1. Tergoda

18.6K 200 1
                                    

Sial! Aku mengumpat dalam hati ketika tangannya mulai bergerak liar hendak mendaki di atas dadaku. Dasar pria brengsek! Diberi akses sedikit saja sifat kebinatangannya langsung muncul.

Dengan kesal kugigit saja bibirnya yang sejak tadi memanggut bibirku.

“Aw!” Dia merintih kesakitan dan aku segera menjauhkan diri darinya. “Kenapa?” tanyanya dengan kening berkerut.

“Apa?” Aku balik bertanya.

“Kenapa kau menggigit bibirku?” tanyanya lebih jelas.

Kupasang tampang innocent-ku. “Oh, maaf. Aku tidak sengaja,” balasku tanpa dosa.

“Sial! Lihat bibirku berdarah!” dengusnya kesal.

Aku memandangi sudut bibir yang ia tunjukkan padaku. Ah, itu bukan apa-apa bila dibandingkan aksi kurang ajarnya tadi padaku. Hampir saja aku terjerumus dalam permainannya. “Aku kan tadi sudah minta maaf.” Yang kuucapkan berlawanan dengan apa yang ada di otakku.

Dia menggerutu tidak jelas. “Sudah aku mau pulang saja!” tandasnya. “Kau membuat aku jadi tidak berselera lagi.” Pria berkepala plontos itu bangkit berdiri. Ia merapikan pakaiannya sebentar. Kancing kemeja bagian atasnya sempat kupreteli beberapa tadi. Juga dasinya yang kulonggarkan. Beberapa bagian kemejanya tampak kusut. Tanpa mengucap kata-kata lagi, pria itu berlalu keluar dari apartemenku.

Silahkan saja kau pergi! Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi Tuan Leonard! Lagian aku masih punya stok pria lain yang jauh lebih baik darimu. Tapi, sedikit sayang juga sih. Aku meringis pedih mengingat sudah membuat anak pengusaha mobil ternama di Indonesia itu marah. Setelah ini sepertinya aku tidak bisa memperoleh mobil gratis lagi.

Malas tenggelam dalam kesuntukan, kusambar handphone androidku yang tergeletak di atas meja ruang tamu. Dengan cepat jemariku menari di atasnya.

Klik. Tut tut tut. Terdengar nada sambung di seberang sana saat HPku menempel di telingaku. Kutunggu beberapa detik.

Satu detik…

Dua detik..

….

Setengah menit…Krek.

Aku menghembuskan napas lega. Akhirnya diangkat juga.

“Hallo?” Suara bass menyapaku.

“Hay, Mario sayang,” balasku manja. Yah, seperti biasa. Ini jurus andalanku untuk menarik perhatian para pria. Bukankah mayoritas pria itu suka wanita manja?

“Eh, Neri?” balasnya terbata. Hmm… ada yang tidak beres di sini. Gelagat Mario terdengar aneh.

“Apa kau ada waktu untukku malam ini?” tanyaku datar.

“Hah? Ma… malam ini?” Lagi-lagi Mario tampak cemas.

Ada apa dengannya? Sepertinya dia sedang melakukan sesuatu yang bisa membuatku marah bila mengetahuinya.

“Maaf, Beb… aku tidak bisa,” tolaknya halus. Suaranya terdengar normal kembali.

Satu lagi pria brengsek! Eh? Ralat. Semua pria yang kukencani memang pria brengsek. Dia pasti sudah punya mainan baru. Aku sudah hafal baik dengan gelagat pria macam ini. Ketika seorang pria terlihat tidak perhatian, tidak lagi intens mengajak bertemu, telepon atau sms, itu berarti pria itu akan segera mencampakkanmu. Dia sudah tidak tertarik lagi padamu. Yang terburuk dia punya wanita baru.

Dalam kamusku tidak ada yang namanya dicampakan pria. Jadi, sebelum itu terjadi, akulah yang akan mencampakan mereka. “Oh, ya sudah. Aku juga tidak membutuhkanmu lagi. Selamat tinggal Mario Erkadiptyo.” Klik. Aku mematikan teleponku tanpa mendengar balasan darinya lagi. Ah, buat apa? Dia menolakku. Yang berarti tanda-tanda dia tidak lagi menginginkanku.

Suddenly MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang