The First Meeting

204 12 0
                                    

.
.
.

Ragini berlari menuju rumah Laksh yang jaraknya sejauh tiga blok dari rumahnya. Dia gadis gila memang. Dia berlari sejauh tiga blok padahal ia bisa menggunakan mobil pribadinya atau naik taksi, minimal. Namun ia memilih berlari-larian.

Katanya, supaya lebih terasa perjuangannya. Begitulah.

Tiga blok. Itu bukan jarak yang dekat. Itu jauh. Peluh membasahi tubuh Ragini, kulit putihnya pun memerah akibat terkena pancaran sinar matahari yang cukup terik siang itu. Nafasnya terlihat berat kala ia sampai di gerbang utama rumah Laksh.

Ia masih ingat jelas alamat rumah tunangannya itu. Meski tak yakin Laksh dan keluarganya masih tinggal di sini, secara itu sudah enam tahun yang lalu, bisa saja mereka sudah pindah. Namun itu hanya kemungkinan kecil.

Ragini yang nampak masih kelelahan melihat sekitar, ia mencari papan nama rumah tersebut.

Cullen 17.

Dapat! Ia menemukan nomor dan marga yang sama pada papan nama yang terpasang di sisi gerbang.

"Hoho, mereka masih tinggal di sini." Gumamnya bahagia.

Ting Tong!

Suara bel menggema memenuhi langit langit. Beberapa saat menunggu, seorang penjaga pintu datang. "Mencari siapa?"

"Tuan rumah,"

"Hah?"

"Aku mencari penghuni rumah ini. Siapapun itu. Paman Tyson, Bibi Olivia, Lakshya, dan Laura." Perjelas Ragini.

"Ouh, aku kira siapa. Baiklah, silahkan masuk." Penjaga pintu itu membuka gerbang. Ragini segera melangkah masuk.

Ia melangkah cepat menuju rumah calon mertuanya itu. Peluh di dahinya menghilang seketika kala itu, senyumannya pun tak lepas menghias bibir. Betapa bahagia akhirnya dia bisa kembali lagi.

Ting Tong!

Ia menekan bel rumah besar itu, dirinya menghela nafas berkali-kali. Ia merasa sangat gugup. Sekian lama pergi, tanpa kabar pula, dan kembali secara tiba-tiba seperti ini.

Klek!

Pintu terbuka. Sesosok wanita paruh baya yang sangat dikenal Ragini, tepat berdiri di sisi lain pintu—ibu Laksh, Olivia.

Mereka saling menatap. Olivia nampak menerawang jauh kala memerhatikan sesosok gadis dihadapannya itu. Ragini tak banyak berubah, namun sepertinya Olivia butuh waktu untuk mengingat dirinya.

"Zha ... Zhavia," Olivia menarik tubuh Ragini ke dalam pelukannya. Sebelumnya, ia bukan tak mengenali Ragini. Itu, lebih ungkapan rasa terkejut dan tak percayanya melihat sosok calon menantunya itu.

Ragini balas memeluk.

"Bibi Oliv,"

Olivia mengurai pelukannya. Ia mendekap pipi Ragini, Gadis Itu sedikit membungkuk. "Kau kembali, sayang? Kau kembali."

"Iya, Bibi. Aku kembali,"

Olivia nampak terharu, pelupuk matanya berkaca-kaca melihat sosok Ragini. "Ayo masuk!" Ia menarik Ragini. Gadia itu mengikuti.

AVALANCHES_GUGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang