Ruang Makan

10 1 0
                                    


Ruangan yang sederhana terdapat sebuah meja dan beberapa kursi, lampu penerang ruangan itu terlihat klasik, terdapat jendela yang langsung menghadap ke jalan besar,pemandangan akan menakjubkan dikala malam hari. Dan dinding yang terdapat lukisan keluarga hanya saja sangat disayangkan karena dilukisan tersebut tidak ada Hilya si bungsu dari keluarga Hifalnina.

"Hilya,cepat dikit makannya nanti telat lho" ujar kak oisy
(Hilya hanya diam dengan menatap lukisan besar itu)
"Hil...kamu sakit??" Tanya kak oisy
"Eh kakak..nggak kak,aku hanya menatap wajah ayah dan bunda,aku rindu" sebenarnya apa penyebab kematian ayah bunda sih kak??
"Sudahlah Hil itulah yang terbaik untuk ayah dan bunda, jangan tanyakan hal itu lagi padaku."
"Iya kak maaf aku membuat kakak marah"
" Iya gak apaapa, gimana kalau nanti sore kita kemakam ayah bunda ??kita doain ayah bunda"
"Benaran kak??"
"Iya,kakak janji nanti pulang cepet"
"Terima kasih kak,you are my hero"
"Iya my princes"

HHHHH
Tawa mereka memenuhi isi ruangan tersebut.

"Nanti sore mau nitip apa??"
"Nitip apa ya??"
"Hih ditanya malah jawabnya gitu"
"Ih...dasar kakak bawel"
"Bawel?? Kamu tuh adik nyebelin"
"Ya udah aku nitip kakak ipar Hhhhh"
"Oh...mau berapa biji??1,2,3/4??"
"Ih kakak,emangnya semangka apa??
"Lha kamu aneh aneh aja,masa nitip kaka k ipar,,"
"Hehe,ups,,kakak kan jomblo hh"
"Ih ngarang kamu,kakak tuh sebenarya banyak yang naksir"
"Tapi......"
"Tapi kakak tolak,karna gak selera"
"Alah bilang aja gak laku,"
"Kata siapa gk laku,??"
"Anak SMA tahu apa coba??"
"Segala hal lah"

Setelah beberapa saat diam, tiba tiba Hilya melontarkan pertanyaan kepada kakaknya yang membuat kak oisy sedikit kaget

"Kak,,memangnya kakak nggak mau nikah??kakak kan sudah cukup dewasa,kasian kakak sendirian"

"Kata siapa sendiri?? Kan ada kamu!"
"Iya maksud aku teman hidup kak"
"Udah lah,ayo berangkat nanti telat"
"Hih..gitu aja ngambek, dasar kakak bawel"
"Mau tak cubit hidungmu hmmm???"
"Nggak perlu(sambil menjulurkan lidahnya tanda Hilya sedang meledak kakaknya"

waktu menunjukkan jam setengah tujuh pertanda mereka harus bergegas meninggalkan ruangan itu.

Tak ada asisten rumah tangga maupun keluarga yang lain,hanya angin sepi  di rumah tersebut.

Hilya pov

Sebenarnya apa penyebab kematian ayah bunda?? Kenapa kak Oisy tak mau menceritakannya?? Aku sudah cukup dewasa untuk mengetahuinya,dari kecil aku hidup berdua dengan kak oisy. Apa yang disembunyikan kak Oisy dari aku??

Pikiran itu terus saja berada dipikiranku,sempat kumencari tahu tentang kematian ayah bunda,tetapi kak oisy justru marah padaku, dengan alasan ia takut membuatku sedih padahal aku berhak tahu.

"Hilya, cepat dikit makannya,nanti telat lho"
Suara yang khas itu menyadarkanku dari lamunanku,hanya saja aku mencoba tuk cuek,,aku hanya ingin tahu respon kak Oisy.
"Hil,kamu sakit??"
Dugaanku benar,ia pasti khawatir dengan keadaanku.

"Eh...nggak kak,aku hanya menatap wajah ayah dan bunda,aku rindu, sebenarnya apa sih penyebab kematian ayah bunda??"
"Sudahlah Hil,jangan tanyakan hal itu lagi padaku"
"Iya kak maaf telah membuat kakak marah" yang terbaik untuk ayah dan bunda"
" gimana kalau nanti sore kita kemakam ayah bunda??kita doain ayah bunda"
"Beneran kak??"

Mendengar jawaban kak Oisy aku benar benar bahagia, sontak wajahku yang muram tiba tiba berubah mendengar jawaban itu.
karena akhir akhir ini kak oisy sibuk dengan pekerjaannya jadi sering pulang malam, Kak oisy benar benar kakak yang pekerja keras tak heran kalau ia mendapat jabatan tinggi dikantor tempat kak oisy bekerja.

Kerinduan Hilya dan rasa penasarannya tentang kematian orang tuanya selalu terbayang dan menghantui hidupnya.

Barrier WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang