♧ In Brooklyn

33 5 0
                                    


On Instagram
ZevaQueen.official

Author POV.

"***"

Amerika, negara berjuta misteri dan rahasia. Negara yang terdaftar sebagai negara yang berpengaruh pada dunia, negara yang juga menjadi pusat inti perekonomian dunia. Ah benar benar ajaib, semua yang berpijak di sini tak lepas dari sisi glamor dan mewah. Seakan memang inilah ciri khas orang orang di sana.

Malam menyambut Brooklyn dengan begitu cepat, puluhan lampu langsung menerangi jalan perkotaan. Tapi di tengah hari yang semakin gelap tak membuat kota ini mendadak sunyi, justru malah membuat tempat tempat yang tertutup di siang hari kini terbuka dan bebas untuk umum.

Night club Salah satunya, tempat haram dengan beragam dosa ini menjadi titik teramai ketika malam hari tiba. Bau alkohol yang menyengat dan dentuman musik yang menusuk telinga sama sekali bukan hal menganggu bagi para penikmatnya. Gadis gadis yang berkeliaran, memamerkan tubuhnya demi menarik mangsa hanya untuk segepok uang. Dan di tempat inilah, bertemu dengan orang orang tak memiliki hati bukanlah hal yang sulit.

Seperti seorang pria berkemeja putih yang terduduk di salah satu sofa panjang dengan lima wanita yang menggerayangi tubuhnya dari atas sampai bawah, kelima wanita itu hanya mengenakan sehelai kain tipis tanpa dalaman.

Mengusap, membelai bahkan meremas mereka lakukan demi menarik sang mangsa untuk menjatuhkan mereka di atas ranjang. Tapi sepertinya pria itu tak lagi menginginkan permainan panas. Sampai seorang pria mendatanginya dan mengusir kelima wanita itu, membuat decakan kesal mengiringi mereka pergi.

"Kau terlihat tak berminat dengan wanita-wanita itu. Ada apa?" Pria berkemeja putih itu mengedikan bahunya lalu membenarkan duduknya.

"Mereka semua membosankan." Pria tadi mengernyit dan tertawa.

"Sudah kuduga. Fredd, memang inilah saatnya kau mencari pasangan hidup yang kau cintai. Aku yakin dengan begitu kau tak akan pernah bosan ketika bercinta." Pria yang di panggil 'Fredd' itu tertawa.

"Cinta dan bercinta itu dua hal yang benar-benar berbeda, Bill. Bagaimana bisa kau membuatnya seakan terkesan sama?"

"Itu yang aku pikirkan saat aku belum bertemu dengan Theresa. Bercinta tanpa cinta itu membosankan, tapi cobalah bercinta dengan cinta. Kau akan tau bagaimana rasanya nanti."

______

"Bercinta dengan cinta katanya?" Fredd lagi lagi tertawa saat mengingat kata-kata sahabatnya di club tadi malam.

"Permisi, Tuan. Kopi pesanan anda." Fredd menoleh lalu meraih cangkir kopi yang sudah berada di atas mejanya. Dia menyeruputnya perlahan, kopi (????) Favoritnya. Kopi yang dulu selalu hadir di meja kerjanya dari hasil buah tangan wanita yang di cintainya.

Fredd tersenyum tipis menatap jalanan kota yang ramai dengan pengendara, alih alih mendapatkan ketenangan di cafe favoritnya di kota ini, Fredd justru harus menahan kesal saat mendengar suara bising gadis gadis tak tau malu yang selalu memenuhi cafe saat ia berkunjung. Walaupun kelakuan mereka belum melewati batas seperti yang sering mereka lakukan ketika di jalan umum, tapi itu tetap saja mengganggu dan demi tuhan apapun yang mereka lakukan di depannya sama sekali tak menarik perhatiannya, mereka bersisik dan itu mengganggunya.

Fredd mengangkat tangannya, sekali lagi dia harus melakukan ini demi kenyamanannya. Setelah angkatan tangannya itu, seorang pria ber-Apron coklat datang menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Fredd merogoh saku jasnya lalu mengeluarkan dompet dan menyodorkan kartu debitnya kepada waiters tadi.

"Berikan aku kenyamanan hari ini." Pria tadi mengangguk lalu mengambil kartu debit milik Fredd dan melenggang. Tak lama suara desahan semua orang membuat Fredd terkekeh.

My ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang