A Night Before The Wedding

293 24 23
                                    

Uehara Jun

Osawa Shunya

Tsurubo Shion

Mentioned! Kitagawa Reito

Junshunya family feat. Tsurukita/Reion. A remake from my chonamgyul ficlet on twt. Enjoy!






Biasanya disaat malam menjelang pernikahan, kedua mempelai akan menggelar pesta bujangan. Berpesta sampai larut malam sebelum kebebasan mereka terenggut dalam sebuah tali pernikahan. Tapi itu tidak berlaku pada shion, yang memilih untuk berdiam diri di rumah, semalam sebelum pesta pernikahannya digelar.

Seperti saat ini, ia berada di kamarnya. Ingin tidur, tapi tidak bisa tidur. Dirinya gelisah. Ingatannya terbang menuju masa lampau, pada masa kecilnya ketika ia masih dipeluk dan dimanja oleh ayah dan papanya. Malam menjelang tidur, baik ayah dan papanya selalu menyempatkan diri untuk menemani shion hingga ia tertidur, membacakannya dongeng, dan terakhir, ayah dan papanya akan menuturkan segala mimpi dan harapan untuknya dimasa depan.

Dulu sekali, ketika orang-orang bertanya apa cita-cita seorang shion? Ia akan menjawab menjadi pianist adalah impian terbesarnya. Tapi, di suatu malam ketika shion sedang berkumpul bersama ayah dan papanya, shion iseng bertanya, "ayah, papa, kalau shion ingin menjadi pianist, tidak apa-apa kan?." Kemudian ayahnya menjawab, "Tentu saja tidak apa-apa. Asal shion berjanji akan selalu berusaha dan tidak menyerah untuk menggapai cita-cita shion ya."

Shion tidak puas, ia kembali bertanya, "Ayah, papa, kalau boleh jujur, ayah dan papa inginnya shion menjadi seperti apa?." Dengan pandangan yang teduh dan senyuman menghiasi bibirnya, sang papa, shunya, menjawab, "Ayah dan papa cuma ingin shion menjadi yang terbaik bagi shion sendiri. Mematuhi ayah dan papa, bahkan disaat shion beranjak dewasa nanti, godaan akan datang mengajak kamu untuk terbelenggu dalam kejelekan dan membuat kamu terjatuh, harapan ayah dan papa, shion akan selalu menjadi diri shion sendiri."

Kedua mata shion mulai berair, andai saja detik-detik kebersamaannya dengan ayah dan papa bisa tergulir kembali. Ia sungguh merindukan suasana dimana ayah dan papa selalu memberikan limpahan kasih dan sayang hanya untuknya. Ayah dan papa yang tidak henti memberikan dukungan yang amat besar sehingga shion bisa menjadi seperti ini, bisa menggapai asanya untuk menjadi seorang pianist. Ayah dan papa yang sudah mengorbankan harta, waktu, dan segalanya untuk membesarkan shion hingga detik ini.

Shion mulai terisak, dadanya sungguh sesak. Ia bangun dari tidurnya, membuka pintu kamarnya, dan berjalan ke arah kamar ayah dan papanya.

Begitu papanya mengizinkan shion untuk masuk, ia langsung berlari menerjang ayah dan papa yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Memeluk papanya dengan erat, sambil menangis dengan keras.

"Loh, calon pengantin menangis?" Shunya mengelus rambut shion dengan sayang, di belakangnya, sang ayah mengelus punggung shion, memberikan kenyamanan.

"Ayo cerita pada ayah dan papa apa yang menjanggal dipikiran shion saat ini."

Shion masih terdiam. Tidak menjawab pertanyaan ayah dan papanya. Seakan paham apa yang sedang dipikirkan putranya, shunya berkata, "Tidak terasa ya shion sudah besar. Dan besok akan segera menikah. Setelah itu shion akan punya anak dan menjadi seorang ayah. Papa rasanya ingin menangis."

"Papa....."

"Shion, jika ini merupakan hal yang mengganggu pikiranmu saat ini, tolong jangan dipikirkan lagi setelah ini. Ayah tahu kamu gelisah, apakah pernikahan ini tepat untukmu, dan pasti ada terbesit pemikiran untuk kembali ke masa kecil dulu. Hanya ada shion, ayah, dan papa. Ayah tahu itu. Dulu ayah juga merasakannya pada malam sebelum ayah menikahi papamu." ujar jun.

"Satu hal yang perlu diingat, pernikahan ini tidak salah. Kamu pasti bisa menjalaninya. Kami yakin putra kami bisa menjadi pendamping dan ayah yang baik nantinya. Bisa membimbing reito dan anak-anak kamu ke jalan yang diberkati Tuhan. Dan lagi, sampai kapanpun juga, kasih sayang ayah dan papa tidak akan pernah habis, shion. Sampai kapanpun. Jangan khawatir. Yang jelas, ayah dan papa bangga sama kamu, nak."

Isakan shion berubah menjadi tangisan tersedu-sedu. Ia bangun dari tidurnya, memeluk jun dan shunya di sisinya. Tidak jauh beda dengan shion, kedua orang tuanya juga menangis tersedu. Terharu karena akhirnya putra semata wayang mereka akan menjalani kehidupan sesungguhnya. Membentuk keluarga baru yang dimulai pada esok hari.

"Ayah, papa. Shion mungkin tidak pernah secara gamblang berkata seperti ini, tapi satu hal yang ingin shion katakan, betapa sesungguhnya shion mencintai ayah dan papa. Terima kasih atas semua yang sudah ayah dan papa lakukan untuk shion. Shion janji, akan memenuhi semua permintaan ayah dan papa. Shion sayang kalian."

Detik itu juga, ayah jun dan papa shunya memeluk shion dengan erat, sampai rasanya tak bisa bernafas. Tidak jadi masalah, mereka akan seperti itu hingga esok hari. Sebagai salam perpisahan pada shion kecil, manja, kesayangan ayah dan papa yang akan menikah esok hari. "Jaga reito baik-baik ya. Buat dia bahagia sampai maut memisahkan kalian. Itu saja pesan ayah dan papa."

Dalam pelukan mereka, shion hanya bisa berdoa, "Tuhan, tolong jaga, lindungi, berkati ayah dan papa sampai kapanpun. Semoga shion bisa membahagiakan ayah dan papa. Semoga shion bisa menjadi putra yang ayah dan papa inginkan. Semoga Engkau bisa menyampaikan pesan ini pada ayah dan papa, sejuta, semilyar, dan setrilliun sayang yang shion punya, hanyalah untuk ayah dan papa."


End


Renkumi✔
Junshunya✔
Tsurukita✔

Who's next?

Hazakura (葉桜) - pd101japanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang