dua

72 7 5
                                    

Hamparan langit abu-abu kehitaman menaungi belah bumi. Petanda hari hujan akan segera tiba.

Ciel masih berkutat dengan kegiatan yang sama, seperti yang ia lakukan sekitar beberapa menit yang lalu—berteriak mencari pertolongan.

Kini nafasnya memburu, suaranya pun melirih. Terdengar serak namun ia tetap mencoba berteriak. "Tolong!! Hah........Tolong itu ada mobil.........hah mau tenggelam......... tolong!! "

Ciel melongakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, masih tidak ada orang yang mendekat. Saat dirasa tak jua kunjung datang bantuan, Ciel tak menyerah. Ia menghampiri mobil dihilir sungai tersebut.

"Anne huft..... Kita....... Uhuk uhuk...... Kita...... Lihat.... Itu mobilnya"

Sedikit membelah pepohonan rimbun dan semak belukar untuk dapat mencapai tempat mobil tersebut. Ciel beberapa kali terpeleset, kaki mungilnya pun telah dipenuhi luka gores, tapi ia tidak menyerah. Ciel tetap melangkah, Anne pun anteng didekapanya dan seekor kucing yang mengekor dibelakangnya–mungkin kucing itu merasa berhutang budi pada Ciel.

Ciel akhirnya berhasil menghampiri mobil tersebut. Tetapi keadaan mobil itu sudah mengenaskan dengan banyak kepulan asap putih keabuan yang muncul ditambah lagi bagian depan mobil tersebut telah masuk ke sungai sedang bagian belakang mengantung diudara. Sedikit saja diberi dorongan pasti mobil itu akan terperosok masuk sungai. Bodynya juga tak mulus lagi, banyak penyokan disana sini akibat menabrak pepohonan, kaca depannya pecah sedangkan kaca samping banyak retakan.

Ciel mengetuk-ngetuk kaca mobil itu pelan, "ada orang?! Tolong jawab Ciel! Tolong!" Ciel sedikit mengintip kedalam mobil itu, "ada orang!! Anne itu ada orangnya Anne!! Orangnya didalam Anne!!"

Ciel mencoba membuka pintu mobil tersebut tetapi tidak bisa—mobil terkunci dari dalam.

Saat perlahan mobil itu bergerak semakin kearah sungai, Ciel pun menambah tempo mengetuknya. "Tolong buka pintunya! Ayoo keluar! Siapa pun itu........ Paman Bibi keluar!! Mobilnya mau tenggelam!!"

Angin berhembus semakin kencang. Langit semakin menghitam. Perlahan butiran air berjatuhan tanpa peringatan.

"Hujan" Ciel mendongakkan pandangannya ke angkasa. "Anne gimana ini hujan? Nanti aliran sungainya jadi deras gimana Anne? Ciel harus apa?" Ciel panik, rasanya ingin menangis keras-keras. Ia bingung, anak kecil berumur 5 tahun harus dihadapkan dengan korban kecelakaan lalu-lintas bersama sebuah boneka dan seekor kucing—ia sendirian.

Sekian lama Ciel mengetuk mobil tersebut, ia menemukan titik terang. Seorang wanita dengan darah yang mengalir dihidung dan keningnya, mendekap erat seorang anak laki-laki kecil yang sedang pingsan, —buah hatinya. Wanita yang berada dikursi penumpang didalam mobil itu sedikit bergerak, perlahan membuka mata. "Bibi!! Bukan pintunya!! Ayoo keluar!! Mobilnya mau tenggelam Biii!!!"

Sang wanita itu sedikit memejamkan matanya lalu perlahan tangan berdarahnya membuka pintu mobil. Tapi pergeraksnnya membuat mobil itu semakin terperosok masuk ke sungai. "Bibi!! Cepat Bi!!" Dengan sekuat tenaga wanita tersebut mengeluarkan putranya agar bisa diselamatkan.

Sang wanita itu menyodorkan putranya ke arah Ciel "Pe-pe-gang" Dengan susah payah dan suara lirih ia berucap.

Ciel sebenarnya takut melihat kearah wanita itu, tapi ia tetap menuruti kemauannya. Ciel memegang pergelangan tangan anak laki-laki kecil itu, tidak bisa dikatakan terlalu kecil karena kalau dilihat dari postur tubuhnya dia lebih besar daripada Ciel.

Wanita itu terus mencoba mendorong putranya sekuat tenaga, Ciel pun begitu–dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik anak laki-laki kecil itu agar keluar dari mobil. Bahkan Ciel sudah melempar Anne kedekat seekor kucing kecilnya.

"Ayooo sedikit lagi Bibi" Bukannya menjawab sang wanita itu menutup mata perlahan, kesadarannya telah diambang batas.

"Bibi Bibi!! Tolong! Ciel gak kuat!! U-uh............be-rat!!"

Hujan semakin lebat, aliran sungai menderas. Kemudian mobil itu menghantam aliran air,—hanyut. Sedetik sebelum itu, anak laki-laki tersebut telah berhasil dikeluarkan dari mobil. Tetapi badannya mengapung di aliran air sungai.

"Bibiiii" Ciel berteriak lirih melihat perlahan mobil itu menghilang ditelan aliran sungai.

Ciel masih berusaha untuk menarik anak laki-laki itu. Telapak tangan Ciel memerah, ia kesakitan tapi tetap bertahan.

Sekuat apapun Ciel, dia hanyalah seorang anak kecil yang menarik anak kecil lainnya. Badannya pun tak lebih besar dari yang ditariknya. Ciel harus mempertahankan berat badannya agar ia tak ikut terseret ke aliran sungai dan ia juga harus mengeluarkan anak laki-laki yang berada di aliran sungai ini. Tinggal menunggu waktu untuk menyerah.

"To-tolong! Ciel gak....ku...........at! To-long!........... Lagi" Pegangan tangan itu melemah akhirnya terlepas. Anak laki-laki kecil itu pun hanyut menyusul ibunya.

"Tidaaak!!" Ciel akan menangis tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya ke dalam dekapan hangat.

"Mama" Ciel berseru sebelum kegelapan merenggutnya. Ciel jatuh pingsan dalam dekapan ibu tercintanya.

🌱🌻🌱🌻🌱🌻🌱🌻🌱🌻🌱🌻🌱













TBC

Destiny is handful Of GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang