One

12 2 0
                                    

Ini kisah seorang anak bernama Yuki. Panjangannya Yuli Simeki, kata dia sih biar keren makanya dipanggil Yuki. Anaknya suka bercanda, bermain, berlari, berpantun, kecuali belajar. Kelakuannya yang tidak jelas sering membawanya ke kekacauan yang tidak berarti. Mulai dari memecahkan genteng ibu Romini, merusak kandang ayam bi Cucun, sampai hampir tertabrak kereta api. Haduh, ada-ada saja memang dia ini. Dari banyaknya kejadian yang menimpanya tidak bosan juga dia dari membuat kesalahan lainnya. Anaknya suka nggak kapok. Kalau dia belum mendapat apa yang dia mau, dia tidak akan berhenti sampai kapanpun.

Baru-baru ini Yuki mengacaukan pertunjukan topeng monyet di kompleks rumahnya. Saat si monyet melakukan atraksi Yuki malah membawa kabur gerobak mamang pawang monyet. Ditambah lagi monyetnya yang tiba-tiba mengamuk, lalu kabur meninggalkan pawang monyet sendirian. Kan kasihan si pawang jadi bingung. Akhirnya si pawang itu pulang setelah puas memarahi Yuki dengan tingkahnya yang absurd bin ajaib.

Yuki punya binatang peliharaan. Dia memelihara kucing, namanya si jamet. Si jamet suka dimarahin. Kadang-kadang diusir juga dari rumah. Katanya sih gara-gara berantem sama si jablay. Oh iya, si jablay itu binatang peliharaannya juga. Dia itu anjing. Makanya wajar suka berantem.

***

"Haaahh." Yuki menghela nafasnya cukup panjang. Mungkin bisa dihitung jarak dan waktunya.

"LU KENAPA SIH NYEET?" Nah kenalin dia ini satu-satunya anak yang mau nempel sama Yuki, Adissa yang sama absurdnya kayak dia.Tiba-tiba nyaut udah gitu ngegas.

"Ahh, gua bosen. Hidup gua serasa gaada tujuan."

"LAH INI ANAK KALO NGOMONG YANG BENER DONG. LO KAN EMANG NGGAK PERNAH PUNYA TUJUAN HIDUP. LO HIDUP CUMA KARENA LO DILAHIRIN AMA EMAK LO. ETDAH SI MAMAT!"

"Bener juga sih, tapi, EH ANJING KOK LO DARI TADI NGEGAS AJA SIH. BISA BIASA AJA NGGA SIH WOY AH. BERISIK AMAT NIH KELAS RASANYA."

"YAELAH BRO, GUE KAN EMANG UDAH BIASA GINI SANTUY DONG SANTUY."

"EHEM"

"KENAPA LAGI SIH INI EHEM EHEM DIKIRA LAGI SYUTING IKLAN BODREX APA!?! BANDREX NIH BANDREX!" Adissa ngegas gatau kalo yang berdehem itu.... PAK YOPI!

"Kalian ngapain teriak-teriak? Ini masih pelajaran Fisika. Bukan pelajaran Bahasa Indonesia. Kalian kalau mau debat mending kalian turun ke lapangan biar bisa sekalian jambak-jambakan." Pak Yopi sepertinya marah. Guru fisika yang sedari tadi ada disana harus mendengarkan kebisingan yang disebabkan oleh dua babi itu. Gimana nggak kesal coba?

"Eh-eh ada bapak Yopi, maaf pak ga kelihatan. Kayaknya silau deh pak gara-gara jidat bapak. EH," Yuki cari gara-gara. Memang kalau dia melihat sesuatu yang tidak biasa pasti akan langsung dia komen, udah gitu komennya langsung lagi di depannya. Apalagi pemandangan kali ini jidat bersinar pak Yopi yang sungguh menggoda. Tidak bisa dilewatkan walau beliau adalah guru.

"Kalian berdua setelah pelajaran bapak langsung ke ruang guru, bapak mau bicara."

Lagi-lagi si Yuki bikin masalah. Gaada hari tanpa dihukum rasanya. Baru aja kemarin mereka bersihin toilet masjid, lah sekarang mereka udah bersihin toilet pojok sekolah.

***

Istirahat berakhir. Yuki dan Adissa sudah menyelesaikan hukuman mereka membersihkan toilet. Bukannya masuk kelas, mereka malah mabal ke kantin. Haus katanya. Sekalian ngasih rewards buat diri mereka.Yuki mesen bakso. Adissa mesen ceker sambal ijo. Selera mereka nggak cocok. Nggak akan jadi pasangan, alhamdulillah.

By the way pikiran tadi pagi masih menghantui kepala Yuki. Dia masih bingung esensi dia hidup sekarang ini apa? Dia bosan dengan hidupnya yang begini begini aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alamak Yuki!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang