Uno

356 16 1
                                    

Berbagai macam suara memenuhi telinga. Keras, pelan, bernada, lembut, kasar. Dapat didengar oleh telingamu.

Kereta api terbang. Mobil melayang. Para android. Teknologi sudah sangat maju dibanding abad-abad sebelumnya.

Kota yang setengah berada di daratan dan setengahnya lagi berada di laut. Kota impian manusia jaman dulu, bukan?

....

"おにいちゃん! お元気ですか?" (Nii-chan! Bagaimana kabarmu?)

"にいかはん、だいじょうぶ!" (Nii-chan, baik-baik saja!)

"Astaga..... Bahasa Jepang perlu ditambahkan!" Seorang gadis, mengotak-atik sosok di depannya. Entah apa yang ia lakukan, itu cukup rumit.

"Saa, Adrin. Bagaimana dengan programmu?" Tanya gadis itu.

"Cukup nyaman. Huft, sekarang aku sudah menguasai berapa bahasa, hmm? Terimakasih ya adik kecilku" Adrin, mem-pat-pat gadis di depannya.

"Menguasai berapa bahasa, bukan urusanmu... Terserah aku dong!" Kini gadis itu membereskan peralatannya yang berantakan. "Kau tau? Kau satu-satunya android yang memiliki sistem tubuh layaknya manusia."

"Aku tau, kau sudah berapa kali berkata seperti itu?" Gusar Adrin, bosan mendengar perkataan itu.

"TAPI KENAPA MINUM OLI??!!!" Gusar gadis itu, ketika melihat beberapa botol oli habis tak tersisa. "MAKANAN MANUSIA BISA KAU KONSUMSI!"

Adrin pun hanya bisa tertawa gugup mendengar hal itu. Berpura-pura tidak mendengar saja. Lalu langsung pergi meninggalkan gadis tersebut.

Gadis itu yang melihat Adrin pergi, hanya bisa bersabar menghadapi partner hidupnya itu.

"Ku penyetin, rusak itu android," mengomel sambil membersihkan botol oli. Dan mengisi ulang kembali.

.....

Terlihat sosok pria tua, berduduk ria menikmati pemandangan di depannya, sambil meminum teh herbal.

Mengganggu aktivitas tentram si pria tua. Seorang gadis yang barusan mengomel, langsung terjang ke pangkuan pria tua itu.

"Ayaaah! Adrin minum oli lagi! Bete," ucap gadis itu sambil mencerutkan bibirnya.

"Insting android nya belum kau hilangkan. Sudahlah, tidak apa-apa.... Secanggih apapun android itu, pasti memerlukan oli untuk beroperasi," ujar ayahnya, menasehati anaknya yang terlihat badmood.

"Tapi ayah..... Hisshhh," insert hish meng.exe /apasih/

"Sudahlah Slyvia. Kau sudah besar, hal seperti itu masih saja ngambek. Hahaha," ayahnya tertawa melihat tingkah laku anaknya. "Sudah 15 tahun. Ara ara~"

Sang anak langsung menampilkan wajah tak sukanya. Antara jijik atau emang bingung. Ayahnya bisa menirukan suara tante-tante.

"Sudahlah, aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik, ayah! Minta bantuan ke pelayan jika membutuhkan sesuatu!" Pamit Slyvia berlarian menuju luar rumah.

Tanpa sadar, ketika Slyvia berlarian. Muncul cahaya biru keemasan, di sekitar tubuh Slyvia. Ayahnya sadar dan tersenyum cerah.

"Mungkin sudah saatnya.... Aku melatih dia."

....

Kini, Slyvia berada di alun-alun kota. Tempat terindah di kota tempat ia tinggal. Sebenarnya ia mau mencari Adrin. Tapi, sepertinya Adrin tidak kelihatan di mana-mana.

"Di sini sejuk..... Sayang...

Banyak sampah....."

Sylvia hanya tersenyum miring melihat keadaan di depan matanya. Sampah-sampah berserakan, tidak berguna, namun membahagiakan....

Scaryler AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang