kaya dia." Ujar Senja dengan senyum miringnya.

Ucapan Senja berhasil membuat emosi Lidya terpancing, namun ia harus manjaga imagenya didepan Bumi.

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang